Pembelajaran untuk
anak usia dini memegang peranan yang sangat penting bagi pembentukan kemampuan
dan sikap belajar pada tahap yang lebih lanjut. Dalam suatu pembelajaran peran
guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan
memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar
proses belajar lebih memadai. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohammad Ali
(2007) bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru dalam merekayasa
lingkungan agar terjadi belajar pada individu siswa.
Konsep
pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2003) adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono ”pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar” (Sagala,
2003).
Dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
menyatakan bahwa, ”pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran
menurut Sudjana (2000) adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Surya (2004) menyatakan bahwa, pembelajaran ialah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menunjukan
bahwa pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku dalam diri
individunya.
Selanjutnya
Sudjana menjelaskan bahwa pembelajaran adalah fungsi pendidik untuk
membelajarkan peserta didik terhadap materi pelajaran untuk mencapai hasil
belajar yang menimbulkan pengaruh belajar. Definisi pembelajaran tersebut
mengandung berbagai fungsi seperti membantu, membimbing, melatih, memelihara,
merawat, menumbuhkan, mendorong, membentuk, meluruskan, menilai, dan
mengembangkan. Fungsi-fungsi pembelajaran ini dilakukan oleh dan menjadi
tanggung jawab pendidik yaitu guru, pamong belajar, pelatih, sehingga peserta
didik dapat melakukan perubahan dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang merupakan bagian dari tujuan
pendidikan.
Pengertian
pembelajaran di atas, mengandung makna yang menggambarkan interaksi dinamis
antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu pendidik, peserta
didik, materi, proses, keluaran dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan
berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang mencakup
metode dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik evaluasi
pembelajaran.
Suatu rencana
pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan
belajar bagaimana belajar (learning to learn), belajar bagaimana
berfikir (learning how to think), belajar bagaimana melakukan (learning
how to do), dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama (learning
how to live together).
Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan
keempat aspek tersebut di atas. Oleh sebab itu maka pembelajaran yang
direncanakan dan dilaksanakan dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain.
Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan demokratis agar
menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak
hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif
berinteraksi dengan berbagai benda dan orang lain di lingkungannya, baik secara
fisik maupun mental.
Menurut Dunkin dan
Biddle (Sagala, 2003) proses pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom
teaching) berada pada empat variabel instruksi yaitu (1) varibel pertanda (presage
variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables)
berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses (process
variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel
produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Proses pembelajaran akan berlangsung
dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu kompetensi
substansi materi pembelajaran dan kompetensi metodologi pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak didesain untuk memungkinkan anak
belajar. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang,
merdeka, volunter, dan demokratis. Setiap permainan yang diberikan harus diberi
muatan pendidikan sehingga anak dapat belajar. Untuk itu guru di Taman
Kanak-kanak harus kreatif melihat potensi lingkungan dan mendesain kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan anak.
1.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan
ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu satuan instruksional tertentu (Sagala, 2003). Pendekatan pembelajaran tentu
tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan
terencana, artinya memilih suatu pendekatan harus disesuaikan dengan kebutuhan
tertentu.
Menurut Santoso (2002) ada tiga aliran pokok dalam
pendidikan yang dapat digunakan untuk mendidik anak yaitu:
1. Nativisme, aliran ini mengatakan bahwa
proses pembentukan pribadi anak ditentukan oleh bakat yang dimiliki anak
sejak lahir. Dengan demikian bakat
atau pembawaan menentukan perkembangan anak. Mengingat pendidikan tidak
mempunyai peran maka aliran ini disebut juga pesimisme sebab pendidik merasa
pesimis tidak dapat mempengaruhi anak didik karena faktor yang penting adalah
faktor bakat. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.
2.
Empirisme, aliran ini berpendapat bahwa proses pembentukan pribadi
anak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Anak yang baru
lahir ibarat kertas putih, lingkunganlah yang mempengaruhinya. Hal ini dikenal dengan nama teori
tabularasa. Pendidik dapat memberikan pengaruh, pengalaman, bimbingan, arahan atau
aktivitas kepada anak didik. Oleh sebab peranan pendidik sangat besar maka
aliran ini disebut juga optimisme. Aliran ini dipelopori oleh John Locke
(Inggris).
3.
Konvergensi, aliran ini berpendirian bahwa terbentuknya
kepribadian anak tergantung dari faktor bakat dan juga faktor lingkungan.
Aliran konvergensi ini merupakan perpaduan antara aliran nativisme dan
empirisme. Bakat dan lingkungan keduanya penting dalam perkembangan anak dalam
membentuk pribadinya. Tokoh aliran ini adalah William Stern (Amerika).
Dengan
mengetahui tiga aliran di atas, maka menurut Santoso ada tiga cara pendekatan
yang dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan situasi, tujuan, usia, tingkat
kematangan dan etika. Ketiga pendekatan tersebut adalah (1) Otoriter,
yaitu cara mendidik yang bersifat keras, tegas, dan harus dilakukan oleh anak
setelah diperintah oleh pendidik. (2) Permisive, yaitu lebih banyak
memberikan kebebasan pada anak untuk bertindak, berbuat dan berkreasi. (3) Demokratis,
yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk menampilkan kreativitasnya, tetapi
dengan penuh bimbingan pendidik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
pembelajaran bagi anak usia dini berbeda dengan pembelajaran lainnya sehingga
pendekatan yang digunakan dalam mendidik mereka pun disesuaikan dengan kondisi
perkembangan anak. Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
bagi anak usia dini menurut Direktorat PADU (2002: 5) adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi yang
dilaksanakan secara integratif dan holistik.
b. Belajar melalui bermain. Bermain
merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini,
dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar
mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi
(penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.
c. Kreatif dan inovatif. Proses kreatif
dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan menarik, membangkitkan
rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan
hal-hal baru.
d. Lingkungan yang kondusif. Lingkungan
harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain.
e. Menggunakan pembelajaran terpadu. Model
pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak (center of
interest) dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah
dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
f. Mengembangkan keterampilan hidup.
Mengembangkan keterampilan hidup melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu
menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh
bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
g. Menggunakan berbagai media dan sumber
belajar. Media dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar
atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan.
h. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip
perkembangan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah:
1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan
fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara psikologis.
2) Siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari
membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan
untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya.
3) Anak
belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya.
4) Minat anak dan keingintahuannya
memotivasi belajarnya.
5) Perkembangan
dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.
6) Anak
belajar dengan cara dari sederhana ke rumit, dari konkrit ke abstrak, dari
gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial.
i. Stimulasi terpadu.
Pada saat anak melakukan suatu kegiatan, anak dapat mengembangkan beberapa
aspek pengembangan sekaligus. Contoh: ketika anak melakukan kegiatan makan,
kemampuan yang dikembangkan antara lain bahasa (mengenal kosa kata tentang
jenis sayuran dan peralatan makan), motorik halus (memegang sendok dan menyuap
makanan ke mulut), daya pikir (membandingkan makan sedikit dengan banyak),
sosial-emosional (duduk rapi dan menolong diri sendiri), dan moral (berdoa
sebelum dan sesudah makan).
2. Metode
Pembelajaran
Metode
pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam
mengelola pembelajaran yang efektif dan efesien. Sesuai dengan tuntutan dunia
karakteristik anak yang berbeda dengan orang dewasa, guru perlu menyiapkan
suatu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak. Penggunaan
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak akan memfasilitasi
perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya
sikap dan kebiasaan berperilaku positif yangendukung pengembangan berbagai
potensi dan kemampuan anak.
Menurut Solehuddin
(2000) pemahaman dan penguasaan metode pembelajaran anak merupakan hal yang
mutlak diperlukan oleh guru prasekolah: Pertama, sesuai dengan
karakteristik anak yang lazimnya aktif dan punya kemampuan untuk berkreasi,
metode pembelajaran bagi anak usia prasekolah adalah yang berpusat pada anak.
Anak diberi kesempatan yang luas untuk berbuat aktif baik secara fisik maupun
mental. Kedua, anak pada dasarnya belajar dalam situasi yang holistik,
maka cara pembelajaran terpadu dipandang cocok untuk diterapkan bagi anak
prasekaloh. Ketiga, adanya variasi individual anak menuntut guru
merancang dan menyediakan sejumlah alternatif kegiatan guna memberi kesempatan
pada anak untuk memilih kegiatan yang diminati. Keempat, cara
pembelajaran anak usia prasekolah hendaknya memberi kesempatan kepada anak
untuk berinteraksi baik dengan guru maupun dengan teman-teman sebayanya. Kelima,
cara pembelajaran bersifat fleksibel dan tidak terstruktur. Keenam,
penerapan bermain sebagai sarana belajar di TK merupakan hal yang perlu
diprioritaskan.
Lebih lanjut
Solehuddin (2000) mengemukakan beberapa prinsip dasar pembelajaran bagi anak
usia prasekolah yang perlu diterapkan oleh para guru yaitu: (1) anak secara
aktif terlibat dalam melakukan sesuatu atau bermain dalam suatu situasi yang
menyenangkan, terutama melalui projek atau pusat-pusat belajar; (2) kegiatan
pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat anak; (3) mendorong
terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual; (4)
mendorong anak untuk berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan; (5)
memperhatikan variasi perkembangan anak; dan (6) bersifat fleksibel.
Metode pembelajaran berhubungan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam
menyajikan pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan di
Taman Kanak-kanak, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Moeslichatoen
(2004) yaitu: metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode
demonstrasi, metode proyek, metode bercerita, dan metode pemberian tugas.
Selain itu, menurut Direktorat PADU tahun 2001
Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa
metode diantaranya:
a. Bercerita
Bercerita adalah
menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita dapat disertai
gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita sebaiknya
diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan
memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih
bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
b. Bernyanyi
Bernyanyi adalah
kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Dengan bernyanyi
anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menumbuhkan rasa
estetika.
c. Berdarmawisata
Darmawisata adalah
kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang
sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di
luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung
berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Hal ini dapat diwujudkan
antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
d. Bermain peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh-tokoh,
benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar anak. Bermain peran
merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain di sekitarnya. Dengan bermain
peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat
mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan
yang dilaksanakan.
e. Peragaan/Demonstrasi
Peragaan/demonstrasi
adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/guru memberikan contoh terlebih dahulu,
kemudian ditirukan anak-anak. Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih
keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
f. Pemberian Tugas
Pemberian tugas
merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan
sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara
tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.
g. Metode Proyek/Pengamatan
Metode proyek adalah
metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan
atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembahasan melalui berbagai
kegiatan.
h. Metode Pembiasaan
Merupakan kegiatan
yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar
memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan
pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi pekerti,
kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya.
i. Metode Bercakap-cakap
Suatu cara
bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan anak, atau antara
anak dengan guru.
j. Latihan
Latihan adalah
kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang
menuntut koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan
sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.
Dalam memilih dan menggunakan metode di Taman Kanak-kanak guru perlu mempunyai
alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut,
seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik
tujuan adalah pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan
emosi, pengembangan motorik, pengembangan nilai, atau pengembangan sikap dan
nilai.
Dalam pengembangan
kreativitas anak, metode-metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan
anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi.
Dalam mengembangkan kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong
anak mencari dan menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu
memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan menemukan
hubungan-hubungan baru.
Selain itu, dalam
penggunaan metode pembelajaran pada pendidikan anak usia dini hendaknya
memperhatikan sembilan kemampuan belajar anak yang tertuang dalam Acuan
Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Depdiknas, 2002: 11) sebagai
berikut:
a.
Kecerdasan linguistik (linguistic intelligence) yang dapat
berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis,
berdiskusi, dan bercerita
b. Kecerdasan logika-matematik
(logico-mathematical-intelligence) yang dapat dirangsang melalui
kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan
benda-benda.
c.
Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence) yaitu
kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan
bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film
maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi)
d. Kecerdasan musikal
(musical/rhythmic intelligence) yang dapat dirangsang melalui irama,
nada, birama, berbagai bunyi dan bertepuk tangan.
e.
Kecerdasan kinestetik (bodiliy/kinesthetic intelligence) yang dapat
dirangsang melalui gerakan tarian, olahraga, dan terutama gerakan tubuh.
f.
Kecerdasan naturalis (naturalist intelligence) yaitu mencintai
keindahan alam. Dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam,
memelihara binatang, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin,
banjir, pelangi, siang malam, panas dingin, bulan matahari.
g. Kecerdasan interpersonal
(interpersonal intelligence) yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan
antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain teman,
bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik.
h. Kecerdasan
intrapersonal (intrapersonal intelligence) yaitu kemampuan memahami diri
sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri,
mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk control diri dan disiplin
i.
Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yaitu kemampuan
mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan. Dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan
agama.