FUNGSI
ALQURAN
Oleh. Ridwan SH
Oleh. Ridwan SH
Petunjuk
Bagi Manusia
Manusia,
apa pun kedudukannya; rakyat atau pejabat, kaya atau miskin, pasti membutuhkan
petunjuk untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Petunjuk mana yang mereka cari,
mereka masih meraba-raba, mencoba, menyelidiki dan mencari-cari. Apakah harta
yang banyak yang dapat memberikan kepuasaan hidupnya, atau kedudukan yang
tinggi ? Ternyata keduanya tidak memberikan jawaban yang pasti.
Banyak
orang yang memiliki harta melimpah ruah, kedudukan yang tinggi, tetapi belum
merasakan kebahagiaan hidup, belum memperoleh ketentraman batin, masih
diselimuti rasa cemas.
Tidak
ada ajaran yang pasti dapat memberikan kenikmatan hidup kecuali ajaran dari
Yang Maha Pencipta. Sebab, manusia tanpa Alquran bagaikan perahu tanpa haluan
atau kendaraan tanpa rambu-rambu lalu-lintas. Kalau rambu-rambu jalan saja
mutlak diperlukan, mengapa terhadap rambu-rambu jalan kehidupan manusia tidak
memperhatikannya ?
Alquran Mengangkat Derajat Manusia
Orang
buta tentu tidak dapat membedakan sesuatu dengan jelas. Ia tidak tahu jalan
yang lurus, tidak dapat memilih sesuatu dengan yakin. Tidak mustahil ia salah
pilih dan mudah tertipu.
Manusia
tanpa Alquran laksana orang buta. Ia tidak akan tahu halal dan haram; mana
jalan yang membawa keselamatan dan kecelakaan. Ia tidak punya pedoman hidup.
Pilihannya tidak pasti. Ia hanya dapat menilai sesuatu itu baik atau buruk
dengan pertimbangan akal atau nafsu semata. Padahal pilihan akan tidak
selamanya tepat dan membawa keselamatan, malahan seringkali petunjuk akal
meleset, tidak sampai sasaran.
Demikian juga dengan pertimbangan
perasaan, belum tentu pilihannya tepat. Terkadang pilihannya bertentangan
dengan akal, seperti penyembah berhala yang ia ukir sendiri. Ia buatkan hidung,
tangan dan kakinya, kemudian dipuja dan disembah, bahkan takut celaka karena
benda itu. Padahal berhala tidak bisa berbicara dan mendengar. Itulah bukti
kerendahan martabat manusia tanpa Alquran.
Alquran dengan ajarannya dapat
mengangkat manusia dari lembah kehinaan menuju tempat yang terang, martabat
yang mulia.
Alquran Penuntun Ke Jalan Keselamatan
Setiap
orang mendambakan keselamatan, baik lahir maupun batin. Berbagai upaya ia
tempuh. Berbagai jalan ia lalui. Berbagai cara ia coba. Namun sering kali
meleset. Dikiranya jalan kebahagiaan, ternyata akhirnya menjadi penderitaan.
Tetapi Alquran tidak diragukan lagi, karena datangnya dari Zat Yang Maha
Pengasih lagi Penyayang, mustahil akan mencelakakan orang. Alquran justru
membimbing manusia untuk mendapat keselamatan dalam hidupnya.
Alquran dan Ilmu Pengetahuan
Alquranul
Karim dan Sunnah Nabi Muhammad saw. merupakan induk dari sekian banyak disiplin
ilmu agama. Ilmu ini pernah menjadi mahkota ilmu-ilmu keislaman pada masa
keemasan Islam.
Bila
ditinjau dari segi karakteristiknya ilmu keislaman dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bagian:
Pertama: Ilmu yang
telah “matang tetapi belum terbakar”, seperti nahwu dan ushul fiqih.
Kedua: Ilmu yang
“belum matang dan belum pula terbakar”, seperti sastra dan tafsir.
Ketiga: Ilmu yang
“telah matang dan terbakar pula”, seperti fiqih dan hadis.
Ilmu
fiqih dan ilmu hadis dikatakan matang dan terbakar karena kedua ilmu ini begitu
banyak dibahas oleh para ulama, dan istilah-istilah yang digunakan begitu
beragam; sehingga tidak jarang setiap ulama mempunyai pengertian yang berbeda
dengan ulama lain, walaupun istilah yang digunakan sama.
Sementara
itu bila dilihat dari sisi maudhu (pokok bahasan), ilmu-ilmu pada masa keemasan
Islam dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
1.
Ilmu Bahasa Arab.
2. Ilmu
Syariat.
3. Sejarah.
4. Al-hikmah
dan Filsafah (ilmu-ilmu selain bahasa dan agama).
Ilmu Bahasa Arab
Ilmu bahasa ini terdiri dari beberapa ilmu,
diantaranya: Ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu balaghah dan ilmu bahasa.
a. Ilmu Nahwu dan Sharaf.
Ilmu Nahwu
ialah ilmu yang mempelajari gramatika bahasa Arab. Dengan ilmu tersebut bahasa
Arab itu dapat dipelajari dengan baik dan benar oleh ummat yang tidak berbahasa
Arab. Sehingga mereka terhindar dari kesalahan-kesalahan pengucapan dan dapat
membaca dengan fasih.
Ilmu ini dirintis penyusunannya oleh
Abdul Aswad Ad Duali atas nasehat Ali bin Abi Thalib.
b. Balaghah
Ilmu Balaghah mencakup Ilmu Bayan, Ma`ani
dan Badi`. Yaitu ilmu yang menjelaskan keistimewaan dan keindahan susunan
bahasa dan segi-segi i’jaz Alqur`an. Ilmu ini disusun setelah selesai dikarang
Nahwu dan Sharaf.
Kitab
yang pertama kali disusun dalam ilmu
Bayan ialah Kitab Majazul Qur`an oleh `Ubaidah, murid Al Khalil. Kemudian
diikuti oleh beberapa ulama.
c. Ilmu Bahasa
Untuk memelihara pengertian kata-kata
dalam Alqur`an mereka mengarang kamus bahasa Arab. Pada mulanya kamus ini hanya
merupakan kitab-kitab kecil yang mengupas bermacam-macam kata, seperti
kata-kata yang berhubungan dengan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan
benda-benda.
Ilmu Syari`at
Ilmu
Syariat terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan di antaranya: Tafsir,
Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Sejarah dan lain-lain.
a. Tafsir
Tafsir, yaitu cara untuk memahami
ayat-ayat yang kurang jelas (mutasyaabihaat). karena di dalam Alqur`anul Karim
ada ayat-ayat yang muhkamaat (terang dan jelas artinya) dan ayat-ayat yang
mutasyaabihaat (Kurang jelas artinya atau dapat ditafsirkan). Para sahabat
dalam memahami ayat Alqur`an itu mempunyai pendapat yang berlainan, karena
perbedaan cara memahaminya, seperti perbedaan tentang yang dimaksud shalatul
Wustha.
b. Hadis dan Mushthalah Hadits.
Hadis mempunyai nilai yang tinggi
sesudah Alqur`anul Karim, karena banyak ayat-ayat Alqur`an yang dikemukakan
secara umum dan memerlukan perincian. Maka ayat-ayat itu tidak dapat difahami
maksudnya dengan jelas dan terperinci kalau tidak berpedoman kepada
hadis-hadis. Sedangkan Mushthalah Hadits ialah satu ilmu yang mempelajari
tentang kedudukan-kedudukan hadis-hadis tersebut. Karena ternyata ada
hadis-hadis palsu yang diriwayatkan oleh orang-orang Yahudi dan Zindiq, maka
untuk menyaring mana hadits yang shahih mana hadits yang palsu, dipergunakanlah
ilmu Mushthalah hadits ini.
c. Fiqh dan Ushul Fiqh.
Alquranul Karim dan hadits-hadits
menguraikan masalah pokok secara garis besar dan tidak mencakup semua masalah
yang timbul kemudian, karena masalah-masalah itu tidak akan habis-habisnya
sesuai dengan kemajuan dalam segala lapangan kehidupan. Tentu saja ada masalah
baru yang belum pernah terjadi di masa Rasulullah saw. Untuk menetapkan suatu
hukum dalam masalah yang baru itu, para ulama ber ijtihad dengan mendasarkan
ijtihad mereka itu kepada Alquran, Sunnah dan Ijma Shahabat.
Dalam berijtihad untuk menetapkan
sesuatu hukum, haruslah mengetahui cara-cara mengistinbatkan untuk mengambil
kesimpulan mengenai hukum itu dari ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits. Cara
ini mula-mula disusun oleh Imam Syafii dalam kitabnya yang bernama Ar Risalah.
Ilmu ini kemudian dikenal dengan ilmu Ushul Fiqh.
d. Ilmu Sejarah.
Para ulama Islam banyak menulis
sejarah, karena di dalam Alquran banyak terdapat kisah-kisah orang-orang Yahudi, Nasrani, dan
Majusi. Disamping itu terdapat pula hal-hal mengenai kejadian-kejadian yang
penting dalam umat Islam, seperti perang Badar, Uhud, Perdamaian Hudaibiah dan
lain-lain. Kisah-kisah mengenai kejadian -kejadian tersebut terdapat pula dalam
hadits-hadits Nabi.
Diantara penulis-penulis sejarah yang
termasyhur ialah: Abu Mikhnaf bin Yahya, Saif bin Umar Al-Kufi, Ali bin
Muhammad Al-Madani dan Zubair bin Bakkar.
Al-Hikmah dan Filsafat.
Al-Hikmah dan
filsafat pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu: Ilmu Manthiq, Ilmu
Alam, ilmu Pasti dan Ilmu Ketuhanan. Termasuk Ilmu Alam itu, ialah Ilmu Kimia,
Ilmu Kedokteran, Pharmasi, Ilmu hewan dan Ilmu Pertanian. Yang termasuk Ilmu
Pasti ialah berhitung, Al-Jabar, Ilmu Ukur, Ilmu Mekanika, Ilmu Falak dan
Geoerafi. Termasuk Ilmu Ketuhanan ialah: Metafisika yaitu pembahasan mengenai
Pencipta jiwa, jin, Malaikat dan sebagainya.
Mereka
yang mempelajari ilmu-ilmu tersebut karena dorongan Alquran yang menganjurkan
supaya mereka menuntut ilmu, dan karena di dalamnya terdapat hubungan dengan
ilmu-ilmu tersebut.
Yang
mengenai ilmu Falak di antaranya seperti tersebut dalam (QS. Yunus ayat 5:)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً
وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ
وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الأ يَاتِ
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ(5)
Artinya:
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanannya, supaya
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciftakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.
(Qs. Yunus:5)
.
Yang
mengenai Ilmu Hewan terdapat dalam surat An-Nahl ayat 66:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً
نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا
سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ(6)
Artinya:
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelaaran bagi kamu. Kami
memberimu minum dari apa yang ada pada perutnya (berupa) susu yang bersih antara
tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang hendak meminumnya”.
Yang
mengenai Ilmu tumbuh-tumbuhanterdapat dalam (Qs. Ar-Ra`d ayat 4:)
وَفِي الأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ
وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ
يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأُكُلِ إِنَّ
فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(4)
Artinya:
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berpendampingan dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama, kami melebihkan sebahagian
tanaman-tanaman itu atas sebahagian yang lain, tantang rasa (dan bentyknya).
Sesungguhnyalah bada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (Kekuasan Allah)
bagi kaum yang berfikir.
Yang mengenai Ilmu Bumi dan Ilmu Alam terdapat dalam (Qs.
Qaaf ayat 7-8)
وَالأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا
فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ(7) تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ
مُنِيبٍ(8)
Artinya:
“Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakan padanya gunung-gunung yang kokoh
dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.
Untuk menjadi peringatan bagi hamba yang kembali (mengingat) Allah”.
Yang
mengenai jiwa terdapat dalam (Qs. Qsy-Syams ayt 7-10:)
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
(8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya). Maka Allah meng ilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Dari
uraian-uraian di atas dapat kita nyatakan bahwa kegiatan-kegiatan para ulama
Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan baik agama maupun umum adalah
karena:
1. Alquran
sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam ilmu pengetahuannya dalam
pelbagai ilmu pengetahuan
2. Ayat-ayat
Alquran banyak menyinggung persoalan-persoalan ilmiah walaupun secara garis
besarnya saja. karena itu para ulama ingin membuktikan kebenaran ayat-ayat itu
dengan menyelidikinya secara mendalam.
3. Rasa
tanggung jawab para ulama terhadap pemeliharaan, penyiaran Alquran mendorong
mereka untuk menciptakan dan menyusun ilmu bahasa Arab dan bermacam-macam ilmu
yang berhubungan dengan itu.