KAIFIYAT (TATA CARA) WUDHU | DOA wudhu T A B U T T H A H A H A RA H

K I T A B U T    T H A H A H A RA H (3)
KAIFIYAT (TATA CARA) WUDHU

Pekerjaan-Pekerjaan wajib pada wudu
 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُسِكُمْ وَ أَرْجُلَكُمْ اِلَى الكَعْــَبْيِن  . الما ئدة :6
Hai orang-orang yang beriman ! jika kamu akan melakukan sholat, hendaklah kamu mencuci muka, dua tanganmu sampai sikut, menyapu kepalamu dan mencuci dua kaki sampai mata kaki.   Q.S.Al Maidah ayat: 6
عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ قَالَ : تَوَضَّأَ النَّبِيُّ  r مَرَّةً مَرَّةً.  - أخرجه البخاري -
 Dari Ibnu Abbas, ia berkata,”Nabi saw. berwudlu satu kali-satu kali”.  -H.R.. Al-Bukhari-
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو , أَنَّ رَسُولَ للهِ   rرَأَى قَوْمًا وَ أَعْقَابُهُمْ تَلُوحُ فَقَالَ : وَيْلٌ ِللأَعْقَابِ مِنَ الـنَّارِ "أَسْبِغُوا الوَضُوءَ". رواه أَبُو داود
Dari Abdullah bin Amr, ia berkata,”Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat suatu kaum yang tumit-tumit mereka tidak tercuci, maka beliau bersabda,’Celakalah dengan api neraka karena tumit-tumit (yang tidak tercuci); sempurnakanlah wudlu kalian. –H.R.. Abu Dawud-

Cara Mengusap Kepala
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللهِe  يَتَوَضَّأُ فَذَكَرَ الحَدِيثَ كُلَّهُ ثَلاَثاً ثَلاَثاً وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ مَسْحَةً وَاحِدَةً - رواه أحمد وأبو داود -
Dari Ibnu Abbas, bahwa ia melihat Rasulullah saw. berwudhu - lalu ia menerangkan seluruhnya tiga kali tiga kali - dan beliau mengusap kepala dan telinganya dengan satu kali usapan” - H.R. Ahmad dan Abu Daud –

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ r  مَسَحَ رَأْسَهُ بِـيَـدَيْهِ فَأَ قْـبَلَ بِهِمَا وَ أَدْبَرَ بِـمُقَدَّمِ رَأْسِـِه ثُمَّ ذَهَـبَ بِهِـمَا إِلَى قَـفَـاهُ ثُمَّ رَدَّ هُمَا إِلَى الـمَكَانِ الَّذِى بَـدَأَ مِـْنهُ.  أخرجه الجماعـة
Dari Abdillah bin Zaid, ia berkata,"Sesungguhnya Nabi saw menyapu kepalanya dengan kedua tangannya, yaitu beliau menyapu dari bagian depan kepala dan beliau tarik ke belakang. Beliau memulai dari bagian depan kepalanya, kemudian beliau tarik kedua tangannya ke belakang sampai ke tengkuknya, kemudian beliau tarik lagi kedua tangannya ke tempat semula.  – H.R.Al-Jamaah –

Pekerjaan-Pekerjaan sunat pada wudu

1. Membaca Bismilah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:قَالَ رَسُو لُ اللهِ r : لاَصَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ. - رواه  أحمد -
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata,”Telah bersabda Rasulallah saw.’ Tidak sah sholat orang yang tidak berwudlu, dan tidak sempurna wudlu bagi yang tidak menyebut nama Allah (baca Bismillah dipermulaan wudlu).  - H.R.Ahmad -.

2. Mencuci Dua atau tiga kali
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ : أَنَّّ النَّبِيَّ  r تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ.  - أخرجه البخاري -
 Dari Abdillah bin Zaid, sesungguhnya Nabi saw. berwudlu dua kali-dua kali.- H.R. Al-Bukhari-
عَنْ عَلِىٍّ أَنَّ النَّبِيَّ  r  تَوَضَّأ ثَلاَثًا ثَلاَثًا.  - رواه الترمذي -
 Dari Ali : Sesungguhnya Nabi saw. berwudlu tiga kali-tiga kali.  - H.R. Tirmidzi –

3. Berkumur-kumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya
قِيلَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ : تَوَضَّأْ لَنَا وُضُوءَ رَسُو لِ اللهِ  e ؟ فَدَعَا بِإِنَاءٍ فَأَكْفَأَ مِنْهَا عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثاً ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْـتَخْرَجَهَا فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ فَـفَعَلَ ذلِكَ ثَلاَثاً....  - رواه مسلم -
Dikatakan kepada Abdulah bin Zaid,”Tunjukkanlah kepada kami cara wudlu Rasulallah saw? Maka Abdullah meminta kepada kami sebuah bejana (berisi air), lalu ia menuangkan sedikit di atas tangannya, dan mencuci kedua tangan tiga kali, kemudian memasukkan tangannya, lalu mengeluarkan tangannya, terus berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dari cedukkan satu tangan satu saja;  (ia berbuat begitu) tiga kali...- H.R.Muslim -
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ r : إِسْتَنْثِرُوا مَرَّتَيْنِ بِالغَتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا.  رواه أحمد وأبو داود وابن ماجة -
Dari Ibnu Abas dari Nabi saw. belia bersabda,”keluarkanlah air dari hidung dua kali-dua kali atau tiga kali-tiga kali dengan hidung bagian dalam”. H.r Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah

4. Menyelati jari-jari kaki dan Tangan
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ r قَالَ : إِذَا تَوَضَّأْ تَ فَخَلِّلْ أَصَابِعَ يَدَيْكَ وَ رِجْلَيْكَ  . رواه أحمد
Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda,” Jika kamu berwudlu hendaklah kamu menyelati jari-jari kedua tanganmu dan kedua kakimu. - H.R. Ahmad

5. Mendahulukan Anggota Wudhu Yang Kanan.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رُسُوْلُ اللهِ r : إِذَا تَوَضَّئتُمْ فَابْدَؤُا بِمَيَامِنِكُمْ. - أخرجه الأربعة
 Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulallah saw. bersabda,”Jika kamu berwudlu, maka dahulukanlah bagian kanan anggota wudlumu. H.r. Empat Imam ahli hadits / Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah

6. Membaca Syahadat Sesudah Wudlu
عَنْ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ r : مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ : أَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُو لُهُ ، إِلاَّ فُتِحَتْ  لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ.- أخرجه مسلم و الترمذي وَزَادَ : اَللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ.
Dari Umar, ia berkata,” Rasulullah saw. bersabda,’Tidak ada seseorangpun diantara kamu yang berwudlu dan menyempurnakan wudlunya, kemudian setelah  berwudlu membaca Asyhadu an la ilaha illalahu wahdahu la syarika lahu wa asy hadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu, kecuali akan dibukakan baginya pintu surga.- H.r. Muslim dan Tirmidzi dan ia menambah - Allahummaj alni minat Tawabiena waj alni minal mutathahhirin  (Ya Allah, Jadikanlah aku di antara orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku diantara orang-orang yang bersuci).  Bulughul Maram, hal 26-

8. Berdoa setelah Syahadat dengan mengangkat tangan
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ : دَعَا النَّبِيُّ ص بِمَاءٍ ، فَتَوَضَّأَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِعُـبَـيْدِ بْنِ عَامِرٍ. وَرَأَيْتُ بَياَضَ إِبْطَيْهِ فَقَالَ: اللّهُمَّ اجْعَلْهُ يَوْمَ الْقِياَمَةِ فَوْقَ كَثِيرٍ مِنْ خَلْقِكَ مِنَ النَّاسِ. رواه البخاري
Dari Abu Musa r.a., ia berkata, "Rasulullah saw. mengambil air, lalu beliau berwudu kemudian mengangkat tangan sambil berkata ; Ya Allah ! Ampunilah Ubaid bin Amir. Dan aku melihat putih kedua ketiak beliau, kemudian beliau berdoa ; Ya Allah ! Jadikanlah ia pada hari kiamat lebih dari kebanyakan manusia yang lainnya.   (H.R. Al-Bukhari)















Menyapu ubun-ubun, sorban dan dua khufnya (sepatunya)
Bagi yang tidak membuka tutup kepala hendaklah mengusapnya disertai dengan jambul rambutnya.
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ. أَنَّ النَّبِيَّ r  : تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَا صِـيَـتِـهِ وَ عَلَى العِمَا مَةِ وَ الْخُـفَّـيْنِ. 

Dari al-Mughirah bin Syu’bah ra. sesungguhnya Nabi saw. berwudlu, maka beliau menyapu pada ubun-ubunnya dan sorbannya, dan pada kedua khufnya (sepatunya). -H.R.. Muslim-

Tunjukanlah macam-macam isim yang ada pada hadits di atas
MENGUSAP SARUNG KAKI          مَسْحُ الخُفَّيْنِ

Mengusap khuf atau sarung kaki tidak berlaku untuk setiap sarung kaki karena yang dimaksud khuf ialah alas kaki yang menutup kaki sampai dengan mata kakinya baik dari kulit atau lainnya.Boleh khuf itu terus dipakai shalat atau pun dibuka, dengan catatan jika hendak langsung dipakai shalat waktu memakai sarung kaki itu kaki dalam keadaan bersih. Batas bolehnya mengenakan khuf pada wudhu adalah satu hari satu malam bagi yang muqim dan tiga hari tiga malam bagi musafir

عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْمُغِبرَةِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : كُـنْتُ مَعَ النَّبِيِّ r  فِي سَفَرٍ فَأَهْوَيْتُ ِلأَ نْزِعَ خُفَّيْهِ فَقَالَ : دَعْهُمَا فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَا هِرَتَيْنِ. فَمَسَحَ عَلَيْـهِمَا.    -أخرجه البخاري -
Dari Urwah bin al-mughirah dari bapaknya, ia berkata,”Aku bersama Nabi saw. dalam suatu perlananan, maka aku bermaksud akan membukakan dua sepatunya, maka beliau bersabda,’Biarkanlah kedua sepatu itu, karena aku memasukannya dalam keadaan bersih.’ Maka beliau menyapu keduanya”. - H.R. Al-Bukhari -

Batas boleh mengusap atas sarung kaki adalah tiga hari tiga malam bagi musafir dan satu hari satu malam bagi muqim
عَنْ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ عَنِ النَّبِيِّ r  أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ فَقَالَ : لِلْمُسَافِرِ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ وَلِلْمُقِيْمِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ - رواه أحمد وأبو داود والترمذي وصححه -
Dari Khuzaimah bin Tsabit dari Nabi saw. bahwa ia ditanya tentang mengusap atas dua sarung kaki, maka ia menjawab,”Bagi nusafir adalah tiga hari dan malamnya dan bagi muqim satu hari satu malam” H.R.Ahmad, Abu Daud, dan At-tirmidzi dan iamenyatakan keshahihannya -

إِصْبَاغُ الوُصُوءِ وَ إِطَالَةُ التَّحْجِيلِ وَالغُرَّةِ
ISHBAGUL WUDHU DAN MEMANJANGKAN TAHJIL DAN GURRAH

Yang dimaksud dengan isbagul wudlu ialah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wudhu yang wajib serta sunat dengan rata sempurna dan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ishbagul wudlu sangat dianjurkan. Sedangkan memanjangkan gurrah dan tahjil (gurran muhajjalin) ialah melebihkan dalam pencucian anggota wudhu yang wajib dari batas yang di sebut

Perintah ishbagul wudhu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ, أَنَّ النَّبِيَّ r  قَالَ : إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَ سْبِغِ الوُضُوء ... “
Dari Abu Hurairah ra. sesunghguhnya Nabi saw. bersabda,”jika kamu berdiri mau melakukan shalat maka isbag-kan dulu wudlu... -H.R. as-Sab’ah dan lafadz tersebut menurut lafadz Bukhari.

Tahjil dan Ithalatul Gurrah
Ghuraah asal artinya warna putih pada kepala kuda yang berbulu hitam sedangkan muhajjal pada kakinya. Maka yang dimaksud ialah bercahaya umat Muhammad pada hari kiamat anggota-anggota wudhunya sehinggga menjadi ciri yang mandiri dan tidak dimiliki umat Nabi yang tidak berwudhu ataupun oleh umat-umat Nabi lainnya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي الْعَضُدِ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي الْعَضُدِ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي السَّاقِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي السَّاقِ ثُمَّ قَالَ: هكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ r يَتَوَضَّأُ وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ r أَنْتُمْ اَلْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيلَهُ. -رواه مسلم-
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya dia berwudhu mencuci wajahnya ia isbag-kan wudhu itu, kemudian  mencuci tangan kanannya sampai pada lengan atasnya, kemudian mencuci tangan kirinya sampai pada lengan atasnya, kemudian mengusap kepalanya lalu mencuci kaki kanannya sampai pada betis kemudian mencuci kaki kirinya sampai pada betis kemudian ia berkata,”Beginilah aku melihat Rasulullah saw. berwudhu. dan ia berkata,’Rasulullah saw. bersabda,’Kalian cemerlang dari bekas wudhu pada hari kiamat karena mengisbag-kan wudhu maka siapa yang mau melebarkan kecemerlangannya, maka lebarkanlah kecemerlangan dan tahjilnya.” -H.R. Muslim-

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ, سَمِعْتُ رَسُولَ  اللهِ e  يَقُولُ : إِنَّ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ غُرَّا مُحَجَّـلِيْنَ مِن أَثَرِ الوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غَرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. - متفق عليه و اللفظ لمسلم-
Dari Abu Hurairah, ia berkata,”Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,’Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan cemerlang dari bekas wudlu, siapa yang mau melebarkan kecemerlangannya, maka lakukanlah. (Muttafaqun Alaih dan lafadz hadits tersebut menurut lafadz Muslim).

Adakah al-Asma’ul khamsah pada hadits-hadits di atas tunjukanlah

الشَّهَادَتَانِ وَالدُّعَاءُ وَرَفْعُ اليَدَيْنِ بَعْدَ الوُضُوءِ
MEMBACA SYAHADAT, BERDO’A MENGANGKAT TANGAN SETELAH WUDHU

Setelah melaksanakan ishbagulwudhu, memanjangkan gurrah dan tahjil dianjurkan membaca dua kalimah syahadat lalu berdoa sesuai dengan keperluan apakah mendoakan diri sendiri, orang lain atau apapun yang baik-baik untuk dunia dan akhirat,  dan silahkan sambil mengangkat kedua tangan cukup tinggi sehinggga kedua seukuran ketihatan ketiak tetapi tidak setinggi ketika mengangkat tangan pada istisqa


الغُسْلُ  (I)  MANDI

Al-guslu itu ialah membersihkan seluruh tubuh dengan air untuk menghilangkan hadats besar dan dengan dapatnya menghilangkan hadadts besar tentu saja dapat menghilangkan hadats kecil, Demikian pula wajib al-guslu ini pada hari jum’at bagi orang yang wajib Jum’at, Orang kafir yang masuk Islam.


وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبَا فَا طَّهَّرُوا.   - المائدة:6 -
Dan Jika kamu junub maka hendakalah kamu bersuci (Mandi).  -  Al Maidah:6 -

Yang Berkewajiban Mandi Janabat
Adapun orang yang wajib mengerjakan al-guslu untuk menghilangkan hadats besar disebut orang yang junub dan mandinya pun disebut mandi janabat, mereka itu ialah perempuan setelah haid atau nifas Setelah melakukan Jimak, setelah ihtilam, yang berkewajiban melaksanakan jum’at, dan orang kafir yang masuk Islam

 Perempuan setelah nifas atau Haidl
{ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّـسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلاَتـَقْرَبُـوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ }
Dan mereka bertanya kepadamu tentang (hukum haidl), maka jawablah olehmu, ia itu satu kemadlaratan, maka hendakklah kamu berjauh diri daripada perempuan-perempuan di waktu haidl dan janganlah kamu hampiri (mencampuri) mereka hingga mereka itu bersuci (mandi). -Q.S. al Baqarah, 222 -

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتِ النَّبِيَّ r  فَقَالَ : ذلِكَ عِرْقٌ وَ لَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ إِذَا أَقْبَلَتْ الحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي. - أخرجه البخاري-
Dari Aisyah bahwa Fathimah binti Abu Hubaisy terkena penyakit istihadlah (keluar darah semacam haidl), lalu ia bertanya kepada Nabi saw. maka beliau menjawab,”Itu adalah irq (ganguan penyakit) dan bukan haidl, apabila datang masa haidlmu, tinggalkanlah shalat dan apabila telah lewat qadar (biasanya), maka hendaklah engkau mandi dan shalatlah. - H.R. al- Bukhari -

Setelah melakukan Jimak.  Sabda Rasulullah saw.
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ r  اِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَ رْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ. - متفق عليه وزاد مسلم : وَاِنْ لَمْ يُنْزِلْ -
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata,”Telah bersabda Rasulullah saw,’Jika salah seorang diantara kamu duduk diantara anggota perempuan yang empat, lalu ia menggaulinya (mencampurinya), maka wajiblah mandi”. - Muttafaq Allaih dan imam Muslim menambah - Meskipun tidak keluar mani -

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ الـنَّبِيُّ r : اِذاَ جَاوَزَ الْخِــتَانُ الْخِــتَانَ وَجَـبَ الْغُـسْلُ. -رواه الترمذي -
Dari Aisyah, ia berkata,”Telah bersabda Nabi saw.’Apabila al-Khitan (kemaluan laki-laki) melewati Al- khitan perempuan, maka wajiblah mandi. -H.R.at-Tirmidzi -

الغُسْلُ   (II)  MANDI
Setelah ihtilam (bermimpi)
عَنْ اُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ الله تَعاَلىَ عَنْهَا اَنَّ اُمَّ سُلَيْمٍ - وَهِيَ أمْرَأَةُ اَبِي طَلْحَةَ. قَالَتْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِـي مِنَ الْحَقِّ فَهَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنَ الْغُـْسلِ اِذَا احْتَلَمَتْ قَالَ : نَعَمْ اِذَا رَأَتِ المْاَءَ. -متـفق عليه-
Dari ummu Salamah ra. bahawa Ummu Sulaim istrinya Abu Thalhah telah berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, apakah perempuan itu wajib mandi apabila ia itu mimpi ?’ Beliau menjawab,’Ya, apabila ia melihat air (mani keluar). – Muttafaq Alaih-

Orang Yang Hendak Melaksanakan Jum’at.
Mandi Jum’at hukumnya wajib bagi yang berkewajiban melaksanakan ibadah Jum’at


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  r قَالَ : اِذَا جَاءَ اَحَدُكُمُ الْجُمْعَةَ  فَالْيَغْتَسِلْ. -أخرجه البخاري -
Dari Abdullah bin Umar ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,”Jika datang salah seorang diantara kamu pada upacara jum’at maka hendaklah ia itu mandi”. - H.R. al-Bukhari -
عَنْ قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ    rأَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ - رواه الخمسة إلا ابن ماجة -

Dapatkan isim-isim gair munsharif padaketerangan-keterangan di atas
MANDI (III)   الغُسْلُ

Kaefiat (Cara) Mandi
Mandi di dalam syareat islam tidak terdapat beberapa cara melainkan hanya satu cara. Maka dengan mandi cara Syareat ini disamping menghilangkan hadats besar, juga menghasilkan pahala karena mentaati sunnah.
عَنْ عَا ئِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ r اَنَّ النَّبِيَّ r كَانَ اِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابِةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يٌدْخِلُ اَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا اُصُوْلَ شَعْرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيْضُ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari Aisyah istri Nabi Saw., sesungguhnya Nabi saw. apabila mandi karena junub beliau mulai maka mencuci kedua tangannya, lalu memasukan jari-jari tangannya ke dalam air dan menyelati pangkal rambutnya, kemudian mencucurkan air di atas kepalanya dengan tiga cedukan kedua tangannya lalu meratakan air keseluruh kulitnya. - H.R.al-Bukhari -
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ مَيْمُوْنَةَ اَنَّ النَّبِيَّ r اِغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ بِيَدِهِ ثُمَّ دَلَكَ بِهَا الْحَائِطَ ثُمَّ غَسَلَهَا ثُمَّ تَوَضَأَ وُضُوْءَ هُ لِلصَّلاَةِ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. - أخرجه البخاري -
Dari Ibnu Abbas dari Maemunah (istri Nabi saw.) sesungguhnya Nabi saw. telah mandi janabat, yaitu beliau membersihkan farajnya (kelaminnya) dengan tangannya, kemudian beliau mengosokkan tangannya pada dinding, kemudian mencucinya, kemudian beliau berwudlu seperti berwudlu untuk shalat setelah selesai dari mandinya beliau membersihkan kedua kakinya. - H.R. al-Bukhari -

Meratakan air pada waktu mandi janabat
عَنْ عَا ئِشَةَ : كَانَ رَسُوْ لَ اللهِ  r اِذاَ اِغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ يـَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَأُ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ اَصَابِعَهُ فِى اُصُوْلِ الشَّعْرِ حَتَّي اِذَا رَأَى اَنْ قَدِ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَفْنَاتٍ ثُمَّ اَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدَهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. - رواه مسلم -
Dari Aisyah (Istri Nabi saw), adalah Nabi saw. apabila mandi janabat beliau mencuci dua tangannya kemudian beliau menuangkan air dengan tangan kanannya atas tangan kirinya, kemudian beliau membersihkan kemaluannya, kemudian beliau mengambil air (dengan tangan), lalu beliau memasukan jari-jari tangan itu pada pangkal rambut hingga setelah beliau melihat sudah rata, baru beliau siramkan air atas kepalanya tiga kali dengan cedokan tangan, kemudian beliau siramkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian beliau membersihkan dua kakinya. - H.R. Muslim -

MANDI (IV) DAN BEBERAPA HAL PENTING (I)

Perempuan pada waktu mandi janabat boleh tidak membuka sanggul. Dan dalil bahwa cara nandi jum’at adalah cara mandi janabat


Cara Mandi Janabat Perempuan
قُلْتُ يَا رَسُوْ لَ اللهِ اِنِّي اِمْرَأَةٌ اَشُدُّ ضَفْرَ شَعْرِ رَأْسِي اَفَانَقَضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ وَفِي رِوَايَةٍ: والْحَيْضَةِ فَقَالَ : لاَ, اِنَّمَا يَكْفِيْكِ اَنْ تَحْثِي عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تَفِيْضِيْنَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِيْنَ. - رواه مسلم -
Aku berkata,”Ya Rasulullah, sesunguhnya saya seorang perempuan yang menyanggul rambut kepala saya. Apakah perlu saya membuka sanggul itu buat (mandi) haidl dan janabat ?’ Maka Rasulullah menjawab,’Tidak (usah), sesungguhnya engkau hanya cukup menuangkan (air) atas kepalamu tiga cedokan saja, kemudian engkau siramkan air atas badanmu, dengan begitu engkau telah bersih”

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْ لَ اللهِ  r قَالَ : مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَـا قَرَبَ بَدَنَةً.  - أخرجه البخاري -
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,”Siapa  yang mandi Jum’at seperti mandi Janabat, maka tak ubahnya ia telah berqurban dengan seekor unta”.  - H.R. al-Bukhari -

Beberapa Hal Penting
Masuk Jamban/WC membaca do’a
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ : كَانَ الـنَّبِيُّ r اِذاَ ذَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ : اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثْ وَ الْخَبَائِثِ. اخرجه  السبعة -
Dari Anas r.a. ia berkata,”Adalah Nabi saw. apabila masuk jamban beliau membaca, (Ya Allah, saya berlindung diri kepadaMu dari syaithan laki-laki dan syeitan perempuan) “ - H.R. as-Sab’ah -

BEBERAPA HAL PENTING (II)

Keluar Jamban/Wc
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ r إِذَا خَرَجَ مِنَ الخَلاَءِ قَالَ : غُفْرَانَكَ - رواه الخمسة -
Dari Aisyah r.a, ia mengatakan,”Keadaan Nabi saw. apabila keluar wc, ia berdoa “Ya Allah ampunanmu” - H.R. al-Khamsah -
Di dalam hadis lain dari sahabat Anas Bin Malik Bahwa Nabi waktu keluar wc membaca do’a
 اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّيَ الأَذَى وَ عَافَنِى - رواه ابن ماجة -
Dari Anas , ra. ia mengatakan“ Keadaan Nabi saw. apabila kel;uar dari wc ia berdo’a,” Segala puji bagi Allahyang telah menghilangkan penyakit kotoran dan memberi keafiatan kepadaku” - H.R. Ibnu Majah -

Jangan pegang kemaluan dengan tangan kanan disaat kencing.
عَنْ اَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ e لاَ يَمَسَّنَّ اَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِيْنِهِ وَهُوَ يَبُوْلُ وَلاَ يَتَمَسَّحْ مِنَ الْخَلاَءِ بِيَمْيِنِهِ وَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي اْلاِنَاءِ - متفق عليه -
Dari Abu Qotadah ra, ia berkata,”Telah bersabda Rasulullah saw,’Janganlah salah seorang diantara kamu memegang kemaluannya dengan tangan kanannya ketika iakencing, dan jangan pula ia bersuci dari (kencing/beraknya) dengan tangan kanannya, serta janganlah ia bernafas (waktu minum) pada bejana”. - Muttafaq Alaih

Di tempat Terbuka Jangan menghadap atau membelakangi kiblat waktu kencing/Buang hajat.
عَنْ  أَبِي أَيُّوبَ قَالَ : قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ r  لاَتَسْتَقْبِلُوا اْلقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوْهَا بِغَائِطٍ اَوْ بَوْلٍ وَلَكِنْ شَرِّقُوْا اَوْ غَرِّبُوْا. - رََواُه السَّبْعَةُ -
Dari Abu Ayub ra. ia berkata,”Telah bersabda Rasulullah saw.” Kamu jangan menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya ketika berak atau kencing, tetapi menghadaplah ke timur atau ke Barat”

Tunjukanlah isim-isim mu’rab yang ada pada hadits-hadits di tas dan tunjukanlah tanda-tandanya
التَّيَمُّمُ  TAYAMMUM   :

Tayamum adalah menyapu muka dan dua tangan sampai pergelangan satu kali dengan tanah atau debu yang bersih untuk menghilangkan hadats sebagai pengganti wudhu dan mandi. Tayamum dilakukan oleh orang yang sakit (yang tidak boleh kena air), yang sedang dalam perjalanan (musafir) dan orang yang tidak mendapatkan air buat wudlu dan mandi setelah berhadats kecil ataupun besar
_
Tanah/Debu Sebagai alat tayammum
وَاِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى اَوْ عَلَى سَفَرٍ اَوْ جَاءَ اَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ اَوْ لاَ مَسْتُمُ النِّـسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدً طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ اِنَّ اللهَ عَفُوًّا غَفُوْرًا. - النساء 43 -
Dan jika kamu sakit atau kamu bepergian (nyaba) atau setelah kamu buang air (besar atau kecil) atau setelah kamu bersetubuh lalu kamu tidak mendapatkan air maka hendaklah kamu bertayamum denagn tanah yang bersih maka hendaklah kamu sapu muka-mukamu dan tangan-tanganmu, sesungguhnya Allah itu pemaaf dan pengampun. - an-Nisa :  43 -

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ r : اُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ اَحَدٌ قَبْلِي : بُعِثْتُ اِلَى اْلاَحْمَرِ وَاْلاَسْوَدِ وَكَانَ النَّبِيُّ اَنَّمَا يُبْعَثُ اِلَى قَوْمِهِ خَاصَةً وَ بُعِثْتُ اِلَى النَّاسِ عَامَّةً وَاُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ يُحِلَّ ِلاَحَدٍ قَبْلِي وَنُصِرْتُ بِالرَّعْبِ مِنْ مَسِيْرَةِ شَهْرٍ وَ جُعِلَتْ لِيَ اْلاَرْضُ طَهُوْرًا وَ مَسْجِدًا فَاَيُّمَا رَجُلٍ اَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ حَيْثُ اَدْرَكَتْهُ  - رواه أحمد -
Dari Jabir bin Abdillah ra. ia berkata,” Telah bersabda Rasulullah saw.,’Aku diberi lima (perkara) tidak diberikan kelima perkara itu kepada salah seorangpun sebelum aku, yaitu :Aku diutus kepada orang-orang yang berkulit merah dan hitam dan adalah seorang nabi  diutus hanya khusus kepada kaomnya sedangkan aku diutus kepada semua umat manusia.Dihalalkan kepadaku ghanimah dan tidak dihalalkan kepada seorangpun sebelumku.Aku diberi (pertolongan) dengan rasa takut (terasa dimusuhku) sejauh perjalanan sebulan.Dijadikan tanah buatku bahan untuk bersucidan tempat shalat (semua tanah boleh dijadikan tempat shalat) dimana saja seseorang tersusul oleh waktu shalat, maka hendaklah ia shlat di tempat tersusulnya dia oleh waktu shalat “. - H.R. Ahmad -

كَيْفِيَّةُ التَّيَمُّمِ وَكَمِّيَّتُهُ  CARA TAYAMMUM DAN BILANGANNYA

Cara tayammum ialah dengan menepukkan tangan ke tanah atau debu yang bersih lalu diusapkan ke muka lalu tangan satu kali-satu kali
عَنْ عَمَّاٍر رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : اَجْنَبْتُ فَلَمْ اَصُبِ الْمَاءَ فَـتَـمَـعَّكْتُ فِي الصَّعِيْدِ وَ صَلَيْتُ فَذَكَرْتُ ذلِكَ لِلنَّبِيِّ r فَقَالَ : اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا وَضَرَبَ النَّبِيُّ r بِكَفَيْهِ الاَرْضَ وَنَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. - رواه الشيخان -
Dari Ammar ra. ia berkata,”Aku junub dan aku tidak mendapatkan air lalu aku berguling-guling pada tanah lalu aku shalat lalu aku beritahukan hal itu kepada nabi saw. maka beliau bersabda,’Sesungguhnya cukuplah buatmu  begini, yaitu Nabi memukul tanah dengan dua telapak tangannya dan beliau meniup pada kedua tangannya kemudian beliau menyapu muka dan kedua tapak tangannya dengan kedua tangannya”. - H.R.asy-Syaikhani, Fiqhus Sunnah I : 69 -

عَنْ عَمَّارِ بْنِ ياَسِرٍ قَالَ : سَأَلْتُ الـنَّبِيَّ e عَنِ الـتَّيَمُّمِ فَأَمَرَنِي ضَـرْبَـةً وَاحِـدَةً لِلْوَجْـِه وَالْكَـفَّـيْنِ. - أخرجه أبو داود -
Dari Ammar bin Yasir, ia berkata,”Aku bertanya kepada Nabi saw. tentang tayamum, lalu beliau menyuruhku memukul (tanah) satu kali pukulan buat muka dan dua telapak tangan. - HR. Abu Dawud Aunul Ma’bud I : 519-

 Ibnu Muchtar

Pengunjung