MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW 


A.      JUDUL
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

B.       LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik. Setiap model pembelajaran sangat ditentukan oleh pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola proses pengajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide penting dalam pembelajaran adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).  Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran . Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Melalui model pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika.
C.      PERUMUSAN MASALAH
1.      Identifikasi Masalah
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik. Berdasarkan latar belakang, teridentifikasi bahwa proses belajar yang berlangsung di sekolah masih belum seluruhnya berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan masih seringnya digunakan model ceramah yang hampir pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika. Padahal tidak semua materi pelajaran matematika harus diajarkan  dengan model ceramah atau konvensional. Kenyataan pembelajaran matematika yang seperti ini menunjukkan bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting.
2.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a.       Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
b.      Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran matematika?.

D.      TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
1.      Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2.      Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.



E.       MANFAAT PENELITIAN
1.    Manfaat teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh rambu-rambu dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk dikembangkan di Sekolah Dasar.
2.    Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan permasalahan secara terencana dan sistematis yang terkait dengan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw di Sekolah Dasar, khususnya di kelas IV SD Negeri 2 Ancaran Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.

F.       LANDASAN TEORI
1.      Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
  1. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan matematika kepada siswa dan didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan pelayanan terhadap kemampuan dan kebutuhan siswa tentang matematika.

G.      KERANGKA BERPIKIR
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran dan metode yang tepat dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk  meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV dalam mempelajari materi yang ada di kelas IV adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Melalui model pembelajaran ini dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran.
Kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya.

H.      ANGGAPAN DASAR
Penelitian ini dilaksanakan dengan berlandastumpu pada asumsi (anggapan) dasar, yaitu:
1.    Proses belajar yang berlangsung di sekolah ini masih belum seluruhnya berpusat pada siswa.
2.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
3.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw  agar siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

I.         HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian ini berupa hipotesis tindakan. Berdasarkan kajian teori dan asumsi dasar sebagaimana dikemukakan, maka hipotesis tindakan ini adalah: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika.


J.        METODE PENELITIAN
  1. Model Penelitian Tindakan Kelas
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
  1. Setting penelitian
a.    Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 2 Ancaran, beralamat di Jalan Sindangsari Desa Ancaran Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Direncanakan untuk 2 siklus. Alokasi waktu untuk setiap pembelajaran adalah 2 X 35 menit.
b.    Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV yang berjumlah 30 orang. Dalam PTK ini peneliti dibantu dengan satu orang guru sebagai mitra (observer) dan pokok bahasan yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif pada PTK ini adalah “Sifat Bangun Ruang Sederhana”.
c.    Fokus Tindakan
Fokus tindakan penelitian ini adalah meningkatkan kinerja guru serta aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk setiap siklus, fokus tersebut adalah:
1)   Siklus I: Meningkatkan kompetensi guru merancang dan mengelola model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar melalui diskusi kelompok.
2)   Siklus II: meningkatkan kompetensi guru merancang dan mengelola model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar melalui diskusi kelompok dan diskusi kelas.

  1. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama, yaitu: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, observasi dan refleksi. Setiap akhir kegiatan siklus diadakan refleksi, sehingga kelemahan-kelemahan setiap siklus dapat dibenahi pada siklus berikutnya.
a.    Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: membuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi guru dan siswa untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika model pembelajaran diaplikasikan, membuat tugas-tugas yang harus dikerjakan selama proses pembelajaran oleh setiap kelompok untuk mencapai indikator hasil belajar.
b.    Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan penelitian yang dimaksud adalah langkah realistis yang ditempuh oleh peneliti bersama observer di lapangan. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan inti dalam tiap siklusnya. Tahapan tindakan diawali dengan orientasi, pra-tindakan, pelaksanaan, serta observasi yang dilakukan oleh peneliti mitra (observer).
1)   Orientasi
Orientasi yang dilakukan peneliti bersama observer adalah memantapkan konsep-konsep penting tentang PTK. Studi tersebut berupa:
a)    Menyamakan persepsi peneliti, observer dan kepala sekolah tentang PTK.
b)   Menyamakan pemahaman peneliti dan observer tentang model pembelajarn kooperatif tipe jigsaw.
c)    Menetapkan siklus dan fokus tindakan, pokok bahasan serta instrument dan persiapan mengajar yang akan digunakan.
2)   Pra Tindakan
Pelaksanaan tindakan sebelum PTK dilakukan dalam bentuk pembelajaran. Peneliti sebagai guru kelas IV melakukan persiapan sebagai berikut:
a)    Bersama observer mendiskusikan rencana umum PTK sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika.
b)   Menetapkan indikator-indikator instrument untuk masing-masing aspek fokus tindakan baik bagi guru maupun bagi siswa.
3)   Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pembelajaran
Setiap siklus dilaksanakan dengan satu kali pembelajaran. Pola tindakan setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Merancang tindakan pembelajaran, antara lain: pembuatan rencana pembelajaran, pembuatan lembar kerja siswa, instrument pengamatan kinerja guru, lembar pengamatan kinerja siswa dan lembar evaluasi siswa.
b)   Melaksanakan tindakan dan observasi pembelajaran. Pada saat berlangsung tindakan pembelajaran, peneliti mitra bertindak sebagai observer.
c.    Tahap Refleksi
Data yang terkumpul dari hasil observasi terhadap setiap pembelajaran segera diolah dan dideskripsikan maknanya dengan cara diklasifikasikan, dianalisis, didiskusikan, dan dikaji ulang secara bersama-sama dengan observer, terutama yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil kegiatan refleksi ini digunakan sebagai bahan untuk pertimbangan penyusunan rencana tindakan berikutnya.
Peneliti dan observer menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan siklus I. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi terhadap tindakan siklus I dijadikan dasar pertimbangan dalam menentukan rencana perbaikan di siklus II. Pada saat refleksi ini didiskusikan pula oleh peneliti dan observer fokus tindakan untuk pembelajaran di siklus II.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang akan dianalisis adalah data terkumpul, baik pada waktu pra-tindakan, selama tindakan maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu:
a.    Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data perencanaan dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
b.    Penilaian Kinerja Siswa
Penilaian kerja siswa merupakan alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
c.    Tes tertulis
Tes tertulis digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa.
  1. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data berupa data kualitatif, yaitu pengelompokkan jenis kinerja yang diobservasi dan direfleksi pada setiap siklus tindakan, meliputi: kinerja merancang rencana dan instrument pembelajaran, kinerja dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan instrument kinerja siswa.

K.      DEFINISI OPERASIONAL
1.    Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
2.    Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
3.   Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan matematika kepada siswa dan didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan pelayanan terhadap kemampuan dan kebutuhan siswa tentang matematika.

L.       JADWAL KEGIATAN
No
KEGIATAN
MINGGU KE……..
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan












2
Proses pembelajaran












3
Evaluasi












4
Pengumpulan Data












5
Analisis Data












6
Penyusunan Hasil












7
Pelaporan Hasil

















DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan.2006.Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Idri Shaffat, M.Ag.2009. Optimized Learning Strategy Pendekatan Teoritis dan Praktis Meraih Keberhasilan Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Mulyana, Edi Hendri.2008.Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar.Bandung: UPI PRESS.
Rochiati Wiriaatmadja.2006.Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suyati dkk.2007.Pelajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas IV.Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Pengunjung