Konsep Manajemen Pemasaran Pendidikan | Strategi Pemasaran Institusi Pendidikan

Konsep Manajemen Pemasaran Pendidikan

http://id.shvoong.com/images/spacer.gif?s=summarizer&d=1341229246352&id=273206cf-974b-4c4a-9b0e-9e13b6659030
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan danpengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntugkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuantujuan organisasi 

a. Analisa peluang pasar

Adalah suatu bidang kebutuhan dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Kemungkinan sukses perusahaan bergantung pada kekuatan usahanya yang tidak hanya harus sesuai dengan persyaratan berhasil dalam sasaran pasar tersebut. Namun juga harus unggul dari pesaingnya.
Analisis situasi suatu perusahaan yang lengkap. Perusahaan harus menganalisis kekuatan dan kelemahannya tentang bagaimana kondisi pemasaran sekarang dan yang akan datang dalam rangka untuk menentukan peluang yang cukup menarik dan yang baik. Kalau ingin bertahan dalam usaha berkesinambungan tentunya setiap perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk mengenal kesempatan-kesempatan baru secara dini terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen pada masa yang akan datang dan tidak tergantung kepada produk dan pasar yang dimiliki sekarang.


Strategi Pemasaran Institusi Pendidikan

Telah menjadi realitas, bahwa persaingan antar sekolah di Kota Bekasi dewasa ini semakin atraktif. Hal ini tentunya menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan pemerintah kota yang memberikan perhatian besar di sektor pendidikan, membuka peluang lebih berinovasinya institusi pendidikan. Sekolah-sekolah kini telah mengubah mindset-nya dengan mulai merevisi beberapa programnya.
Konsep input, proses dan output menjadi obyek kajian yang telah dimantapkan. Tidak mengherankan, jika inovasi-inovasi tersebut menjadi sebuah telaahan marketing yang menarik. Marketing dewasa ini bukan hanya monopoli institusi pendidikan yang profit oriented, namun pula trennya telah diadopsi institusi pendidikan negeri. Upaya untuk menggaet input yang lebih capable dan matang (calon siswa potensial), telah menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi, dalam rangka mendukung proses pembelajaran dan kompetisi antar sekolah. Dengan input yang qualified tersebut, maka guru akan lebih mampu untuk melakukan akselerasi, bukan malah menggampangkan proses belajar mengajar.
Konsep pemasaran pendidikan dewasa ini memang telah berevolusi menjadi sebuah kajian yang lebih dewasa. Beberapa sekolah di Jakarta dan Bekasi, misalnya, telah mempekerjakan karyawan khusus di bidang marketing.
Inovasi pemasaran lembaga pendidikan (sekolah) memang lagi kreatif-kreatifnya. Panitia penerimaan siswa baru tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi hal administrasi dan seleksi ketat semata, namun mereka diefektifkan jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru untuk mengedukasi dan melakukan kampanye terhadap target-targetnya (calon siswa potensial). Dalam hal ini, tentunya mereka awali dengan melakukan riset mengenai tren masyarakat konsumen pendidikan. Dan pada tahap selanjutnya adalah berinovasi untuk mengedukasi pasar dan menghasilkan input yang sesuai standar target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kini sekolah-sekolah memang harus lebih aktif untuk menggaet input-input yang berkualitas. Hal ini dalam rangka kompetisi tadi. Tak heran jika pilihan berinovasi dengan memajukan waktu perekrutan calon siswa dan membuka jalur khusus siswa berprestasi, menjadi strategi baru bagi sekolah-sekolah sekelas Al Azhar, dalam konteks pemasaran lembaganya.
Strategi komunikasi pemasaran dibeberapa sekolah swasta di Bekasi, bahkan telah dilakukan secara profesional dengan memasang artikel satu halaman full di harian lokal. Suatu terobosan unik untuk mengedukasi calon konsumennya. Tentunya strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen sekolah, bukankah ini sesuatu yang patut untuk dicoba ?
Perilaku konsumen pendidikan (siswa) di Kota Bekasi memang masih cenderung loyal atau masih primordial dalam konteks pendidikan menengah. Ini adalah kekuatan tersendiri untuk pemasaran brand lembaga pendidikan lokal. Ditunjang dengan interland yang belum terlalu valuable kualitas pendidikannya, pasar pendidikan di Kota Bekasi cenderung masih sangat prospektif.
Anak usia sekolah menengah masih senang bersekolah di Kota Bekasi ketimbang harus hijrah ke Jakarta. Hal ini sangat memberi akses, untuk goal Kota Bekasi. Tujuan Pendidikan, sebagaimana sering dikampanyekan oleh Pemkot Bekasi. Berbeda dengan peserta pendidikan tinggi (mahasiswa) yang cenderung menjadikan Jakarta sebagai target utama.
Siswa (termasuk orangtuanya) tidak lagi hanya sekadar melihat pertimbangan lamanya sekolah berdiri, jarak dari rumah ke sekolah dan guru-gurunya saja, melainkan ada faktor-faktor motivasi lain dalam hal memutuskan target sekolah yang dipilih. Dalam konteks ini, positioning sebuah institusi pendidikan merupakan aspek perhatian besar dari konsumennya (siswa).
Sekolah-sekolah yang memposisikan dirinya sebagai sekolah unggulan, andalan ataupun favorit yang diregulasi pemerintah kota Bekasi tentu memiliki bargaining position yang lebih baik. Namun tren siswa dewasa ini ternyata tidak hanya melihat positioning sekolah unggulan, andalan dan favorit sebagai satu-satunya pertimbangan untuk memutuskan bersekolah di lembaga tersebut.
Pertimbangan positioning sekolah gaul dan bonafide ternyata menjadi fenomena baru dalam pemasaran lembaga pendidikan. Hal ini penting mendapat respon manajemen sekolah. Berkualitas, disiplin namun tetap gaul cenderung pula menjadi idealisme remaja. Sekolah bonafide, dengan infrastruktur yang lebih mendukung, ruangan ber-AC, fasilitas teknologi yang memadai, kini memang suatu tuntutan pasar yang menjadi kewajiban untuk dieksekusi oleh sekolah, dalam rangka memasarkan lembaganya.
Hal ini karena ternyata perilaku konsumen pendidikan (siswa) yang merupakan usia remaja, relatif ingin suasana dinamis dalam lingkungan sekolahnya. Remaja ingin tahu banyak tentang teknologi pendidikan mutakhir, sehingga sekolah lagi-lagi dituntut menawarkan inovasi dalam content of product yang ditawarkannya.
Content tersebut termasuk pula seberapa besar apresiasi manajemen sekolah terhadap aktifitas kesiswaan yang kreatif dan dinamis. Namun demikian, tulisan ini bukan berarti ingin memasuki area kapitalisasi pendidikan di Kota Bekasi, namun lebih beroientasi pada analisis tren pemasaran pendidikan mutakhir. Jadi, intinya adalah bagaimana menciptakan qualistyle di sekolah, bukan sekadar lifestyle.
Kepuasan konsumen pendidikan terhadap kinerja sekolah menjadi keniscayaan untuk menjadi telaah evaluasi. Over promise and under delivery adalah kesalahan pemasaran. Ketidak sesuaian ekspektasi konsumen dan realitas yang ada, akan membentuk citra buruk sekolah. Hal ini patut diwaspadai karena masyarakat kita juga memiliki kemampuan socializing yang kuat.
Komunikasi negatif melalui word of mouth dalam event dan forum sosial akan sangat efektif memberikan pencitraan buruk kepada sekolah, jika memang terjadi ketidakpuasan tadi. Oleh karena itu, harus ada quality assurance dari sekolah untuk siswa dan calon siswa (terutama siswa potensial) terhadap produk yang ditawarkan oleh sekolah itu.
http://infoeduspirit.wordpress.com/2008/12/01/strategi-pemasaran-institusi-pendidikan/

manajemen pemasaran pendidikan

Manajemen pemasaran adalah proses atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengikuti metode manajemen yang baik yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, serta pengawasan yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Suatu perusahaan dalam mempromosikan barang, kepada konsumen harus dapat memenuhi kriteria yang baik, kriteria yang dimaksud adalah kriteria pemasaran/barang yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen,
Nah, setelah memaparkan sedikit tentang Manajemen Pemasaran mari kita beralih kepada judul skripsi manajemen pemasaran.

Mungkin masih teringat dibenak kita dengan bran image atau jargon dari salah satu produk yang kita lihat ditelevisi, internet ataupun dimedia cetak. Produk tersebut diiklankan atau dikomunikasikan dengan beragam cara. mulai dari yang lucu, aneh, meyakinkan, norak hingga salah satu diantaranya bahkan dengan sengaja menyindir dan bersaing “menjatuhkan” produk lainnya. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk meyakinkan kita sebagai calon konsumen agar membeli atau menggunakan produk yang diiklankan.

Dalam hal ini manejemen pemasaran yang baik tentunya sangat diperlukan oleh pemilik produk (red : Produsen). Disinilah peran produsen ditantang sekreatif mungkin dalam mengemas produk dan merancang strategi pemasaran yang baik untuk mengkomunkasikan produknya (baik barang ataupun jasa) agar bisa terjual dipasaran atau digunakan oleh pelanggan.

Dalam mengkomukasikan suatu produk haruslah memperhatikan beberapa aspek yang menjadi penilaian konsumen dalam menilai suatu produk. Aspek yang membuat konsumen yakin untuk memutuskan membeli atau menggunakan suatu produk diataranya adalah kualitas produk, pelayanan, komunikasi, harga dan ketersediaan suatu produk. Aspek inilah yang paling menentukan bagaimana penilaian konsumen terhadap suatu produk.
Keahlian manejemen pemasaran dan strategi pemasaran pemilik produk dalam mengemas produknya untuk dikenalkan dan dikomunikasikan kepada khalayak sangatlah menentukan seberapa besar penilaian konsumen terhadap suatu produk sehingga pada akhirnya meyakinkan konsumen untuk memutuskan membeli atau menggunakan produk tersebut.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang manejemen pemasaran dan strategi pemasaran yang lebih lengkap tanyakan dan konsultasikan pada AHLInya.

Inovasi pemasaran lembaga pendidikan (sekolah) memang lagi kreatif-kreatifnya. Panitia penerimaan siswa baru tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi hal administrasi dan seleksi ketat semata, namun mereka diefektifkan jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru untuk mengedukasi dan melakukan kampanye terhadap target-targetnya (calon siswa potensial). Dalam hal ini, tentunya mereka awali dengan melakukan riset mengenai tren masyarakat konsumen pendidikan. Dan pada tahap selanjutnya adalah berinovasi untuk mengedukasi pasar dan menghasilkan input yang sesuai standar target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kini sekolah-sekolah memang harus lebih aktif untuk menggaet input-input yang berkualitas. Hal ini dalam rangka kompetisi tadi. Tak heran jika pilihan berinovasi dengan memajukan waktu perekrutan calon siswa dan membuka jalur khusus siswa berprestasi, menjadi strategi baru bagi sekolah-sekolah sekelas Al Azhar, dalam konteks pemasaran lembaganya.

Strategi komunikasi pemasaran dibeberapa sekolah swasta di Bekasi, bahkan telah dilakukan secara profesional dengan memasang artikel satu halaman full di harian lokal. Suatu terobosan unik untuk mengedukasi calon konsumennya. Tentunya strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen sekolah, bukankah ini sesuatu yang patut untuk dicoba ?

Perilaku konsumen pendidikan (siswa) di Kota Bekasi memang masih cenderung loyal atau masih primordial dalam konteks pendidikan menengah. Ini adalah kekuatan tersendiri untuk pemasaran brand lembaga pendidikan lokal. Ditunjang dengan interland yang belum terlalu valuable kualitas pendidikannya, pasar pendidikan di Kota Bekasi cenderung masih sangat prospektif.

Anak usia sekolah menengah masih senang bersekolah di Kota Bekasi ketimbang harus hijrah ke Jakarta. Hal ini sangat memberi akses, untuk goal Kota Bekasi. Tujuan Pendidikan, sebagaimana sering dikampanyekan oleh Pemkot Bekasi. Berbeda dengan peserta pendidikan tinggi (mahasiswa) yang cenderung menjadikan Jakarta sebagai target utama.

Siswa (termasuk orangtuanya) tidak lagi hanya sekadar melihat pertimbangan lamanya sekolah berdiri, jarak dari rumah ke sekolah dan guru-gurunya saja, melainkan ada faktor-faktor motivasi lain dalam hal memutuskan target sekolah yang dipilih. Dalam konteks ini, positioning sebuah institusi pendidikan merupakan aspek perhatian besar dari konsumennya (siswa).


Pengunjung