HUKUM ISTIGHATSAH DAN SHALAT ISTIGHATSAH|Artikel Islam|Fiqih Kontropersial|Dunia Islam|

Hai Sobat! Gimana kabarNya?  Sehat Wal Afiat slalu ada pada diri kalian. Amien. Kali ini saya akan mengangkat artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah agama yang lebih khusus masalah Fu'ru, yang sering kontropersial dikalangan para ulama sehingga mengakibatkan terjadinya perdebatan yang signifikan. Mudah-mudah ini menjadi wawasan buat kita semua, sehingga bisa memilih pendapat mana yang lebih Rajih dan dan ilmiah untuk dijadikan pegangan untuk kita. amien.  Kali ini saya akan berbagi mengenai:
ISTIGHATSAH DAN SHALAT ISTIGHATSAH

Akhir-akhir ini digalakan shalat istigatsah, seringkali dilaksanakan dengan berjamaah dan ditempat terbuka, bahkan tidak jarang ditambah dengan upacara-upacara lainnya seperti berdzikir bersama, dengan melantunkan kalimat lailaaha illallah tiga ribukali, Allahu akbar tiga ribu kali, dan bacaan-bacaan atau pujian-pujian lainnya.
Rasanya perlu kejelasan baik tentang istigasah, salat istigatsah, maupun upacara dzikir tersebut. Benarkah dicontohkan oleh Nabi saw., agar jangan sampai ingin diberi keberkahan serta keselamatan ternyata melakukan perbid’ahan yang dilarang oleh agama.
Istigatsah artinya memohon pertolangan. Seperti pada ayat berikut:

اِذْ تَسْتَغِثُوْنَ رَبَّكُمْ فَا سْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّي مُمِذُّكُمْ بِاَلْفٍ مِنَ الْمَلاَ ئِكَةِ مُرْدَفِيْنَ

Ingatlah olehmu  sewaktu kamu memohom pertolongan kepada Tuhanmu Maka Allah memperkenankan doamu. Titahnya,”Sesungguhnya Aku membantu kamu dengan seribu malaikat yang satu sama lain beriring-iring. Q.S. Al Anfal:9

Sedangkan salat istigatsah maknanya memohon agar diberi pertolongan dengan cara melakukan salat.
Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa perang badar, yaitu ketika Rasululah saw. merasa sangat was was dan hawatir akan pasukannya yang sangat sedikit yang mesti berhadapan dengan musyrikin dengan jumlah sangat banyak. Sehingga ketidakseimbangan yang menakutkan ini mendorong beliau untuk secara khusus memohon kepada Allah. Dalam riwayat Muslim dikisahkan:

عَنْ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللهِ r    2ع01 0إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلاَثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلاً فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ r  الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ اللّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ اْلاِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي اْلاَرْضِ فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى  سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ وَقَالَ : يَا نَبِيَّ اللهِ! كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ. فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ( إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِينَ ) فَأَمَدَّهُ اللهُ بِالْمَلاَئِكَةِ 

Dari Umar bin Khatab, ia berkata, ‘Ketika hari perang badar, Rasulullah saw. melihat musyrikin yang berjumlah seribu orang sedangkan para sahabatnya yang hanya tiga ratus sembilan belas orang. Maka Nabiyullah menghadap ke kiblat dan mengangkat kedua tangannya serta mulailah ia berdoa kepada Tuhannya,”Ya Allah penuhilah janji-Mu kepadaku, Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan itu, Ya Allah, Jika kelompok ahli Islam ini musnah, Engkau tidak akan disembah di bumi ini. Maka terus menerus beliau berdoa kepada Tuhannya seraya mengangkat kedua tanganya sambil menghadap kiblat sampai bajunya melorot jatuh dari kedua pundaknya. Abu Bakar mendatanginya dan mengambil bajunya dan mengenakannya kembali pada kedua pundak beliau, dan menguatkan kedua baju itu dari belakangnya, seraya berkata,”Wahai Nabi Allah, telah sedemikian rupa permohonanmu kepada Tuhanmu, niscaya Ia akan memenuhi janji-Nya kepadamu. Maka Allah menurunkan. (Al-Anfal : 9), Muslim, II:146-147

Hadis ini adalah satu-satunya hadis yang shahih tentang istigatsah. Pada hadis ini hanya diceritakan bahwa Rasulullah saw berdoa dan tidak melakukan salat. Adapun hadis-hadis yang menerangkan tentang adanya shalat istigatsah adalah sebagai berikut.

عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ : لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ فَنَظَرَ رَسُولُ اللهِ r  إِلَى المُشْرِكِيْنَ   وَتَكَاثُرِهِمْ  وَنَظَرَ إِلَى المُسْلِمِينَ فَاسْتَقَلَّهُمْ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ وَقَامَ أَبُو بَكْرٍ عَنْ يَمِيْنِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ  r  فِى صَلاَتِهِ. أللّهُمَّ لاَ تَوَدَّعْ مِنِّى أللّهُمَّ لاَ تَخْذُلْنِى أللّهُمَّ لاَ تَتِرَّنِى أللّهُمَّ أَنْشُدُكَ مَا وَعَدْتَنِى أللّهُمَّ إِنْ يَهْزَمُ هذَا الجَمْعُ مِنَ المُشْرِكِينَ هذَا الجَمْعَ مِنَ المُسْلِمِينَ لاَ تُعْبَدُ أَبَدًا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَلحَفْتَ وَاللهِ بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّي وَاللهِ لاَ يَتَوَدَّعُ مِنْكَ وَلاَ يَخْذُلُكَ، وَلاَيَتْرُكَ، وَلَيَنْصُرَنَّكَ عَلَى عَدُوِّكَ كَمَا وَعَدَكَ فَانْصَرَفَ رَسُولُ اللهِ r  مَسْرُورًا، وَقَالَ رَأَيْتُ جِبْرِيْلَ مُعْتَجِرًا مُتَدَلِّيًا مِنَ السَّمَاءِ مُعْتَجِزًا بِعِجْزَةٍ.
 
Dari Ubaidillah bin Abdullah,ia mengatakan,” Ketika hari perang badar, Rasulullah saw. melihat musyrikin dan banyaknya jumlah mereka dan melihat kaum muslimin dan menganggap mereka terlalu sedikit. Lalu beliau salat dua rakaat dan berdirilah Abu Bakar di sebelah kanannya, Rasululah saw. berdoa di dalam salatnya. Ya Allah, janganlah Engkau meninggalkan aku, ya Allah, janganlah engkau hinakan aku, Ya Allah, janganlah Engkau aniyaya aku, Ya Allah, aku memohon janji-Mu padaku jika kelompok musyrikin menghancurkan kelompok muslimin, Engkau tidak akan disembah di bumi ini selamanya.” Abu Bakar berkata,” Aku bersumpah, demi Allah, Allah tidak akan meninggalkanmu, tidak akan mencelakakanmu, tidak akan menghinakanmu dan pasti Ia akan menolongmu atas musuhmu, sebagaimana telah Ia janjikan kepadamu. Maka Rasulullah saw. beranjak dengan gembira dan bersabda,”Aku melihat Jibril sangat gagah turun dari langit dengan gagahnya. Sunan Said Bin Manshur, II : 312-313

Hadis ini daif karena Ubaidilah bin Abdulah Bin Utbah dilahirkan pada masa kekhalifahan Umar Bin Khatab atau sedikit sesudahnya. -Siyaru a’lam an-Nubala, IV:475. Sedangkan perang badar terjadi cukup jauh waktunya darinya, maka hadis ini mursal

Selanjutnya hadis:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: لَمَّا التَقَيْنَا يَوْمَ بَدْرٍ قَامَ رَسُولُ اللهِ r يُصَلِّي فَمَا رَأَيْتُ نَاشِدًا يَنْشُدُ حَقًّالَهُ أَشَدَّ مِنْ مُنَاشَدَةِ مُحَمَّدٍ r رَبَّهُ تَعَالَى، وَهُوَ يَقُولُ : اللّهُمَّ إِنِّي أَنْشُدُكَ وَعْدَكَ وَعَهْدَكَ، اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مَاوَعَدْتَنِي اللّهُمَّ اِنْ تَهْلِكَ هذِهِ العِصَابَةُ لاَتُعْبَدُ فِي الاَرْضِ، ثُمَّ التَفَتْ اِلَيْنَا كَأَنَّ شِقَّةَ وَجْهِهِ القَمَرِ فَقَالَ : هذِهِ مَصَارِعُ القَوْمِ العَشِيَّةَ.

Dari Abdullah, ia berkata,” Ketika kami bertempur di perang badar, rasululah saw. berdiri salat, maka saya tidak pernah melihat seorang pemohon yang memohon haknya melebihi permohonan Muhamad kepada Tuhannya, ia berucap,”Ya Allah, aku memohon kepadamu akan janjiMu dan kesanggupanMu, Ya Allah aku memohon kepadaMu apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, Ya Allah jika celaka kelompok muslim ini, maka Engkau tidak akan disembah dimuka bumi ini.” Kemudian beliau berpaling menoleh kepada kami seolah-olah wajahnya bagaikan bulan purnama (berseri-seri), ia bersabda,”Ini pertempuran sengit kaum sore hari ini. An Nasai, As Sunan al-Kubra, VI : 155

Keterangan :

Abu Ubaidah yang bernama Amir Bin Abdullah Bin Mas’ud ia rawi yang tsiqah (kuat), tetapi tidak mendengar hadits dari ayahnya Abdullah Bin Mas’ud. Ibnu Main berkata,” Ia tsiqah tetapi tidak mendengar hadis dari bapaknya. Dan ketika ayahnya wafat ia masih berumur tujuh tahun”.Tahdzibul-Kamal, XIV : 60-62
Dengan demikian hadis ini munqati’
Kemudian pada hadis dari Ali Bin Abu Thalib diceritakan:

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ قَاتَلْتُ شَيْئًا مِنْ قِتَالٍ ثُمَّ جِئْتُ اِلَى رَسُولِ اللهِ r أَنْظُرُ مَاصَنَعَ فَجِئْتُ فَإِذَا هُوَ سَاجِدٌ يَقُولُ : يَاحَيٌّ يَا قَيُّومٌ يَاحَيٌّ يَا قَيُّومٌ ثُمَّ رَجَعْتُ اِلَى القِتَالِ ثُمَّ جِئْتُ فَإِذَا هُوَ سَاجِدٌ لاَيَزِيدُ عَلَى ذلِكَ ثُمَّ ذَهَبْتُ اِلَى القِتَالِ ثُمَّ جِئْتُ فَإِذَا هُوَ سَاجِدٌ يَقُولُ ذلِكَ فَفَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ.

Dari Ali Bin Abi Thalib, ia berkata,”Ketika hari perang badar, aku hanya sebentar berperang kemudian aku  segera mendatangi Rasululah saw. untuk melihat apa yang sedang beliau lakukan, ia berkata,” Ternyata beliau sedang bersujud dan berdoa,”Ya hayun ya Qayyum, tiada yang lebih dari itu,.” Maka aku kembali berperang sebentar kemudian aku datang lagi dan ternyata beliau sedang bersujud dan berdoa, maka aku bergi lagi berperang dan datang lagi sedang beliau masih tetap bersujud dan berdoa sampai Allah memberi kemenangan kepa. An Nasai, As Sunan al Kubra, VI:156-157


Keterangan :
Di dalam sanad hadis ini terdapat seorang rawi bernama Ismail Bin Aun Bin Ali Bin Ubaidilah,. Dia tercatat hanya memiliki seorang guru dan seorang murid, berarti dia majhul ain. Tahdzibul-Kamal, III : 162
Dengan keterangan-keterangan tersebut jelaslah bahwa salat istigatsah merupakan idraj (tambahan) yang dhaif. Sedangkan asal hadis yang sahih riwayat muslim sama sekali tidak menceritakan tentang salatnya Nabi saw pada istigatsahnya.

Salat ketika Ditimpa Kesulitan
Demikian pula tentang hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah saw apabila ditimpa sesuatu kesulitan senantiasa beliau salat. Hadis-hadisnya tidak ada yang sahih.

عَنْ حُذَيْفَةَ قاَلَ : كَانَ النَّبِيُ r  إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Dari Hudzaifah, ia mengatakan,” Keadaan Rasululah saw. apabila ditimpa suatu kesulitan, beliau salat.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud danIbnu Jarir.
Meskipun diriwayatkan oleh tiga orang mukharij, hadis ini dhaif kerena sama-sama melalui seorang rawi bernama Abdul Aziz.  Ia seorang rawi yang sama sekali tidak dikenal ( laa yu’rafu) demikian dikatakan oleh Imam AdzZahabi. Mizanul I’tidal, III : 639

 Demikian pula hadis berikut ini :

عَنِ القَاسِمِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ النَّبِيَ r  إِذَا نَزَلَ بِهِ كُرَبٌ قَالَ : يَا حَيٌّ يَا قَيُّومٌ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ


Dari Al Qasim dari Ibnu Masud bahwa sesungguhnya Nabi saw. apabila turun kepadanya kesulitan, ia berdoa ya hayyun, ya qayyum, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan. H.R. Al Baihaqi, di dalam asy Syuabul Iman, VII : 358.

Hadis inipun dhaif karena terdapat seorang rawi bernama Ismail bin Aun bin Ali bin Ubaidilah, ia seorang yang majhul. Tahzibul Kamal, XXIII : 380

Kesimpulan :
1.Istighatsah pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. pada perang badar yaitu dengan cara memohon dan berdoa dengan sangat bersunggu-sungguh.
2.Shalat istigatsah merupakan bid’ah.
3. Dzikir-dzikir dan bacaan-bacaan dengan bilangan yang tertentu dalam istighatsah adalah bid’ah.
 

Oleh : K.H. Usman Shalehuddin


Pengunjung