BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap kali mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan, hal ini berarti bahwa menjalanihidupnya yang normal dan berusia panjang akan mengalami fase-fase perkembangan yaitu : Bayi, Kanak-kanak, Anak, Remaja, Dewasa, dan Masa tua.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai tahapan atau pembentukan tentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan?
2. Apa sajakah tahapan-tahapan perkembangan manusia?
3. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan manusia?
C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui bagaimana cara perkembangan manusia.
2. Mengetahui makna perkembangan pada manusia.
3. Dapat mengetahui tahapan apa saja yang berada pada perkembangan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan juga sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan dan kematangan. Perkembangan secara Sistemetis adalah bahwa perubahan dalam perkembangan yang bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikisdan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Perkembangan yang bersifat agresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju,meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif (fisik) dan kualitatif (psikis).
B. Tahapan-Tahapan Perkembangan
1. Perkembangan pada masa Orok
Masa orok ini ialah masa yang paling terpendek dalam kehidupan seorang manusia, yakni dimulai sejak lahir sampai usia dua minggu. Masa Orok biasanya dibagi pada dua masa, yaitu: masa pertunate yang berlangsung selama 15-30 menit pertama sejak lahir sampai tali pusatnya di gunting, dan masa neonate, yakni sejak pengguntingan tali pusat sampai usia dua minggu.
Pada fase ini, masa Orok memiliki karaktristik perkembangan sebagai berikut:
1) Perkembangan FisikSaat lahir, pada umumnya berat badan orok kira-kira 3,5 kg dan panjangnya 50 cm. Laki-laki biasanya lebih berat dari pada wanita, kepalanya kira-kira ¼ dari panjang badannya. Pernapasan, makan, dan pembuangan selama lahir melalui plasenta. Dengan jerit dan tangis pada waktu kelahiran, maka paru-paru berkembang dan pernapasan pun dimulai. Pada waktu lahir, kecepatan pulsa/ketukan antara 130-150 denyutan per mernit tetapi turun sampai 118 denyutan per menit beberapa hari setelah kelahiran.
2) Kegiatan-kegiatan Orok
a. Kegiatan menyeluruh
Kegiatan yang mencakup kegiatan-kegiatan umum dari seluruh badan.
b. Kegiatan khusus
Kegiatan yang mencakup kegiatan-kegiatan refleks yang merupakan respons (reaksi) yang tidaak disadari terhadap perangsang-perangsang tertentu, kebanyakan refleks-refleks tersebut bersifat jasmaniah.
3) Vokalisasi
Perkembangan vokal (suara) anak dimulai dengan menangis yang biasanya dimulai pada waktu lahir. Maksud tangisan kelahiran adalah untuk mengembangkan paru-paru sehingga memungkinkan pernapasan dan penyediaan oksigen yang cukup bagi darah. Selain itu, bayi yang baru lahir sekali-kali mengeluarkan sura yang menyerupai pernapasan yang berat, perlahan-lahan menjadi lebih kuat dan berkembang menjadi mengoceh yang selanjutnya akan menjadi becakap.
4) Perkembangan kepribadian
Dasar-dasar kpibadian seperti halnya sifat-sifat fisik dan psikis lainnya berasal dari sifat-sifat kebakaan yang menjadi matang. Selain faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama kasih sayang ibu.
2. Fase Bayi
Masa bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua dari kehidupan. Masa bayi ini memiliki perkembangan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, bermain, pengertian, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
1) Perkembangan Fisik
a. Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan tahum kedua mengendur.
b. Pola perkembangan bayi pria dan wanita sama.
c. Tinggi badan secara proposional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan selama tahun pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
d. Dari 20 gigi seri, kira-kira 16 telah tumbuh selama masa bayi berakhir.
e. Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala.
f. Organ keindraan berkembang cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi.
g. Fungsi-fungsi fisiologis.
h. Perkembangan penguasaan otot-otot
2) Perkembangan Inteligensi
Sejak setahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam tingkah lakunya. Anak yang cerdas menunjukkan gerakan-gerakan yang lancar, serasi, dan koordinasi. Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi. Perkembangan kemampuan motorik (berjalan) pada anak yang cerdas dimulai pada usia 12 bulan, anak yang sedang pada usia 15 bulan, yang moron 22 bulan, dan yang idiot 30 bulan. Dalam perkembangan bahasa (berbicara), anak yang cerdas mulai berbicara pada usia 16 bulan, moron 34 bulan, dan idiot 51 bulan.
3) Perkembangan Emosi
a. Usia 0,0-8 minggu: kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif). Emosi anak sangat bertalian dengan perasaan indrawi (fisik).
b. Usia 8 minggu-1 tahun: pada fase ini, perasaan anak mengalami diferensiasi (penguraian), yaitu dari perasaan senang dan tidak senang jasmaniah menjadi perasaan-perasaan: senang, jengkel, terkejut, dan takut.
c. Usia 1,0 tahun-3,0 tahun gejala-gejala perkembangan emosi, sebagai berikut:
- Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu.
- Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai sejak usia 2 tahun maka anak sudah dapat menyatakan perasaannya dengan menggunakan bahasa.
- Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini:
a) Labil, artinya mudah kembali berubah.
b) Mudah “tersulut” (dipengaruhi) tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya dangkal.
4) Perkembangan Bahasa
Ada 3 bentuk prabahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh, dan isyarat.
Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa. Karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
5) Perkembangan Bermain
Pada masa ini bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya aturan dan lebih bersifat bermain sendiri dari padadengan orang lain. pada masa anak mencapai usia 3 bulan, penguasaan tangannya telah sedemikian berkembang sehingga memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau mainan lainnya. Pada usia ini anak juga merasakan kegembiraan dengan membalikkan badan dari satu sisi ke sisi lainnya, menendang-nendang, dan memperhatikan gerkan-gerakan tangannya. Pada usia tahun kedua, permainannya sudah mulai teratur dan boneka dipakai untuk berbagai macam kegiatan permainan. Ciri khas pada usia ini ialah permainannya banak melibatkan kegiatan berjalan, melemparkan dan memungut kembali, dan memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari tempatnya.
6) Perkembangan Pengertian
Seorang bayi memperoleh pengertian tentang apa yang diamatinya melalui kematangan dan belajar. Pada awal tahun pertama, tinkah laku bayi menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang baru berdasarkan yang lama. Pada usia 2 tahun, ia telah mampu membuat kesimpulan sedarhana yang berdasarkan pengalaman-pengalaman serupa yang dilihat ada hubungannya. Pengertian pertamabagi bayi tentang objek diperoleh melalui penjelasan sensorinya (pengindraannya): melihat, meraba, mencium, dan mengecap.
7) Perkembangan Kepripadian
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentris (aku dipusat). Ia hanya mementingkan dirinya sendiri dan menghiraukan kepentingan orang lan. Ia adalah raja (ratu) kecil yang hanya memerintah dunia sekitarnya. Sikap egosentrisini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti (a) semua orang harus melayani dirinya, (b) semua orang harus tunduk pada kehendaknya, dan (c) segala sesuatu yang dikehendakinya harus ada dan harus dipenuhinya.
8) Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak cendurung suka mengalami perbuatan yang menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan). Dengan melihat kecendrunga perilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep moral pada anak, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan apabila dia melaku -kan perbuatan yang baik. Ini akan menjadi faktor penguat (reinforcement) bagi anak untuk mengulangi perbuatan yang baik.
b. Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement bagi anak, untuk tidak mengulangi perbutan tersebut.
9) Perkembangan Kesadaran Beragama
Menurut Arnold Gessel, anak pada usia bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan. Dalam hal ini orang tualah sebagai lingkungan pertama bagi anak yang seogiyanya melakukan hal hal-hal yang membantu perkembangan beragamanya, sebagaimana berikut:
a. Mengenalkan konsep-konsep atau nilai-nilai beragama kepada anak melalui bahasa.
b. Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang.
c. Memberikan contoh dalam mengamalkan ajaran agama secara baik.
3. Fase Prasekolah ( Usia Taman Kanak-kanak )
Anak usia pasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar usia 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya. Proporsi tubuhny berubah secara dramatis, seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg; sedangkan pada usia 5 tahun, tingginya sudah mencapai sekitar 100-110 cm. Pertumbuhan tulang-tulangnya semangkin besar dan kuat namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelum-nya. Pertumbuhan otaknya pada usia lima tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa, dan 90% pada usia 6 tahun.Untuk pertumbuhan fisik anak sangat diperlu-kan gizi yang cukup, baik protein (untuk membangun sel-sel tubuh), vitamin dan mineral (untuk pertumbuhan struktur tubuh), dan carbohydrat (untuk energi).
b. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau “syimbolic function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat benda, gesture, atau peristiwa). Kemampuan berpikir memang dipandang lebih maju tetapi memiliki keterbatasan sebagai berikut :
1) Egosentrisme,yang maksudnya bukan “selfishness” (egois), atau arogan (sombong), namun merujuk kepada (1) diferensiasi diri, lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan (2) kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri.
2) Kaku dalam berfikir (rigidity of thought). Salah satu karakteristik berfikir preoperasional adalah kaku (frozen).
3) Semilogical reasoning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang misterius yang dialaminya sehari-hari.
c. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Kesedaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda. Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut :
1) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.
2) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
3) Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/ makian/sumpah serapah), atau nonverbal(seperti mencubit, memukul, menampar, menendang, dan merusak).
4) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang kepadanya.
5) Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
6) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
7) Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang abnormal).
8) Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
d. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasiakan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya), yaitu:
1) Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan
1) Anak sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2) Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan,
3) Anak banyak menanyakan nama dan tempat.
4) Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
2) Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan
1) Anak sudah dapat menggunakan kata-kata majmuk beserta anak kalimatnya.
1) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaaan.
e. Perkembangan Sosial
Pada usia prasekolah (terutama mulai isia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada anak ini adalah:
1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group).
f. Perkembangan Bermain
Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud dengan kegiatan bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Menurut Abu Ahmadi, 1977 ada beberapa macam permainan anak:
1) Permainan Fungsi (permainan gerak).
2) Permainan Fiksi.
3) Permainan Reseptif atau Apresiatif.
4) Permainan Membentuk (konstruksi).
5) Permainan Prestasi.
g. Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim disebut masa Trotzalter, periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya. Aspek-aspek perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-hal berikut:
1) Dependency & Self-Image
Konsep anak prasekolah tentang dirinya sulit dipahami dan dianalisis, karena keterampilan bahasanya belum jelas, dan pandangannya terhadap orang lain masih egosentris. Mereka memiliki sistem pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi belum dapat menyatakan. Perkembangan sikap “independensi” dan kepercayaan diri (self confidence).
2) Initiative vs Guilt
Erik Erikson mengemukakan suatu teori bahwa anak prasekolah mengalami satu krisis perkembangan, karena mereka menjadi kurang dependen, dan mengalami konflik antara “initiative dan guilt”.
h. Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orangtua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orangtua, saudara, dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui.
i. Perkembangan Kesadaran Beragama
Kesadaran beragaa pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya.
2) Pandangan ketuhanannya bersifat anthopormorph (dipersonifikasikan).
3) Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam).
4) Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berfikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
4. Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar)
a. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rngsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampun intelektual atau kemampuan kognitif. Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengkelafikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
b. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakandalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata,dan pada masa akhir usia 11-12 tahun telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Terdapat 2 faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, sebagai berikut:
1) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2) Proses belajar, yang berarti anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/meniru ucapan/kata-kata yang didengar-nya.
c. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosientris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
d. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pemgumgkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, ia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekpresi emosinya. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya dirinya terhadap aktivitas belajar. Maka sebaliknya apabila yang menyertai proses itu emosi negatif, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatian-nya untuk belajar sehingga kemungkinan ia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
e. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah atau baik buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan tersebut ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sikap agama bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
2) Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta.
3) Penghayatan secara rohaniah semangkin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
g. Perkembangan Motorik
Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, main bola, dan atletik. Perkebangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang kepentingan belajar peserta didik.
5. Fase Remaja
1) Makna Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas,1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Dalam membahas makna remaja ini, berikut dikemukakan beberapa tinjauan atau pandangan dari para ahli lain:
1) Persepektif Biososial
Persefektif ini memfokuskan kajianna kepada hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Tokoh-tokohnya adalah:
1.1 G. Stanley Hall
Ia adalah ahli psikologi dan pendidikan yang merupakan salah seorang “Father of Adolesence”.Melalui teori rekapitulasinya, Hall berkeyakinan bahwa perkembangan setiap individu merupakan proses pembaruan sejarah kemanusiaan nya. Setiap individu berkembang dari masa anak, sebagai periode “animal” yang primitif, kemudian yang berkembang ke arah yang merefleksikan kehidupan yang berbudaya. Hall berpendapat bahwa remaj merupakan masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoriras orang dewasa.
1.2 Roger Barker
Baarker menekankan orientasinya kepada sosio-psikologis. Karena masa remaja merupakan periode pertumbuhan fisik yang cepat dan peningkatan dalam koordinasi, maka remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan fisik sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu, dari mulai anak sampai dewasa.
2) Persefektif Relasi Interpersonal
Remaja merupakan suatu periode yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan berkembangnya minat terhadap lawan jenis, atau pengalaman pertama dalam bercinta. Adapun yang menjadi tokoh dalam persefektif ini adalah sebagai berikut:
1. George Levinger
a. Berpendapat bahwa remaja mulai mengenal minatnya terhadap lawan jenisnya, yang biasanya terjadi pada saat kontak dengan kelompok. Dalam berinteraksi dengan kelompok, remaja mulai tertarik pada anggotanya. Lovinger bersama koleganya mengajukan teori “Pair Relatedness” yang menjelaskan hubungan akrab, diawali dengan pertemuan diantara remaja dalam kelompok sosial yang sifatnya netral. Ada tiga tahapan antara hubungan tersebut:
1. Kesadarn untuk berhubungan (Unilaterally Aware).kesadaran ini hanya terbatas pada informasi dan impresi (kesan umum) tentang berdasarkan fisiknya.
2. Kontak permulaan (Surface Contact). Pada tahap kedua ini hubungan antara anggota kelompok atau antara dua orang, frekuensinya sudah begitu sering untuk bertemu dan sudah terjalin sebuah komunikasi meskipun belum intensif.
3. Saling berhubungan (Mutually = a Continuum). Pada tahap ini terjadi interdependensi di antara dua orang yang berlainan jenis. Hubungan mereka menjadi begitu lebih akrab.
2. Ellen Berschheid & Elaine walster
Mereka berpendapat bahwa hubungan di antara dua remaja yang berbeda jenis kelamin mendorong remaja ke arah percintaan (pacaran).
3) Persepektif Sosiologis dan Antropologis
Persepektif ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak terhadap teknologi terhadap perilaku remaja. Tokoh-tokohnya sebagai berikut:
1) Kingsley Davis
Konflik orangtua dengan remaja merupakan ilustrasi klasik dari teori besar perspektif sosiologis. Yang menjadi dasar pemikiran tersebut adalah perkemba- ngan masyarakat modern yang berubah begitu cepat, dan setiap generasi diasuh atau dikembangkan dalam situasi lingkungan sosial yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Devis menyatakan bahwa terjadinya konflik antara orangtua dengan anak disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (a) anak sedang mencapai puncak pertumbuhan fisik dan energi; (b) sistem sosial orangtua kurang memberi peluang kepada anak untuk mengembangkan diri; dan (c) remaja bersifat ideal, sementara orangtua bersifat pragmatis.
2) Ruth Benedict
Sebagai seorang antropologis, ia berpendapat bahwa upaya mengasuh remaja sampai mampu menempati posisi dewasa secara penuh merupakan masalah pokok dalam masyarakat. Gejala diskontinuitas itu menyangkut sikap dan perlakuan orangtua yang kurang memberikan peluang kepada anak atau remaja untuk mengembangkan dirinya searah dengan peran-peran sosial yang akan diembannya dimasa depan.
d. Persepektif Psikologis
Teori psikologis dan psikososial menkaji hubungan antara mekanisme penyesuaian psikologis dengan kondisi sosial yang mempengaruhinya. Erik H. Erikson berpen- dapat bahwa remaja bukan sebagai periode konsolidasi kepribadian, tetapi sebagai tahapa penting dlam siklus kehidupan. Masa remaja berkaitan erat dengan perkem- bangan “sense of identity vs role confusion”, yaitu perasaan atau kesadarn akan jati dirinya.
e. Persepektif Belajar Sosial
Persepektif ini menjelaskan tentang pentingnya prinsip-prinsip belajar yang dapat digunakan untuk memahami tingkah laku remaja dalam berbagai status sosial. Beberapa ahli teori belajar sosial adalah sebagai berikut:
C. Karakteristik Perkembangan
1. Perkembangan Fisik
Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan sekunder:
1) Ciri-ciri Seks Primer
Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20-21 tahun. Matangnya organ-organ seks tersebut, memungkinkan ramaja pria (sekitar usia 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah” (mimpi berhubungan seksual). Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim,vagina, dan ovarium (indung telur) secara cepat. Pada masa ini juga sekitar (usia 11-15 tahun), untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami “manarche” (menstruasi pertama). Menstruasi awal sering disertai dengan sakit kepala, sakit punggung, dan kadang-kadang kejang, serta merasa lelah, depresi, mudah tersinggung.
2) Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder pada masa remaja, baik pria maupun wanita, adalah sebagai berikut:
WANITA PRIA
Tumbuh rambut publik atau bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak; Bertambah besar buah dada; Bertambah besarnya pinggul. Tumbuh rambut publik atau bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak; Tumbuh kumis; Tumbuh gondok laki ( jakun); Terjadi perubahan suara.
2. Perkembangan Kognitif (Intelektual)
Menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi=kegiatan kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berpikir kongret. Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan dari mulai usia 12-20 tahun. Pad amasa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Keating (Adam & Gullota, 1983: 143) merumuskan 5 hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, sebagai berikut:
1) Remaja sudah bisa membedakan antara yang nyata dan kongkret dengan yang abstrak dan mungkin.
2) Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah melalui kemampuan menguji hipotesis.
3) Remaja dapat memikirkan tentang masa depan tentang membuat dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
4) 4) Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau tidak efisien.
5) Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru, dan ekpansi (perluasan) berpikir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu dalam menuju tinkat kedewasaan ataupun kematangannya. Dari seluruh proses perkembangan tersebut pastilah tidak berjalan dengan lurus ataupun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu, sebagai orang yang lebih mengetahui atau dewasa diharapkan dapat membantu proses selama perkembangan tersebut.
B. Saran
Kami sebagai penulis makalah mengakui masih banyak kekurangan atas makalah yang kami selesaikan dikarenakan kurangnya pengalaman kami, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah yang kami selesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465
www.blogspot.com/2010/02-fase-fase-perkembangan-pada-manusia.html
Nurhayati Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Yusuf Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung : PT REMAJA ROSDA KARYA.