Konsep Manajemen Pemasaran Pendidikan
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan danpengendalian terhadap program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntugkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuantujuan organisasi
a. Analisa peluang pasar
Adalah suatu bidang kebutuhan dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Kemungkinan sukses perusahaan bergantung pada kekuatan usahanya yang tidak hanya harus sesuai dengan persyaratan berhasil dalam sasaran pasar tersebut. Namun juga harus unggul dari pesaingnya.
Analisis situasi suatu perusahaan yang lengkap. Perusahaan harus menganalisis kekuatan dan kelemahannya tentang bagaimana kondisi pemasaran sekarang dan yang akan datang dalam rangka untuk menentukan peluang yang cukup menarik dan yang baik. Kalau ingin bertahan dalam usaha berkesinambungan tentunya setiap perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk mengenal kesempatan-kesempatan baru secara dini terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen pada masa yang akan datang dan tidak tergantung kepada produk dan pasar yang dimiliki sekarang.
Strategi Pemasaran Institusi Pendidikan
Telah
menjadi realitas, bahwa persaingan antar sekolah di Kota Bekasi dewasa ini
semakin atraktif. Hal ini tentunya menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan
kualitas penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan pemerintah kota yang memberikan
perhatian besar di sektor pendidikan, membuka peluang lebih berinovasinya institusi
pendidikan. Sekolah-sekolah kini telah mengubah mindset-nya dengan mulai merevisi beberapa programnya.
Konsep
input, proses dan output menjadi obyek kajian yang telah dimantapkan. Tidak
mengherankan, jika inovasi-inovasi tersebut menjadi sebuah telaahan marketing
yang menarik. Marketing dewasa ini bukan hanya monopoli institusi pendidikan
yang profit oriented, namun pula trennya telah diadopsi institusi pendidikan
negeri. Upaya untuk menggaet input yang lebih capable dan matang (calon siswa
potensial), telah menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi, dalam rangka mendukung
proses pembelajaran dan kompetisi antar sekolah. Dengan input yang qualified
tersebut, maka guru akan lebih mampu untuk melakukan akselerasi, bukan malah
menggampangkan proses belajar mengajar.
Konsep
pemasaran pendidikan dewasa ini memang telah berevolusi menjadi sebuah kajian
yang lebih dewasa. Beberapa sekolah di Jakarta dan Bekasi, misalnya, telah
mempekerjakan karyawan khusus di bidang marketing.
Inovasi
pemasaran lembaga pendidikan (sekolah) memang lagi kreatif-kreatifnya. Panitia
penerimaan siswa baru tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi hal
administrasi dan seleksi ketat semata, namun mereka diefektifkan jauh-jauh hari
sebelum tahun ajaran baru untuk mengedukasi dan melakukan kampanye terhadap
target-targetnya (calon siswa potensial). Dalam hal ini, tentunya mereka awali
dengan melakukan riset mengenai tren masyarakat konsumen pendidikan. Dan pada
tahap selanjutnya adalah berinovasi untuk mengedukasi pasar dan menghasilkan input
yang sesuai standar target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kini
sekolah-sekolah memang harus lebih aktif untuk menggaet input-input yang
berkualitas. Hal ini dalam rangka kompetisi tadi. Tak heran jika pilihan
berinovasi dengan memajukan waktu perekrutan calon siswa dan membuka jalur
khusus siswa berprestasi, menjadi strategi baru bagi sekolah-sekolah sekelas Al
Azhar, dalam konteks pemasaran lembaganya.
Strategi
komunikasi pemasaran dibeberapa sekolah swasta di Bekasi, bahkan telah
dilakukan secara profesional dengan memasang artikel satu halaman full di
harian lokal. Suatu terobosan unik untuk mengedukasi calon konsumennya.
Tentunya strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun untuk sebuah
kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme
manajemen sekolah, bukankah ini sesuatu yang patut untuk dicoba ?
Perilaku
konsumen pendidikan (siswa) di Kota Bekasi memang masih cenderung loyal atau
masih primordial dalam konteks pendidikan menengah. Ini adalah kekuatan
tersendiri untuk pemasaran brand lembaga pendidikan lokal. Ditunjang dengan interland yang belum terlalu valuable kualitas
pendidikannya, pasar pendidikan di Kota Bekasi cenderung masih sangat
prospektif.
Anak usia
sekolah menengah masih senang bersekolah di Kota Bekasi ketimbang harus hijrah
ke Jakarta. Hal ini sangat memberi akses, untuk goal Kota Bekasi. Tujuan
Pendidikan, sebagaimana sering dikampanyekan oleh Pemkot Bekasi. Berbeda dengan
peserta pendidikan tinggi (mahasiswa) yang cenderung menjadikan Jakarta sebagai
target utama.
Siswa
(termasuk orangtuanya) tidak lagi hanya sekadar melihat pertimbangan lamanya
sekolah berdiri, jarak dari rumah ke sekolah dan guru-gurunya saja, melainkan
ada faktor-faktor motivasi lain dalam hal memutuskan target sekolah yang
dipilih. Dalam konteks ini, positioning sebuah institusi pendidikan merupakan aspek perhatian besar
dari konsumennya (siswa).
Sekolah-sekolah
yang memposisikan dirinya sebagai sekolah unggulan, andalan ataupun favorit
yang diregulasi pemerintah kota Bekasi tentu memiliki bargaining position yang lebih baik. Namun tren siswa dewasa ini ternyata tidak
hanya melihat positioning sekolah unggulan, andalan dan favorit sebagai satu-satunya
pertimbangan untuk memutuskan bersekolah di lembaga tersebut.
Pertimbangan
positioning sekolah gaul dan bonafide ternyata
menjadi fenomena baru dalam pemasaran lembaga pendidikan. Hal ini penting
mendapat respon manajemen sekolah. Berkualitas, disiplin namun tetap gaul
cenderung pula menjadi idealisme remaja. Sekolah bonafide, dengan infrastruktur
yang lebih mendukung, ruangan ber-AC, fasilitas teknologi yang memadai, kini
memang suatu tuntutan pasar yang menjadi kewajiban untuk dieksekusi oleh
sekolah, dalam rangka memasarkan lembaganya.
Hal ini
karena ternyata perilaku konsumen pendidikan (siswa) yang merupakan usia
remaja, relatif ingin suasana dinamis dalam lingkungan sekolahnya. Remaja ingin
tahu banyak tentang teknologi pendidikan mutakhir, sehingga sekolah lagi-lagi
dituntut menawarkan inovasi dalam content of product
yang ditawarkannya.
Content tersebut
termasuk pula seberapa besar apresiasi manajemen sekolah terhadap aktifitas
kesiswaan yang kreatif dan dinamis. Namun demikian, tulisan ini bukan berarti
ingin memasuki area kapitalisasi pendidikan di Kota Bekasi, namun lebih
beroientasi pada analisis tren pemasaran pendidikan mutakhir. Jadi, intinya
adalah bagaimana menciptakan qualistyle di sekolah, bukan sekadar lifestyle.
Kepuasan
konsumen pendidikan terhadap kinerja sekolah menjadi keniscayaan untuk menjadi
telaah evaluasi. Over
promise and under delivery adalah
kesalahan pemasaran. Ketidak sesuaian ekspektasi konsumen dan realitas yang
ada, akan membentuk citra buruk sekolah. Hal ini patut diwaspadai karena
masyarakat kita juga memiliki kemampuan socializing
yang kuat.
Komunikasi
negatif melalui word
of mouth dalam event dan forum sosial akan sangat efektif memberikan pencitraan
buruk kepada sekolah, jika memang terjadi ketidakpuasan tadi. Oleh karena itu,
harus ada quality
assurance dari sekolah untuk siswa dan calon
siswa (terutama siswa potensial) terhadap produk yang ditawarkan oleh sekolah
itu.
http://infoeduspirit.wordpress.com/2008/12/01/strategi-pemasaran-institusi-pendidikan/
manajemen pemasaran pendidikan
Manajemen pemasaran
adalah proses atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengikuti
metode manajemen yang baik yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
serta pengawasan yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Suatu perusahaan dalam mempromosikan
barang, kepada konsumen harus dapat memenuhi kriteria yang baik, kriteria yang
dimaksud adalah kriteria pemasaran/barang yang benar-benar dibutuhkan oleh
konsumen,
Nah, setelah memaparkan sedikit
tentang Manajemen Pemasaran mari kita beralih kepada judul skripsi manajemen
pemasaran.
Mungkin masih teringat dibenak
kita dengan bran image atau jargon dari salah satu produk yang kita lihat
ditelevisi, internet ataupun dimedia cetak. Produk tersebut diiklankan atau
dikomunikasikan dengan beragam cara. mulai dari yang lucu, aneh, meyakinkan,
norak hingga salah satu diantaranya bahkan dengan sengaja menyindir dan
bersaing “menjatuhkan” produk lainnya. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk
meyakinkan kita sebagai calon konsumen agar membeli atau menggunakan
produk yang diiklankan.
Dalam hal ini manejemen pemasaran
yang baik tentunya sangat diperlukan oleh pemilik produk (red : Produsen).
Disinilah peran produsen ditantang sekreatif mungkin dalam mengemas produk dan
merancang strategi pemasaran yang baik untuk mengkomunkasikan produknya (baik
barang ataupun jasa) agar bisa terjual dipasaran atau digunakan oleh pelanggan.
Dalam mengkomukasikan suatu
produk haruslah
memperhatikan beberapa aspek yang menjadi penilaian konsumen dalam menilai
suatu produk. Aspek yang membuat konsumen yakin untuk memutuskan membeli atau
menggunakan suatu produk diataranya adalah kualitas produk, pelayanan,
komunikasi, harga dan ketersediaan suatu produk. Aspek inilah yang paling
menentukan bagaimana penilaian konsumen terhadap suatu produk.
Keahlian manejemen pemasaran dan strategi
pemasaran pemilik produk dalam mengemas produknya untuk dikenalkan dan
dikomunikasikan kepada khalayak sangatlah menentukan seberapa besar penilaian
konsumen terhadap suatu produk sehingga pada akhirnya meyakinkan konsumen untuk
memutuskan membeli atau menggunakan produk tersebut.
Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang manejemen
pemasaran dan strategi pemasaran yang lebih lengkap tanyakan dan
konsultasikan pada AHLInya.
Inovasi pemasaran lembaga
pendidikan (sekolah) memang lagi kreatif-kreatifnya. Panitia penerimaan siswa
baru tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi
hal administrasi dan seleksi ketat semata, namun mereka diefektifkan
jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru untuk mengedukasi dan melakukan
kampanye terhadap target-targetnya (calon siswa potensial). Dalam hal ini,
tentunya mereka awali dengan melakukan riset mengenai tren masyarakat konsumen
pendidikan. Dan pada tahap selanjutnya adalah berinovasi untuk mengedukasi
pasar dan menghasilkan input yang sesuai
standar target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kini sekolah-sekolah memang harus
lebih aktif untuk menggaet input-input yang berkualitas. Hal ini dalam
rangka kompetisi tadi. Tak heran jika pilihan berinovasi dengan memajukan waktu
perekrutan calon siswa dan membuka jalur khusus siswa berprestasi, menjadi
strategi baru bagi sekolah-sekolah sekelas Al Azhar, dalam konteks pemasaran
lembaganya.
Strategi komunikasi pemasaran dibeberapa
sekolah swasta di Bekasi, bahkan telah dilakukan secara profesional dengan
memasang artikel satu halaman full di harian lokal. Suatu terobosan unik untuk
mengedukasi calon konsumennya. Tentunya strategi ini memerlukan budget yang
tidak sedikit. Namun untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan
kualitas dan profesionalisme manajemen sekolah, bukankah ini sesuatu yang patut
untuk dicoba ?
Perilaku konsumen pendidikan
(siswa) di Kota Bekasi memang masih cenderung loyal atau masih primordial dalam
konteks pendidikan menengah. Ini adalah kekuatan
tersendiri untuk pemasaran brand lembaga pendidikan lokal. Ditunjang dengan
interland yang belum terlalu valuable kualitas pendidikannya, pasar pendidikan
di Kota Bekasi cenderung masih sangat prospektif.
Anak usia sekolah menengah masih senang
bersekolah di Kota Bekasi ketimbang harus hijrah ke Jakarta. Hal ini sangat
memberi akses, untuk goal Kota Bekasi. Tujuan Pendidikan, sebagaimana sering
dikampanyekan oleh Pemkot Bekasi. Berbeda dengan peserta pendidikan tinggi
(mahasiswa) yang cenderung menjadikan Jakarta sebagai target utama.
Siswa (termasuk orangtuanya)
tidak lagi hanya
sekadar melihat pertimbangan lamanya sekolah berdiri, jarak dari rumah ke
sekolah dan guru-gurunya saja, melainkan ada faktor-faktor motivasi lain dalam
hal memutuskan target sekolah yang dipilih. Dalam konteks ini, positioning
sebuah institusi pendidikan merupakan aspek perhatian besar dari konsumennya
(siswa).