A.
Judul
PENINGKATAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK PEMBERIAN PENGUATAN (Penelitian
Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri Sukahurip Kecamatan Cineam Kabupaten
Tasikmalaya).
B.
Latar
Belakang Masalah
Pandangan
tentang belajar menurut aliran tingkah laku (aliran behavioristik) adalah
perubahan dalam tingkah laku akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi anatara stimulus dan respon. Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran
behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu
tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena
faktor stimulus yang menimbulkan respons. Untuk itu, agar aktivitas belajar
siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus
dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspons oleh
semua siswa.
Dari pandangan
behavioristik tersebut dapat di tinjau
bahwa pemberian stimulus merupakan hal utama yang harus dilakukan guru. Artinya,
dalam belajar yang paling menentukan adalah adanya stimulus yang bisa
membangkitkan dan membentuk minat siswa untuk mau belajar. Dalam hal ini pemberian
stimulus dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar yang berarti
bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor dari luar. Dilanjutkan
bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuh dan
kembangkan, sebaliknya jika diberikaan ganjaran negatif suatu perilaku akan
dihambat.
Namun pada
kenyatannya, guru sering kali mengabaikan pemberian stimulus kepada siswa,
sehingga respon yang diberikan siswa pun terbatas dalam belajar. Guru sering
kurang memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan siswa dalam
belajar. Sehingga berakibat pada kurangnya motivasi siswa dalam belajar dan
pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Stimulus sangat penting
diberikan guru kepada siswa, terutama dalam mata pelajaran matematika yang
biasa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Pelajaran
matematika yang merupakan pelajaran abstrak ini memang biasanya sangat sulit
dipahami oleh sebagian siswa sehingga siswa menjadi kurang bersemangat belajar,
dan akhirnya mempengaruhi hasil belajar matematika mereka menjadi rendah. Pemberian
stimulus ini sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai pemberi semangat dan motivasi
dalam belajar, sehingga siswa akan lebih tertarik untuk belajar, sekalipun itu
pada pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.
Salah satu
bentuk pemberian stimulus kepada siswa adalah pemberian reward atau penguatan. Kita
bisa melihat dilapangan bahwa ketika peserta didik dipuji oleh guru, maka
memungkinkan peserta didik tersebut memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi
dan akan lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Belajar akan
lebih berhasil apabila respon murid terhadap stimulus segera diikuti dengan
rasa senang atau kepuasan. Adapun rasa senang atau kepuasan tersebut bisa timbul akibat dari anak mendapat pujian,
ganjaran dan penguatan untuk melakukan dan meneruskan hal-hal yang baik.
Skinner dalam
teorinya Operant Conditioning, membedakan
adanya dua macam respons, yaitu Respondent
response (Reflexive response) dan Operant
dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang
yang demikian itu disebut reinforcing
stimuli (stimulus penguat), karena perangsang-perangsang tersebut
memperkuat respons yang telah dilakukan organisme. Jadi, perangsang yang
demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu
yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan),
lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar (responsnya
menjadi lebih intensif/kuat).
C.
Identifikasi
Masalah
1. Kurangnya
perhatian guru terhadap kebutuhan dan keinginan siswa dalam belajar.
2. Kurangnya
pemberian stimulus dari guru untuk mendapatkan respon siswa dalam belajar
3. Motivasi
belajar siswa menurun akibat kurangnya pemberian stimulus dari guru kepada
siswa.
4. Hasil
belajar matematika siswa rendah akibat kurangnya motivasi belajar siswa.
5. Hasil
belajar matematika siswa rendah akibat kurangnya pemberian stimulus dari guru
kepda siswa
6. Hasil
belajar matematika siswa rendah akibat kuranynya pemberian penguatan dari guru
kepada siswa.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah :
“Apakah
hasil belajar matematika pada siswa SD dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
dengan pemberian penguatan?”.
E.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
khusus
Untuk
mengetahui apakah melalui pemberian penguatan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika bagi siswa SD.
2. Tujuan
umum
-
Meningkatkan kemampuan
guru dalam merancang teknik pembelajaran matematika di kelas untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika.
-
Meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar matematika sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran matematika.
F.
Manfaat
Hasil Penelitian
1. Bagi
siswa
Siswa lebih aktif
belajar , bersikap positif dan bertanggung jawab serta senang belajar
matematika.
2. Bagi
guru
Sebagai masukan dalam
usaha peningkatan hasil belajar matematika pada siswa.
G.
Landasan
Teori
1. Belajar
Belajar menurut Morgan (1978) adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar menurut Gage (1984) adalah
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
dari pengalaman. Belajar menurut Skinner adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. James L. Russel
mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri,
menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri.
2. Hasil
belajar
Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap
hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa
dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya
dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa
lebih lanjut baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.Hasil belajar dibagi
menjadi 3 macam, yaitu : 1) keterangan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan
pengertian, 3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi
dngan bahan yang ada pada kurikulum sekolah (Nana Sudjana, 2004 : 22).
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri
individu yang belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang timbbul
dari luar individu yang belajar.Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai
akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses beajar merupakan
penunjang hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Nana Sudjana, 1989:111).
3. Matematika
Berdasarkan
etimologi (Elea Tinggih, 1972 :5). Perkataan matematika berarti “Ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar”. “James dan James (1976) dalam kamus
matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri. Sebagai contoh, adanya pendapat yang
mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi empat
wawasan yang luas yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis dengan
aritmetika mencakup teori bilangan dan satistika. Kelompok matematikawan ini
berpendapat bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu
sendiri. Ilmu adalah untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan
untuk kepentingan sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika, bukanlah
urusannya. Menurut pendapatnya, matematika itu adalah ilmu tentang struktur
yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya.
Johnson
dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan
akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Kemudian
Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Matematika tumbuh dan
berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk
terbentuknya matematika.
4. Pemberian Penguatan
4. Pemberian Penguatan
Teori pemberian
penguatan ini disebut juga dengan teori operant conditioning yang dikembangkan oleh Burr Federic Skiner (1904-1990). B.F. Skinner
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model
instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui
pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Gaya
mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol
guru melalui pengulangan dan latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah
berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan
yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan
tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses
perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua
yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif
berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif
antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan perilaku tidak senang. Hadiah dapat meningkatkan probabilitas
timbulnya respon. Misalnya siswa memiliki semangat dan akan belajar dengan
lebih baik apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha belajar selanjutnya. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapatkan nilai yang baik
dalam ujian. Nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik merupakan operant conditioning atau penguatan positif.
Sebaliknya anak yang mendapat nilai yang buruk pada waktu ujian, dia akan
merasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas, dia terdorong
untuk belajar lebih giat lagi. Hal ini disebut penguatan
negatif.
Berdasarkan percobaan diatas, skinner
menyimpulkan :
1. Setiap respon yang diikuti oleh penguatan (reward
atau reinforcing stimuli) cenderung akan diulang kembali.
2. Reward atau reinforcing stimuli akan
meningkatan kecepatan terjadinya respons.
Skiner membagi dua
macam pengkondisian, yaitu:
1. Responden conditioning (conditioning tipe S),
disebut conditioning tipe S karena menekankan pentingnya stimulus (S) dalam
menimbulkan respon yang dikehendaki atau diinginkan. (conditioning ini sama
dengan classical conditioning dari Pavlov).
2. Operant conditioning (conditioning tipe R),
disebut conditioning tipe R karena menekankan
pentingnya respon (R).
Searah dengan dua jenis perilaku tersebut,
skinner membedakan dua macam pengkondisian, yaitu:Pada classical conditioning, individu tidak perlu
membuat respon atau aktivitas dalam memperoleh hadiah, sebab tinggal menunggu
dari orang lain, dan Pada
operant conditioning, organism harus membuat respon atau aktivitas
dalam memperoleh hadiah.
Beberapa prinsip
Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan
kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi
penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar.
3. Materi pelajaran,
digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari
adanya hukuman.
5. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan
aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi
hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal
variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam
pembelajaran digunakan shaping.
Secara
psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap sesuatu usaha
yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan
merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan
memjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik
dalam hidupnya. Penghargaan diberikan tidak harus selalu dalam bentuk materi,
tetapi bisa dilakukan dalam bentuk- bentuk lain yang lain seperti pemberian
pujian dan ucapan terima kasih. Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon
positif terhadap perilaku yang telah ditunjukan oleh seseorang dikategorikan
sebagai “penguatan”. Dengan demikian yanng dimaksud penguatan adalah respon
yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan baik, yang dapat memacu
terulangnya perbuatan baik tersebut atau bahkan lebih baik (Dadang dan Mamad,
2008 : 199).
Pemberian respon
positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa baik berupa verbal
maupun non verbal, secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengrauhi terhadap kepercayaan diri siswa.. Adapun
tujuan dari pemberian penguatan dalam pembelajaran antara lain; meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar siswa, memudahkan siswa belajar, menumbuhkan
rasa percaya diri pada siswa, serta memelihara iklim kelas yang kondusif .
Penguatan dapat
ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu dan kepada kelas
secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan harus diberikan secara
segera, dan bervariasai. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan, yaitu :
a.
Penguatan harus
diberikan secara sungguh-sungguh
b. Penguatan
yang diberikan harus memiliki makna yang
sesuai dengan kompetensi yang diberi penguatan.
c. Hindari
respon negatif terhadap jawaban peserta didik
d. Penguatan
harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan
e.
Penguatan yang
diberikan hendaknya bervariasi
(Mulyasa,2008 : 78).
Penggunaan
komponen penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati,
disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar
belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakana bagi
siswa. Beberapa komponen keterampilan pemberi penguatan adalah ; penguatan verbal, penguatan gestural,
penguatan dengan cara mendekati , penguatan denngan sentuhan, penguatan dengan
memberikan kegiatan yang menyenangkan dan penguatan berupa tanda atau benda (Hamzah,2006
: 169).
H.
Kerangka
Berfikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap mata pelajaran matematika, guru harus mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif, salah satunya dengan cara memberikan stimulus kepada
siswa yang dapat menimbulkan respon belajar positif dari siswa. Sebagai pemberi
stimulus guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar lebih bergairah dan
aktif belajar. Dalam upaya memberikan
stimulus, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik
malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bisa
memberikan stimulus, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada
diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Peranan guru untuk
memberikan stimulus kepada siswa sangat penting dalam interaksi edukatif,
karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial,
menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi.
Menyikapi kenyataan ini, penulis
menilai perlu ada salah satu bentuk pemberian stimulus kepada siswa yang bisa
digunakan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu pemberian penguatan.
Pemberian penguatan diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kebutuhan siswa
itu sendiri. Dimana dengan pemberian penguatan tersebut siswa lebih bergairah
untuk belajar. Hal ini dilakukan terutama dalam pelajaran matematika yang sering
dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh siswa. Dengan demikian untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika, sangat tepat jika
siswa diberikan penguatan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan
pemberian penguatan tersebut siswa akan lebih termotivasi belajar dan hasil
belajar siswa akan lebih biak.
I.
Anggapan
Dasar
Penelitian ini dilakukan dengan berlandas
tumpu pada asumsi (anggapan) dasar sebagai berikut :
1. Proses
belajar dipengaruhi oleh stimulus dan respon
2. Salah
satu bentuk untuk mencapai hasil belajar yang optimal adalah dengan memberikan
stimulus yang positif kepada siswa
3. Salah
satu bentuk stimulus adalah pemberiaan penguatan
4. Pemberian
penguatan akan dicapai dengan baik apabila menggunakan prinsip kehangatan,
keantusiasan, kebermaknaan dan menghindari penggunaan respon yang negatif.
J.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis
yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
“ Melalui tehnik pemberian penguatan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa SD”.
K.
Metode
Penelitian
1.
Model
Penelitian
Penelitian
tindakan ini dilakukan berdasarkan model spiral Kemmis dan Mc. Taggart
(1988:10).
Berikut ini adalah gambar siklus
yang terdapat pada strategi Kemmis dan Mc. Taggart (1988:11) :
Penelitian tindakan diatas terdiri dari empat langkah sebagai
berikut:
1.
Mengembangkan rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki situasi yang terjadi.
2.
Melakukan tindakan untuk menjelaskan
rencana.
3.
Mengamati dampak dari situasi yang
disampaikan dalam konteks kejadian.
4.
Merefleksikan dampak tersebut sebagai
dasar perencanaan dan seterusnya hingga terbentuk sebuah siklus.
Berdasarkan model diatas, maka penelitian ini
dilaksanakan yang diawali dengan orientasi, perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi yang disebut dengan siklus I, selanjutnya siklus II dan siklus III. Ditentukan oleh hasil
refelksi siklus I dengan memperbaiki perencanaan awal dan pemecahan masalah
berdasarkan masalah yang ada pada siklus I, demikian seterusnya sampai
terjadimya peningkatan kemampuan belajar yang dapat dilihat dari peningkatan
hasil belajar yang tercermin pada penilaian hasil belajar mahasiswa.
2.
Setting
Penelitian
a. Lokasi
Penelitian
Penelitian dilakukan di
kelas V SD Negeri 1 Sukahurip, beralamat di Kampung Sukahurip, Kecamatan
Cineam, Desa Madiasari, Kabupaten Tasikmalaya.
b. Subyek
Penelitian
Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Sukahurip kecamatan
Cineam, Kabupaten Tasikmalaya jumlah siswa 38 orang. Dalam PTK ini peneliti dibantu oleh satu orang
guru sebagai mitra (observer) yaitu guru kelas 5, terutama dalam melakukan
refleksi. Pemilihan guru kelas 5 sebagai mitra pada proses penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa yanng bersangkutan sudah berpengalaman dalam
melaksanakan PTK dan beliau
berpengalaman dalam mengajar di kelas 5 SDN 1 Sukahurip. Adapun materi
yang diambil adalah Menentukan Jarak dan Kecepatan.
c.
Waktu
Penelitian
Dengan
beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu
penelitian selama 3 bulan Agustus s.d Oktober. Waktu dari perencanaan sampai penulisan
laporan hasil penelitian tersebut pada semester I Tahun pelajaran 2011/2012. Direncanakan untuk dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 siklus.
Adapun alokasi waktu untuk setiap minggu adalah 5 x 35 menit.
d. Fokus
Tindakan
Fokus tindakan dalam
penelitian ini adalah meningkatkan kinerja belajar siswa dan hasil belajar
siswa. Untuk setiap siklus fokus tersebut adalah :
-
Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
-
Siklus II, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
-
Siklus III, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan
penutup.
3.
Prosedur
Penelitian
a. Perencanaan
Rencana
tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan
pelaksanaan PTK, mulai dari , mendiskusikan tentang rancangan pembelajaran
matematika tentang Menentukan Jarak dan Kecepatan, rencana pengajaran yang
mencakup metode/ teknik mengajar yang akan digunakan, serta teknik atau
instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap
perencanaan ini. Selain itu juga perhitungkan segala kendala yang mungkin
timbul pada saat tahap implementasi berlangsung.
b. Tindakan dan Observasi
Tahap
Tindakan dan observasi berlangsung di dalam kelas. Yang dimaksud tahap tindakan
adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah
disiapkan sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah pemberian penguatan kepada
siswa sebagai fokus utama dalam penelitian. Dalam kegiatan ini, peneliti juga
mempersiapkan lembear observasi yang akan digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa. Selanjutnya segala aktivitas siswa
dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi (tahap observasi).
c. Refleksi
Pada
tahap ini peneliti dan guru mendiskusikan dan mengevaluasikan tentang
permasalahan-permasalahan yang timbul pada saat tindakan dan memberikan
refleksi sebagai bahan rancangan kegiatan pemecahan masalah pada siklus
selanjutnya, yang berdasarkan hasil observasi pelaksanaan kegiatan tindakan
kelas.
4.
Teknik
Pengumpulan data
Jenis data yang akan dianalisa adalah
data yang terkumpul baik pada waktu pra tindakan, selama tindakan maupun
sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Dalam penelitian ini digunakan dua
teknik pengumpulan data yaitu :
a.
Observasi
Alat
yang digunakannya adalah lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk
memperoleh data aktivitas dan kinerja siswa.
b.
Tes
Alat
yang digunakannya adalah tes tertulis. Tes tertulis digunakan untuk memperoleh
data hasil belajar siswa.
5.
Teknik
Analisis Data
Data yang
diperoleh dari hasil observasi dan tes, di analisis dengan mengacu kepada
pengolahan data dari Hopkin (1993) dalam Kanda (2001 : 55), yang dilakukan sebagai
berikut :
a. Colding atau Labeling adalah penetapan atau
pengelompokan jenis kinerja yang di observasi dan direfleksi pada setiap siklus
tindakan. Meliputi kinerja rencana dan instrumen pembelajaran, kinerja dalam
pengimplementasian teknik pemberian penguatan serta instrumen aktivitas dan
kinerja siswa.
b. Teknik
Trianggulasi adalah teknik validitas
data yang ditentukan oleh keahlian dan sumber data dan interpretasi data yang
berasal dari berbagai pihak terkait.
c. Teknik
Saturasi (kejenuhan). Karena
keterbatasan waktu penelitian, saturasi juga dijadikan salah satu teknik
validitas data. Dengan teknik ini peneliti memastikan bahwa tindakan dan hasil
perbaikan ditetapkan dengan batas optimal keberhasilan tindakan yang realitas
dan pragmatis.
L.
Definisi
Operasional
1. Hasil
belajar
Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pegalaman belajarnya.
2. Matematika
Istilah
Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau
“Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana
kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas
kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah tertentu melalui deduksi
(Ensiklopedia Indonesia).
Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP )terdapat istilah
Matematika Sekolah yang dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau
pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang
diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas : 1994 ).
3.
Tehnik
Dalam
umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu
atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (purwadarminta,:
1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara tertentu yang
dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka
mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan.
4. Penguatan
Penguatan adalah segala
bentuk respon, baik bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian
dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya sebagai
suatu dorongan atau koreksi. Penguatan
juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan tingkah laku tersebut berulang kembali.
M.
Jadwal
Kegiatan
No
|
KEGIATAN
|
MINGGU KE……..
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Proses pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penyusunan Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pelaporan Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
N.
Daftar
Pustaka
Dadang Sukirman & Mamad Kasmad.
2008. Pembelajaran Mikro. Bandung :
UPI PRESS.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
yang
Edukatif.
Jakarta : Rineka Cipta.
Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi
Akasara.
Mulyana. 2008. Menjadi Guru yang profesional. Bandung : Rosda.
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :
Alfabeta
Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penellitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.