Hubungan antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi Belajar Peserta Didik
I.
JUDUL
“Hubungan
antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Dalam
Mata Pelajaran Matematika”(Studi Korelasi di Kelas V SDN 8 Singaparna)
II. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat(UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat
pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Hal ini meliputi
proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir(Henderson,2006). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu
proses upaya yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak untuk mencapai
kedewasaan yang terjadi sepanjang hayat.
Semua orang tua
secara natural menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dahulu
(atau mungkin juga hingga sekarang) tingkat intelektual seorang anak sering diartikan sebagai nilai yang
dicapainya dalam sebuah tes atau peringkat yang diraihnya di sekolah. Kecerdasan intelektual ini biasanya diukur dengan tes yang dikenal sebagai
tes IQ. Berdasarkan hasil tes IQ tersebut seorang anak akan diberi `label'
sebagai anak yang pintar atau bukan.
Selain itu, biasanya ada nilai dari beberapa mata pelajaran tertentu yang dipercaya
secara signifikan berkorelasi dengan kecerdasan anak tersebut. Salah satunya
adalah mata pelajaran matematika. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang
`mengagungkan' mata pelajaran yang satu ini dan mengira bahwa anak-anak yang
mampu menggeluti bidang ilmu eksakta lebih cerdas ketimbang anak-anak yang
menggeluti bidang ilmu lain.
Salah satu
jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu kecerdasan logika
matematika. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan
sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara
logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola
tertentu, serta menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah(Sandra F.,
2008).
Definisi
mengenai kecerdasan tersebut berkaitan dengan definisi mata pelajaran
matematika yaitu matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa
belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan
mencari hubungan antar konsep dan strukturnya(Arifin M., 2010).
Dari uraian di
atas dan melihat fenomena tentang kepercayaan orang tua terhadap nilai mata
pelajaran matematika yang dapat menggambarkan kecerdasan anaknya, menjadi latar
belakang masalah yang diangkat dalam suatu penelitian dengan judul: “Hubungan
antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Prestasi belajar Matematika” (Studi
Korelasi di Kelas V SDN 8 Singaparna Tasikmalaya).
B.
Identifikasi
Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang di atas
antara lain:
1.
Tingkat IQ
peserta didik berbeda-beda;
2.
Tingkat
kecerdasan logika matematika berbeda-beda;
3.
Prestasi
belajar Matematika berbeda-beda dan dipengaruhi oleh kecerdasan dan faktor
lainnya;
4.
Hubungan
tingkat IQ peserta didik dengan prestasi belajar di sekolah;
5.
Hubungan
tingkat IQ peserta didik dengan prestasi belajar matematika;
6.
Hubungan
kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar matematika.
C.
Batasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam dan adanya
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasikan akan diteliti. Penulis memberi batasan terhadap masalah
tersebut.
Adapun masalah yang akan diteliti yaitu:
1.
Tingkat
kecerdasan logika matematika kelas V SDN 8 Singaparna;
2.
Prestasi
belajar Matematika Kelas V SDN 8 Singaparna;
3.
Hubungan
kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar matematika kelas V SDN 8
Singaparna.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan serta
telah diberikan batasan pada masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimana
tingkat kecerdasan logika matematika kelas V SDN 8 Singaparna?;
2.
Bagaimana prestasi
belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna?;
3.
Bagaimana
hubungan antara tingkat kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar
matematika kelas V SDN 8 Singaparna?.
E.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitiannya antara lain:
1.
Mengetahui
tingkat kecerdasan logika matematika kelas V SDN 8 Singaparna;
2.
Mengetahui
prestasi belajar matematika kelas V SDN 8 Singaparna;
3.
Mengetahui
hubungan antara tingkat kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar
matematika kelas V SDN 8 Singaparna.
F.
Kegunaan Hasil
Penelitian
Secara keseluruhan diharapkan penelitian ini berguna untuk:
1.
Membuktikan
kebenaran fenomena mengenai orang tua yang meyakini nilai prestasi belajar
matematika itu menggambarkan kecerdasan anaknya;
2.
Menambah
wawasan penulis tentang penyusunan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi;
3.
Memberikan
informasi kepada calon guru maupun guru tentang jenis kecerdasan dan
hubungannya dengan prestasi belajar peserta didik.
III.
LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERPIKIR, ASUMSI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Landasan Teori
Salah satu aspek dari kognisi adalah kecerdasan logika matematika (logic
smart). Teori yang menunjang kecerdasan logika matematika (logic
smart) diantaranya adalah:
1. Teori
Bronfenberenner
Yang
menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai bakat cara belajar kemampuan kognitif
yang berbeda-beda dan kemampuan masing-masing individu tergantung pada latar
belakang sosial, budaya dimana mereka dibesarkan.
2. Teori
Gardner
Teori
Gardner atau Gardner's Theory of Multiple Intelligences. Gardner membagi
aspek kecerdasan menjadi 8 yang salah satunya adalah kecerdasan logic smart (logika
matematika), selain logic smart ini yang termasuk dalam multiple
intelligences/kecerdasan majemuk yaitu word smart (kecerdasan
linguistic), logic smart (kecerdasan logika matematika), body smart (kecerdasan
fisik), picture smart (kecerdasan visual spasial), self smart (kecerdasan
intrapersonal), people smart (kecerdasan interpersonal), music smart (kecerdasan
musical) dan nature smart (kecerdasan naturalis). Kecerdasan ini dapat
saja dimiliki individu hanya saja dalam taraf yang berbeda. Selain itu kecerdasan
ini tidak berdiri sendiri, kadang bercampur dengan kecerdasan yang lain.
Adapun cara untuk mengetahui tingkat
kecerdasan, sekarang ini dikenal dengan fingerprint test/fingerprint
analysis atau tes sidik jari.
Matematika berasal
dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang
berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata
sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau
intelegensi. (Nasution, 1980: 2). Matematika itu terorganisasikan
dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma
dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu
deduktif (Russefendi, 1989: 23). Matematika merupakan pola
berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logis, pengetahuan struktur yang
terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya. (Johnson dan Rising, 1972 dalam
Rusefendi, 1988: 2). Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
(Reys, 1984. Dalam Rusefendi, 1988: 2) Matematika bukan pengetahuan
tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam. (Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988:2). Adapun
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu tentang bilangan,
hugungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Prestasi
belajar matematika merupakan hasil
dari usaha seseorang dari suatu aktivitas mempelajari matematika, dimana selama
proses belajar tersebut dilakukan (Suryabrata, 2002). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa, prestasi belajar matematika adalah hasil dari suatu
aktivitas belajar matematika berupa pembelajaran dalam kelas yang dilakukan
secara sadar dan menjalani proses penilaian terhadap hasil belajar yang
diwujudkan berupa angka atau nilai-nilai yang telah dicapai, dilaksanakan atau
dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil dari proses belajar.
Peserta didik yang memiliki prestasi belajar
matematika baik cenderung dianggap memiliki kecerdasan yang tinggi yang
biasanya disebut pintar atau cerdas. Dalam hal ini kecerdasan yang
dimaksud adalah kecerdasan logika matematika.
B.
Kerangka Berpikir
Psikolog dari Universitas Harvard,
Howard Gardner (1980) menyebutkan bahwa kecerdasan logika matematika berkaitan
dengan kemampuan menggunakan
angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep
matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan
matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta
menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah. Beberapa jenis
pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika adalah: akuntan, ahli
statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat program komputer. Kecerdasan ini
juga merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara deduktif atau induktif,
mengenali dan memanipulasi pola-pola abstrak dan hubungan-hubungan abstrak.
Sejalan
dengan definisi di atas, Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat
matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya
yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan
konsep-konsep yang abstrak.
Individu yang
dominan pada kecerdasan logika matematika, menunjukkan gejala perilaku yaitu:
1.
Menyukai matematika atau obyek sains;
2.
Cenderung mengajukan pertanyaan dan berusaha mencari jawabannya
sendiri;
3.
Suka memahami hukum alam dan kejadian-kejadian di lingkungan untuk
dijadikan dasar sebagai pemecahan atas suatu permasalahan;
4.
Memperhatikan atas kekurangan penjelasan logika yang dikemukakan
oleh orang lain ketika berbicara dengannya;
5.
Suka bermain permainan yang memerlukan banyak strategi seperti
catur atau teka-teki.
Maka, tingkat
kecerdasan logika matematika peserta didik akan terlihat dan tersalurkan dalam
mata pelajaran matematika.
Kerangka berpikir yang dihasilkan yaitu jika tingkat kecerdasan
logika matematika tinggi maka prestasi belajar matematika akan tinggi pula. Dan
jika tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik rendah maka prestasi
belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika akan rendah pula.
C.
Anggapan Dasar
(Asumsi)
Asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan
berpikir karena dianggap benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga:2001).
Jadi, asumsi merupakan latar belakang jalur pemikiran atau anggapan dasar tentang suatu
hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan
penelitian. Asumsi penelitian ini adalah:
1.
Tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik
berbeda-beda;
2.
Prestasi
belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika peserta didik dipengaruhi
oleh kecerdasan;
3.
Jika tingkat
kecerdasan logika matematika tinggi maka prestasi belajar peserta didik dalam
mata pelajaran matematika akan tinggi pula.
D.
Hipotesis
Menurut
Sugiyono (2010: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah dalam penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan. Penelitian ini menyoroti dua variabel pokok, yaitu
tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik, menempati variabel
independen (variabel X), sedangkan prestasi belajar matematika peserta didik
menempati variabel dependen (variabel Y).
Dari
kedua variabel, secara teoritik dapat diduga bahwa tingkat kecerdasan logika
matematika mempengaruhi prestasi belajar matematika peserta didik.
Maka,
hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan yang positif antara
tingkat kecerdasan logika matematika dengan prestasi belajar peserta didik
dalam mata pelajaran matematika” di kelas V SDN 8 Singaparna Tasikmalaya.
IV.
PROSEDUR
PENELITIAN
A.
Metode
Metode penelitian menurut Furchan (2004:39) adalah strategi umum
yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab
persoalan yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2010:14). Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode
survey yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu
yang alamiah (bukan buatan) tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data.
B.
Definisi
Operasional
Kecerdasan atau intelligensi atau disebut juga kognitif dapat
didefinisikan sebagai kemampuan berfikir abstrak. Menurut Wechsler,
intelligensi adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan suatu tujuan untuk
berfikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya
secara memuaskan (W.S.Winkel, SJ 1984). William Stern mengatakan bahwa intelligensi
adalah merupakan kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru,
kemampuan berfikir abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku
instinktif serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk apa yang
disebut intelligensi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
intelligensi/kecerdasan/kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan
atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa serta kemampuan menilai dan
mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari lingkungan sekitarnya.
Adapun kecerdasan logika matematika,
yang merupakan salah satu jenis kecerdasan dari multiple intelligence yang
dikemukakan oleh Howard Gardner, yaitu kemampuan menggunakan
angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep
matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan
matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta
menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2001) menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan guru.
Menurut
GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran), matematika merupakan masukan instrumental,
yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandasan kebenaran konsistensi, untuk
mencapai tujuan pendidikan. Matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada
didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar
konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Prestasi
belajar matematika adalah hasil dari suatu aktivitas belajar matematika berupa
pembelajaran dalam kelas yang dilakukan secara sadar dan menjalani proses
penilaian terhadap hasil belajar yang diwujudkan berupa angka atau nilai-nilai
yang telah dicapai, dilaksanakan atau dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil
dari proses belajar.
Hubungan (asosiatif) antara variabel dalam penelitian ini merupakan
rumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel yakni
antara kecerdasan logika matematika (variabel independen/variabel bebas) dengan
prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika (variabel dependen/variabel
terikat). Maka hubungannya bersifat kausal atau sebab akibat. Hubungan bersifat
positif apabila kedua variabel berbanding lurus (linear) yakni jika variabel X
tinggi maka variabel Y tinggi pula. Sedangkan hubungan bersifat negatif apabila
kedua variabel berbanding terbalik yakni jika variabel X tinggi maka variabel Y
rendah atau sebaliknya.
C.
Populasi dan
Sampel
Sugiyono (2010: 117) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V SDN 8 Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya yang
berjumlah 30 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(Arikunto,
2002: 109; Furchan, 2004:193). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh
Sugiyono (2010: 118). Ia menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini akan
menggunakan teknik sensus atau sampling jenuh yakni semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Sebagaimana menurut Sugiyono (2010: 124) “Hal ini
sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil”.
D.
Instrumen
Penelitian
Pada prinsipnya, penelitan itu adalah melakukan pengukuran terhadap
suatu fenomena alam atau sosial. Melakukan pengukuran berarti harus menggunakan
alat ukur yang baik. Alat ukur penelitian biasanya dinamakan dengan instrument
penelitian. Jadi, instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian(Sugiyono, 2010:148).
Dalam hal ini, terdapat dua variable yang akan diteliti, yaitu
tingkat kecerdasan logika matematika peserta didik (variable X) dan prestasi
belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika(variable Y). Maka,
instrument untuk mengukur variable X digunakan angket dan untuk mengukur
variable Y digunakan tes. Kedua instrument tersebut akan diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini diklasifikasikan
menjadi teknik observasi, wawancara, angket, tes dan studi kepustakaan. Untuk
memperjelas teknik pengumpulan data yang akan dilakukan, maka masing-masing
teknik dijelaskan sebagai berikut:
1.
Observasi
Sutrisno Hadi
dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
2.
Wawancara
Wawancara
(interview) adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Atau dapat dikatakan wawancara
adalah Tanya jawab peneliti dengan nara sumber.
3.
Angket
(kuisioner)
Kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
4.
Tes
Tes merupakan
suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik(Sugiyono, 2010).
5.
Studi
kepustakaan
Nazir
(2005:1993) dalam Ihat Hatimah, dkk(2009) menyatakan bahwa studi kepustakaan
atau studi literature, selain dari mencari data sekunder yang akan mendukung
penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang
berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana kesimpulan dan
generalisasi yang pernah dibuat, sehingga situasi yang diperlukan diperoleh.
F.
Teknik Analisis
Data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara berpikir logis
deduktif maupun induktif untuk data yang bersifat kualitatif. Sedangkan data
yang bersifat kuantitatif diolah secara statistik, khususnya statistik korelasi
yakni dengan rumus:
Koefisien korelasi menunjukkan tinggi derajat hubungan antara
variabel-variabelnya tetapi belum menunjukkan tingginya derajat kesamaan
karakteristik yang ada pada kedua variabel itu. Untuk melihat karakteristik
kesamaannya kita harus mengkuadratkan nilai r itu. Kuadrat nilai r (koefisien
korelasi) itu disebut dengan koefisien determinasi. Koefisien determinasi ini
dinyatakan dalam persen yaitu r2x100%.
G.
Jadwal
Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Minggu ke-
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
1
|
2
|
3
|
||
1
|
Penyusunan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan
instrument
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Seminar
proposal dan instrument penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penentuan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pengumpulan
data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Pembuatan
draf laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Seminar
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Penyempurnaan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Penggandaan
laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
V.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya:Bandung
Boeana,
Reksa. 2009. Multiple Intelligence, Kecerdasan Logika Matematika. http://reksaboeana.blogspot.com/2009/12/multiple-intelligence-kecerdasan-logika.html
Dewi, Sandraf. 2008. Multiple Intelligence, Kecerdasan Majemuk.
http://sandrafdewi.multiply.com/journal/item/42/MULTIPLE_INTELLIGENCE_KECERDASAN_MAJEMUK
2 mei 2008
Grafura, Lubis. 2009. Kajian
Teori, Asumsi dan Hipotesis dalam penelitian kuantitatif. http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/20/kajian-teori-asumsi-dan-hipotesisdalam-penelitian-kuantitatif/
Hatimah, Ihat, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan. Bandung:
UPI Press.
Muslim,
Arifin. 2010. Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika. http://arifinmuslim.wordpress.com/2010/03/27/hakikat-matematika-dan-pembelajaran-matematika-di-sd/
Rakhmat, Cece., dkk. 2006. Psikologi
Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Tiga, DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL. Balai pustaka:Jakarta