Sahabat yang dirahmati Allah SWT,
WAKTU MENYEMBELIH QURBAN
Waktu menyembelih qurban berdasarkan
hadits riwayat Al-Bukhari adalah sebagai berikut :
عَنِ البراءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِى اللهُ عَنْهُمَا قَالَ000ثُمَّ قَالَ :
مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَاِنَّمَا يَذْبَحُ لِنَفْسِهِ، وَمَنْ ذَبَحَ
بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تم نُسُكُهُ وَاَ صَابَ
سُنَّةَ اَلمْسْلِمِيْنَ. -الفتح 10/15-
Dari Al-Bara bin Azib, ia berkata,
“...kemudian beliau bersabda, ‘Barang siapa menyembelih sebelum salat Iedul
Adhha maka ia hanya menyembelih untuk dirinya (bukan ibadah Qurban). Dan barang
siapa menyembelih setelah selesai shalat
Iedul Adhha, maka sempurna ibadahnya dan sesuai dengan sunnah kaum muslimin.”
(Fathul Bari X:10)
(Fathul Bari X:10)
Dalam hadits tersebut dinyatakan
secara mutlak, yaitu tidak di terangkan batasnya, pokoknya setelah salat Iedul
Adha. Hal ini memerlukan penjelasan dan pembatasan hingga hari ke berapa yang
di maksud dengan kalimat ‘setelah shalat Iedul Adha’ dalam hadis tersebut.
Kemudian Ibnu Umar menjelaskan:
الأَضْحَى يَوْمَانِ بَعْدَ يَوْمِ
الأَضْحَى.(رواه مالك)
“Al-Adhha dua hari setelah hari Ied.”
(H.R. Malik. Al-Muaththa II : 38)
Dalam riwayat lain disebutkan :
قَالَ ابْنُ عُمَرَ :
الأَضْحَىيَوْمُ النَّحْرِ وَيَوْمَانِ بَعْدَهُ. (المحلى 4 : 377)
Ibnu Umar
berkata, “Al-Adhha adalah hari Nahar dan dua hari setelahnya.”
(Al-Muhalla IV:377)
(Al-Muhalla IV:377)
قَالَ ابْنُ عُمَرَ : مَا ذَبَحْتُ
يَوْمَ النَّحْرِ وَالثَّانِى وَالثَّالِثِ فَهِيَ الضَّحَايَا (المحلى 4 : 377)
Ibnu Umar berkata, “Apa yang aku
sembelih pada hari nahar, hari kedua, dan hari ketiga, maka itu adalah qurban.”
(Al-Muhalla IV:377)
Demikian pula Anas bin Malik mengatakan :
الأَضْحَى يَوْمُ النَّحْرِ
وَيَوْمَانِ بَعْدَهُ (المحلى 4 : 377)
“Al-Adhha adalah hari nahar dan dua
hari setelahnya.” (Al-Muhalla IV:377)
Adapun penyembelihan pada hari tasyrik
(tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah) berdasarkan hadits sebagai berikut :
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ
اَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ (رواه احمد والطبرانى وابن حبان والبزار والبيهقى
والدارقطنى)
Dari Jubair bin Muth’im, ia berkata,
“Rasulullah saw. bersabda, ‘Semua hari-hari tasyrik adalah hari
penyembelihan”.(H.R. Ahmad, At-Thabrani, Ibnu Hiban, Al-Bazzar,
Al-Baihaqi dan Al-Daruqutni. Al-Fathur Rabani XIII : 94, Shahih
Ibnu Hiban VI:62, Musnad Al-Bazzar VIII:364, As-sunanul Kubra V:239, Sunan
Ad-Daruquthni II:161-162)
Hadit diatas dla’if, karena semua
sanadnya melalui seorang rawi bernama Sulaiman bin Musa. (Lihat skema sanad)
Al-Bukhari berkata :
مُنْكَرُ الحَدِيثِ اَنَا لاَ أَرْوِي عَنْهُ شَيْئًا رَوَى سُلَيْمَانُ
بْنُ مُوسَى أَحَادِيثَ (عَامَتُهَا مَنَاكِيْرُ) (تعليق تهذيب الكمال 12: 97)
“Munkarul hadis, Aku tidak pernah meriwayatkan satu hadis pun
darinya. Sulaiman bin Musa meriwayatkan beberapa hadis, yang seluruhnya
munkar.” (Ta’liq Tahdzibul Kamal XII:97)
قَالَ البُخَارِي :كُلُّ مَنْ قُلْتُ
فِيْهِ مُنْكَرَ الْحَدِيْثِ فَلاَ تَحِلُّ الرِّوَايَةُ عَنْهُ (منهج النقد
ص 112)
Al-Bukhari berkata, “Setiap orang
yang aku katakan Munkarul Hadis, maka tidak halal riwayat darinya.” (Manhajun
Naqd, hal. 112)
Sedangkan hadis lain yang serupa
dengan hadis Jubair bin Muth’im yang diriwayatkan oleh Ibnu Adi dari Abu Said
Al-Khudriyi juga dla’if, karena dalam sanadnya terdapat rawi bernama Muawiyyah
bin Yahya :
قَالَ السَّعْدِى : مُعَاوِيَةُ بْنُ
يَحْيَ الصَّدَفِى ذَاهِبُ الْحَدِيْثِ (الكامل 399:6)
As-Sa’di
berkata, “Muawiyah bin Yahya ash-Shadafi pemalsu hadis.” (Al-Kamil VI:399)
قَالَ ابْنُ حِبَّانَ : كَانَ يَسْرِقُ الْكُتُبَ وَيُحَدِّثُ بِهَا ثُمَّ
تَغَيَّرَحِفْظُهُ (ميزان الاعتدال
4: 138)
4: 138)
Ibnu Hiban berkata, “Dia mencuri beberapa
kitab dan mengajarkannya, kemudian berubah hapalannya.” (Mizanul I’tidal
IV:138)
Berdasarkan keterangan-keterangan
diatas maka waktu menyembelih Qurban itu ialah mulai tanggal 10 Dzulhijjah
setelah selesai salat Idul Adha hingga tanggal 12 Dzulhijjah.