Hubungan antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi Belajar Peserta Didik

Hubungan antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi Belajar Peserta Didik 

I.          JUDUL
“Hubungan antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Matematika”(Studi Korelasi di Kelas V SDN 8 Singaparna)

  II.     PENDAHULUAN
A.  Latar  Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat(UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Hal ini meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir(Henderson,2006). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu proses upaya yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak untuk mencapai kedewasaan yang terjadi sepanjang hayat.
Semua orang tua secara natural menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dahulu (atau mungkin juga hingga sekarang) tingkat intelektual seorang anak sering diartikan sebagai nilai yang dicapainya dalam sebuah tes atau peringkat yang diraihnya di sekolah. Kecerdasan intelektual ini biasanya diukur dengan tes yang dikenal sebagai tes IQ. Berdasarkan hasil tes IQ tersebut seorang anak akan diberi `label' sebagai anak yang pintar atau bukan.
Selain itu, biasanya ada nilai dari beberapa mata pelajaran tertentu yang dipercaya secara signifikan berkorelasi dengan kecerdasan anak tersebut. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang `mengagungkan' mata pelajaran yang satu ini dan mengira bahwa anak-anak yang mampu menggeluti bidang ilmu eksakta lebih cerdas ketimbang anak-anak yang menggeluti bidang ilmu lain.
Salah satu jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu kecerdasan logika matematika. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta menelaah  berbagai permasalahan secara ilmiah(Sandra F., 2008).
Definisi mengenai kecerdasan tersebut berkaitan dengan definisi mata pelajaran matematika yaitu matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya(Arifin M., 2010).
Dari uraian di atas dan melihat fenomena tentang kepercayaan orang tua terhadap nilai mata pelajaran matematika yang dapat menggambarkan kecerdasan anaknya, menjadi latar belakang masalah yang diangkat dalam suatu penelitian dengan judul: “Hubungan antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi belajar Matematika” (Studi Korelasi di Kelas V SDN 8 Singaparna Tasikmalaya).

B.  Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang di atas antara lain:
1.      Tingkat IQ peserta didik berbeda-beda;
2.      Tingkat kecerdasan logika matematika berbeda-beda;
3.      Prestasi belajar Matematika berbeda-beda dan dipengaruhi oleh kecerdasan dan faktor lainnya;
4.      Hubungan tingkat IQ peserta didik dengan prestasi belajar di sekolah;
5.      Hubungan tingkat IQ peserta didik dengan prestasi belajar matematika;
6.      Hubungan kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar matematika.

C.  Batasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam dan adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Penulis memberi batasan terhadap masalah tersebut.
Adapun masalah yang akan diteliti yaitu:
1.      Tingkat kecerdasan logika matematika kelas V SDN 8 Singaparna;
2.      Prestasi belajar Matematika Kelas V SDN 8 Singaparna;
3.      Hubungan kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna.

D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan serta telah diberikan batasan pada masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.      Bagaimana tingkat kecerdasan logika matematika kelas V SDN 8 Singaparna?;
2.      Bagaimana prestasi belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna?;
3.      Bagaimana hubungan antara tingkat kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna?.

E.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitiannya antara lain:
1.      Mengetahui tingkat kecerdasan logika matematika kelas V SDN 8 Singaparna;
2.      Mengetahui prestasi belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna;
3.      Mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna.
F.   Kegunaan Hasil Penelitian
Secara keseluruhan diharapkan penelitian ini berguna untuk:
1.      Membuktikan kebenaran fenomena mengenai orang tua yang meyakini nilai prestasi belajar matematika itu menggambarkan kecerdasan anaknya;
2.      Menambah wawasan penulis tentang penyusunan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi;
3.      Memberikan informasi kepada calon guru maupun guru tentang jenis kecerdasan dan hubungannya dengan prestasi belajar peserta didik.

 III.            LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, ASUMSI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.  Landasan Teori
Salah satu aspek dari kognisi adalah kecerdasan logika matematika (logic smart). Teori yang menunjang kecerdasan logika matematika (logic smart) diantaranya adalah:
1.      Teori Bronfenberenner
Yang menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai bakat cara belajar kemampuan kognitif yang berbeda-beda dan kemampuan masing-masing individu tergantung pada latar belakang sosial, budaya dimana mereka dibesarkan.

2.      Teori Gardner
Teori Gardner atau Gardner's Theory of Multiple Intelligences. Gardner membagi aspek kecerdasan menjadi 8 yang salah satunya adalah kecerdasan logic smart (logika matematika), selain logic smart ini yang termasuk dalam multiple intelligences/kecerdasan majemuk yaitu word smart (kecerdasan linguistic), logic smart (kecerdasan logika matematika), body smart (kecerdasan fisik), picture smart (kecerdasan visual spasial), self smart (kecerdasan intrapersonal), people smart (kecerdasan interpersonal), music smart (kecerdasan musical) dan nature smart (kecerdasan naturalis). Kecerdasan ini dapat saja dimiliki individu hanya saja dalam taraf yang berbeda. Selain itu kecerdasan ini tidak berdiri sendiri, kadang bercampur dengan kecerdasan yang lain.
Adapun cara untuk mengetahui tingkat kecerdasan, sekarang ini dikenal dengan fingerprint test/fingerprint analysis atau tes sidik jari.
Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2). Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif (Russefendi, 1989: 23). Matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logis, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. (Johnson dan Rising, 1972 dalam Rusefendi, 1988: 2). Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984. Dalam Rusefendi, 1988: 2) Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988:2). Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu tentang bilangan, hugungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Prestasi belajar matematika merupakan hasil dari usaha seseorang dari suatu aktivitas mempelajari matematika, dimana selama proses belajar tersebut dilakukan (Suryabrata, 2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar matematika adalah hasil dari suatu aktivitas belajar matematika berupa pembelajaran dalam kelas yang dilakukan secara sadar dan menjalani proses penilaian terhadap hasil belajar yang diwujudkan berupa angka atau nilai-nilai yang telah dicapai, dilaksanakan atau dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil dari proses belajar.
Peserta didik yang memiliki prestasi belajar matematika baik cenderung dianggap memiliki kecerdasan yang tinggi yang biasanya disebut  pintar  atau cerdas. Dalam hal ini kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan logika matematika.

B.  Kerangka Berpikir
Psikolog dari Universitas Harvard, Howard Gardner (1980) menyebutkan bahwa kecerdasan logika matematika berkaitan dengan kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta menelaah  berbagai permasalahan secara ilmiah. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika adalah: akuntan, ahli statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat program komputer. Kecerdasan ini juga merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara deduktif atau induktif, mengenali dan memanipulasi pola-pola abstrak dan hubungan-hubungan abstrak. 
Sejalan dengan definisi di atas, Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak.
Individu yang dominan pada kecerdasan logika matematika, menunjukkan gejala perilaku yaitu:
1.      Menyukai matematika atau obyek sains;
2.      Cenderung mengajukan pertanyaan dan berusaha mencari jawabannya sendiri;
3.      Suka memahami hukum alam dan kejadian-kejadian di lingkungan untuk dijadikan dasar sebagai pemecahan atas suatu permasalahan;
4.      Memperhatikan atas kekurangan penjelasan logika yang dikemukakan oleh orang lain ketika berbicara dengannya;
5.      Suka bermain permainan yang memerlukan banyak strategi seperti catur atau teka-teki.
Maka, tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik akan terlihat dan tersalurkan dalam mata pelajaran matematika.
Kerangka berpikir yang dihasilkan yaitu jika tingkat kecerdasan logika matematika tinggi maka prestasi belajar matematika akan tinggi pula. Dan jika tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik rendah maka prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika akan rendah pula.

C.  Anggapan Dasar (Asumsi)
Asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga:2001). Jadi, asumsi merupakan latar belakang jalur pemikiran atau anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi penelitian ini adalah:
1.      Tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik berbeda-beda;
2.      Prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika peserta didik dipengaruhi oleh kecerdasan;
3.      Jika tingkat kecerdasan logika matematika tinggi maka prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika akan tinggi pula.

D.  Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Penelitian ini menyoroti dua variabel pokok, yaitu tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik, menempati variabel independen (variabel X), sedangkan prestasi belajar matematika peserta didik menempati variabel dependen (variabel Y).
Dari kedua variabel, secara teoritik dapat diduga bahwa tingkat kecerdasan logika matematika mempengaruhi prestasi belajar matematika peserta didik.
Maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan yang positif antara tingkat kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika” di kelas V SDN 8 Singaparna Tasikmalaya.

 IV.            PROSEDUR PENELITIAN
A.    Metode
Metode penelitian menurut Furchan (2004:39) adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010:14). Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode survey yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data.

B.     Definisi Operasional
Kecerdasan atau intelligensi atau disebut juga kognitif dapat didefinisikan sebagai kemampuan berfikir abstrak. Menurut Wechsler, intelligensi adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya secara memuaskan (W.S.Winkel, SJ 1984). William Stern mengatakan bahwa intelligensi adalah merupakan kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berfikir abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instinktif serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk apa yang disebut intelligensi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa intelligensi/kecerdasan/kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari lingkungan sekitarnya.
Adapun kecerdasan logika matematika, yang merupakan salah satu jenis kecerdasan dari multiple intelligence yang dikemukakan oleh Howard Gardner, yaitu kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta menelaah  berbagai permasalahan secara ilmiah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran), matematika merupakan masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandasan kebenaran konsistensi, untuk mencapai tujuan pendidikan. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Prestasi belajar matematika adalah hasil dari suatu aktivitas belajar matematika berupa pembelajaran dalam kelas yang dilakukan secara sadar dan menjalani proses penilaian terhadap hasil belajar yang diwujudkan berupa angka atau nilai-nilai yang telah dicapai, dilaksanakan atau dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil dari proses belajar.
Hubungan (asosiatif) antara variabel dalam penelitian ini merupakan rumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel yakni antara kecerdasan logika matematika (variabel independen/variabel bebas) dengan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika (variabel dependen/variabel terikat). Maka hubungannya bersifat kausal atau sebab akibat. Hubungan bersifat positif apabila kedua variabel berbanding lurus (linear) yakni jika variabel X tinggi maka variabel Y tinggi pula. Sedangkan hubungan bersifat negatif apabila kedua variabel berbanding terbalik yakni jika variabel X tinggi maka variabel Y rendah atau sebaliknya.

C.    Populasi dan Sampel
Sugiyono (2010: 117) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 8 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 30 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(Arikunto, 2002: 109; Furchan, 2004:193). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 118). Ia menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini akan menggunakan teknik sensus atau sampling jenuh yakni semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sebagaimana menurut Sugiyono (2010: 124) “Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil”.


D.    Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya, penelitan itu adalah melakukan pengukuran terhadap suatu fenomena alam atau sosial. Melakukan pengukuran berarti harus menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur penelitian biasanya dinamakan dengan instrument penelitian. Jadi, instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian(Sugiyono, 2010:148).
Dalam hal ini, terdapat dua variable yang akan diteliti, yaitu tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik (variable X) dan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika(variable Y). Maka, instrument untuk mengukur variable X digunakan angket dan untuk mengukur variable Y digunakan tes. Kedua instrument tersebut akan diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

E.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi teknik observasi, wawancara, angket, tes dan studi kepustakaan. Untuk memperjelas teknik pengumpulan data yang akan dilakukan, maka masing-masing teknik dijelaskan sebagai berikut:
1.      Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2.      Wawancara
Wawancara (interview) adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Atau dapat dikatakan wawancara adalah Tanya jawab peneliti dengan nara sumber.
3.      Angket (kuisioner)
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

4.      Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik(Sugiyono, 2010).

5.      Studi kepustakaan
Nazir (2005:1993) dalam Ihat Hatimah, dkk(2009) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literature, selain dari mencari data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan diperoleh.

F.     Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara berpikir logis deduktif maupun induktif untuk data yang bersifat kualitatif. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara statistik, khususnya statistik korelasi yakni dengan rumus:
 
Koefisien korelasi menunjukkan tinggi derajat hubungan antara variabel-variabelnya tetapi belum menunjukkan tingginya derajat kesamaan karakteristik yang ada pada kedua variabel itu. Untuk melihat karakteristik kesamaannya kita harus mengkuadratkan nilai r itu. Kuadrat nilai r (koefisien korelasi) itu disebut dengan koefisien determinasi. Koefisien determinasi ini dinyatakan dalam persen yaitu r2x100%. 

G.    Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
1
Penyusunan proposal












2
Penyusunan instrument












3
Seminar proposal dan instrument penelitian












4
Pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian












5
Penentuan sampel












6
Pengumpulan data












7
Analisis data












8
Pembuatan draf laporan












9
Seminar laporan












10
Penyempurnaan laporan












11
Penggandaan laporan penelitian













    V.            DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya:Bandung
Boeana, Reksa. 2009. Multiple Intelligence, Kecerdasan Logika Matematika. http://reksaboeana.blogspot.com/2009/12/multiple-intelligence-kecerdasan-logika.html
Dewi, Sandraf. 2008. Multiple Intelligence, Kecerdasan Majemuk. http://sandrafdewi.multiply.com/journal/item/42/MULTIPLE_INTELLIGENCE_KECERDASAN_MAJEMUK 2 mei 2008
Grafura, Lubis. 2009. Kajian Teori, Asumsi dan Hipotesis dalam penelitian kuantitatif. http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/kajian-teori-asumsi-dan-hipotesisdalam-penelitian-kuantitatif/
Hatimah, Ihat, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Muslim, Arifin. 2010. Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika. http://arifinmuslim.wordpress.com/2010/03/27/hakikat-matematika-dan-pembelajaran-matematika-di-sd/
Rakhmat, Cece., dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Tiga, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Balai pustaka:Jakarta

Pengunjung