Contoh Pidato Keturunan Yang Baik ( Thayyib )

Kali ini saya akan berbagi konsep khutbah tikah, mudah2 Bermanfaat :
KETURUNAN YANG THAYYIB

Alhamdulillah merupakan pujian yang paling pantas terucap dari lisan serta terwujud dalam amal perbuatan, karena dengan qudrah dan iradah-Nya kita semua dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal afiat, serta didasari oleh keyakinan yang kuat bahwa tidak ada satu pun kejadian yang dialami oleh manusia dalam kehidupan ini kecuali telah ditetapkan taqdirnya oleh Allah. Di antara takdir itu tidak lama lagi akan terjadi serta dialami oleh dua insan yang bersanding di hadapan kita bersama. Karena itu kita berharap semoga takdir yang dialami oleh kedua mempelai ini merupakan taqdir Allah yang terbaik.
Calon pengantin yang dimulyakan Allah
Ada tiga ayat yang dibaca oleh Rasulullah ketika khutbah nikah, yang kesemuanya memuat kata ittaquu (bertaqwalah). Ayat pertama, yaitu 102 surat Ali Imran, sudah saya sampaikan pada pernikahan kakak? calon pengantin wanita beberapa waktu yang lalu. Sedangkan untuk kalian saya akan bacakan ayat kedua yang dibaca oleh Rasulullah ketika khutbah nikah, yaitu
( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمِ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, yaitu Adam. dan dari Adam Allah menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu Q.s. An-Nisa:1

Ayat ini menunjukkan bahwa pernikahan harus menjadi sarana untuk melahirkan keturunan sebagai amanat, titipan Allah yang harus dijaga, dipelihara, didik agar menjadi penerus dan pelanjut perjuangan agama Islam di masa mendatang. Oleh karena itu, dalam urusan rumah tangga dan keluarga perlu ketaqwaan. Dengan ketakwaaan ini, keluarga akan bersatu dalam melaksanakan ajaran Islam, serta menjadi kenikmatan yang amat besar. Ketakwaan ini akan menjadi pembeda dan pembatas di antara keluarga, jangankan nanti di akhirat di duniapun akan terlihat mana suami-istri yang dekat tapi jauh. Artinya bisa jadi dekat secara pisik tapi jauh secara akidah dan ajaran. Mana suami-istri yang jauh tapi dekat. Bisa jadi jauh secara pisik, tapi dekat secara keyakinan dan ajaran. Demikian pula dengan anak-anak kalian. Karena itu kaum mukmin oleh Allah disebut ikhwatun, padahal belum tentu satu nasab, satu turunan. Walaupun tidak satu nasab, tidak satu turunan, tidak seibu sebapak tapi orang mukmin dengan mukmin lainnya dinyatakan sebagai saudara, karena al-jami’u ikhwatun fid din, mereka saudara seiman, sequran dan sesunnah.
Calon pengantin yang dimulyakan Allah
Kalian berdua tentu berharap memiliki keturunan yang sholeh. Demikian pula harapan semua orang tua muslim. Namun tidak sedikit orang tua yang tidak mengerti arti sebuah kesolehan anak, sehingga kurang memperhatikan hal-hal yang menyebabkan kesolehan anak itu. Padahal tidak ada akibat tanpa sebab. Artinya terwujudnya kesolehan anak itu tidak bisa sim salabim ada adabra, tidak bisa dadakan tetapi melalui proses didikan.
Agar kalian punya keturunan sholeh serta mampu menempatkan makna kesolehan anak menurut Islam, mari kita sama-sama perhatikan doa yang diucapkan Nabi Zakaria, ketika beliau dan istrinya sudah berusia lanjut, bahkan istrinya sudah mandul, sehingga dalam pandangan manusia keduanya tidak mungkin memiliki keturanan.

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.". Q.s. Ali Imran:38
Dari doa ini tampak jelas terlihat begitu besarnya harapan Nabi Zakaria  untuk mendapat keturunan, tapi yang diharapkan itu bukan sekedar keturunan melainkan keturunan yang bersifat thayyib. Kalau demikian, apa yang dimaksud keturunan thayyib dalam doa Nabi Zakaria itu?
Dalam bahasa Arab, kata thayyib kerapkali dijadikan sifat bagi sesuatu. Karena itu dilihat dari arti bahasa  kata thayyib disebut kalimat musytarakah, yaitu satu kata dengan multi makna tergantung kalimat yang disifatinya. Apabila menjadi sifat makanan berarti makanan itu halal zatnya dan halal cara memperolehnya. Sedangkan bila menjadi sifat bagi manusia berarti manusia yang melepaskan diri dari kebodohan, kefasikan, serta amal perbuatan yang tercela, kemudian menggunakan hiasan ilmu, iman, dan amal sholeh. Al-Mufradat:332
Dari keterangan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud anak sholeh itu adalah anak yang berilmu, iman, dan beramal shaleh. Ketiga sifat ini tidak boleh dipisahkan, karena tidak akan menjadi amal sholeh kalau dasarnya bukan keimanan. Dan tidak mungkin memiliki iman yang kuat kalau tidak berilmu. Turunan seperti inilah yang diharapkan oleh Nabi Zakaria. Karena anak seperti itulah yang akan mendoakan kedua orang tuanya. Menjadi penerus serta pelanjut keabadian amal sholeh orang tuanya di masa yang akan datang. Doa anak seperti ini akan meningkatkan derajat orang tua di surga, sebagaimana disabdakan oleh Nabi dalam hadis riwayat Ahmad.
Sehubungan dengan itu bila kalian berharap ingin memiliki keturunan yang sholeh, maka kalianlah yang terlebih dahulu harus menjadi orang tua yang sholeh. Bagaimana caranya?
(1)  Harus rajin ngaji dan menuntut ilmu agama, agar mengerti agama, bukan sekedar tahu. Mengerti agama merupakan kunci kebaikan dalam rumah tangga. Rasul bersabda

إذا أراد الله بأهل بيت خيرا فقههم في الدين

Apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu keluarga, Ia akan pahamkan mereka terhadap urusan agama. H.r. al-Baihaqi
Al-Fiqhu fid Din itu bukan sekedar tahu terhadap agama, tetapi mengerti. Karena itu bila kalian mengerti agama maka kondisi rumah tangga kalian akan selalu harmonis dan menjadi panutan orang lain. Ketika mendapatkan rizki ia bersyukur. Ketika kurang ia bersabar.
(2)   Harus menyiapkan waktu untuk ibadah, bagaimanapun sibuknya kalian. Rehat sejenak dari kesibukan, dari kepentingan dunia untuk ibadah solat. Saur Allah dina hadis Qudsi
يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ – رواه الترمذي  –
Wahai Manusia, sempatkanlah, siapkanlah waktu untuk beribadah kepadaku, maka akan Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan aku tutup keperluanmu
Dari hadis ini kita mendapatkan ilmu bahwa orang yang kaya dalam pandangan Allah itu bukanlah orang yang banyak hartanya, tapi kaya hatinya sehingga mampu menyempatkn diri beribadah kepada Allah, bagaimana pun sibuknya dia dalam kehidupan dunia.

Barangkali itu yang dapat saya sampaikan, semoga ada manfaatnya bagi kalian ketika menjalani kehidupan rumah tangga. Mudah-mudahan Allah swt. Memberi berkah kepada kalian dalam keadaan susah dan senang serta menyatukan kalian  di dalam kebaikan sesuai kehendak Allah.
Barakallahu laka wabaraka alaika wajama’a baina kuma fi khairin (


(arab)
Dari Anas, ia berkata, “Nabi saw. bersabda, ‘Siapa yang meninggal dunia dan meninggalkan keturunan yang thayyib, maka Allah pasti akan memberikan (pahala) kepadanya seperti pahala amal anak-anak mereka dan Ia (Allah) tidak akan mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Tafsir Al-Qurthubi, IV:72

Syarah Mufradat

Thayyib adalah sifat
Thayyib adalah satu kalimat bahasa Arab yang sering dijadikan sifat bagi sesuatu. Thayyib memiliki makna yang berbeda seiring dengan berbedanya kalimat yang disifatinya, yaitu, satu saat thayyib tersebut sifat bagi makanan, seperti: (arab) (makanan yang thayyib), atau seperti firman-Nya:
(arab)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi thayyib dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Q.s. Al-Baqarah:168
(arab)
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. Q.s. Al-Maidah:88
Pada saat yang lain, thayyib dijadikan sifat bagi manusia, seperti: (arab) (manusia yang thayyib), atau seperti firman-Nya:
(arab)
(Orang yang bertakwa, yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan thayib oleh malaikat dengan mengatakan (kepada mereka); salaamun-‘alaikum (selamat sejahtera bagimu), masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan. Q.s. An-Nahl:32
makna thayyib
Jika kita perhatikan terjemah ayat Alquran atau hadis dari buku-buku yang berbahasa Indonesia, maka kalimat thayyib itu sering diterjemah dengan Yang Baik. tidak ada bedanya, baik thayyib sebagai sifat dari makanan atau sifat dari manusia, semuanya diterjemah dengan Yang Baik. padahal sebenarnya terjemah tersebut kurang tepat. Hal ini terjadi barangkali karena dalam bahasa Indonesia sulit dicari padanan kata yang tepat untuk terjemah kalimat tersebut.
Imam Al-Maraghi menyatakan:
(arab)
thayyib ialah kalimat yang ringkas (akan tetapi) mengandung makna yang banyak (luas). Tafsir Al-Maraghi, XIV:75
Al-‘Allamah Ar-Raghib Al-Asbahani menjelaskan dengan panjang lebar, yaitu:
(arab)
Dan asal makna thayyib adalah apa yang dirasakan lezat oleh daya perasa (panca indera) dan apa yang dirasakan lezat oleh jiwa.
(arab)
Dan makanan yang thayyib menurut syara ialah: apa yang diambil dari arah yang dibolehkan, dengan ukuran yang dibolehkan, dan dari tempat yang dibolehkan.
(arab)
Dan thayyib dari manusia adalah orang yang melepaskan najis (kotoran) kebodohan, kefasikan, dan amal-amal yang jelek. Kemudian ia mengenakan perhiasan ilmu, iman, dan amal-amal yang baik. Mufradat Alfazhil Quran:332
syarah hadis
Sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa kalimat thayyib itu apabila dijadikan sifat bagi manusia, maka maknanya adalah orang yang melepaskan najis (kotoran) kebodohan, kefasikan, dan amal-amal yang jelek. Kemudian ia mengenakan perhiasan ilmu, iman, dan amal-amal yang baik melepaskan najis (kotoran) kebodohan, kefasikan, dan amal-amal yang jelek.
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan (arab) pada hadis di atas adalah keturunan yang kriterianya seperti di atas, yaitu keturunan yang punya ilmu, iman, dan amal yang baik (shaleh). Ketiga hal tersebut tidak bisa dipisahkan, karena tidak mungkin disebut amal shaleh, jika tidak memiliki iman, dan tidak mungkin memiliki iman yang kuat jika tidak memiliki ilmu.
Keturunan seperti itulah yang akan senantiasa memberikan kebaikan kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, karena (sebagaimana hadis di atas) mereka akan mendapatkan pahala yang sama dari amal shaleh yang dilakukan keturunannya itu. dan itu pulalah yang dimaksud dengan keturunan yang shaleh yang ada pada hadis Rasulullah saw.:
(arab)
Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya melainkan tiga perkara; (yaitu) shodaqoh jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya. H.r. At-Tirmidzi, III:88 no:1381
Di samping itu, istighfarnya anak tersebut bagi semua kedua orang tuanya akan dapat mengangkat kedudukan orang tuanya di surga. Rasulullah saw. bersabda:
(arab)
Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat hamba yang shaleh di surga. Kemudian beliau bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa memiliki (derajat) itu? Ia berfirman; Dengan istighfar (memohon ampun) anakmu bagimu. Musnad Ahmad, II:509 no:10618, Al-Bidayah wan Nihayah, X:572



Pengunjung