DINASTI BANI UMAYYAH
A. Asal-usul Dinasti Bani Umayyah
Nama ” Daulah Umayah” berasal dari nama ” Umayah ibnu”
Abdi Syam ibnu ”Abdi Manaf”, yaitu salah seorang dari pemimpin Qurays di zama
Jahiliyah[3]. Bani Umayah merupakan keturunan Umayah, yang masih memiliki
ikatan famili dengan para pendahulu Nabi. Naiknya bani Umayah ke puncak
kekuasaan, dimulai oleh Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan, salah seorang keturunan bani
umayah dan salah seorang sahabat Nabi, dan ia menjadi bagian penting dalam
setiap masa pemerintahan para khulafa ar-rasyidun. Pada masa Ustman,
Mu’awiyah diduga memiliki hubungan yang kuat dengan Ustman, sehingga terjebak
dengan praktik nepotisme dengan Mu’wiyah. Bahkan kerusakan pemerintahan Ustman
akibat nepotismenya kepada Bani Umayah, sehingga mendapatkan tantangan dari
para pendukung Ali.[4]
Pada masa Ali masih berkuasa, Mu’awiyah telah memiliki
kekuatan penuh, sehingga pada saat Ali terbunuh, Mu’awiyah langsung mengambil
alih kekuasaan dengan sangat mudah dan terkordinasi dengan baik. Salah satu
kepekaan nalar politik Mu’awiyah ialah mampu belajar pada pengalaman yang
terjadi pada tiga khalifah sebelumnya, yang berakhir dengan pembunuhan. Pilihan
memindahkan kekuasaan ke luar Jazirah Arab, menunjukkan sikap dan kecerdasan
politik Mu’awiyah dalam menghindari pergolakan antar kubu yang sangat tragis di
kalangan umat Islam di jazirah Arab bahkan sebagai upaya untuk menghindari
tragedi pembunuhan yang dilakukan terhadap tiga khalifah sebelumnya. Akhirnya,
Mu’awiyah dan dinastinya mengendalikan kekuasaannya dari luar jazirah Arab,
mencoba bersebarangan dengan para pendahulu-pendahulunya yang berkonsentrasi di
wilayah jazirah Arab. Menurut H.A.R. Gibb : Mulai tahun 660 M. ibu kota
kerajaan Arab dipindahkan ke Damaskus, tempat kedudukan baru khilafah Bani
Umayah, sedangkan Madinah tetap merupakan pusat pelajaran agama Islam,
pemerintah dan kehidupan umum kerajaan dipengaruhi oleh dapat istiadat Yunani
Romawi Timur.[5]
B. Sistem Pergantian Kholifah
Pada masa-masa Awal Mu’awiyah menjadi penguasa kekuasaan masih
berjalan secara demokratis, tetapi setelah berjalan dalam beberapa waktu,
Mu’awiyah mengubah model pemerintahnya dengan model pemerintahan monarchiheredetis
(kerajaan turun temurun).[6] yaitu sebagai berikut:
NO
|
NAMA
|
MASA BERKUASA
|
1
|
Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan
|
661-681 M
|
2
|
Yazid ibn Mu’awiyah
|
681-683 M
|
3
|
Mua’wiyah ibnu Yazid
|
683-685 M
|
4
|
Marwan ibnu Hakam
|
684-685M.
|
5
|
Abdul Malik ibn Marwan
|
685-705 M
|
6
|
Al-Walid ibnu Abdul Malik
|
705-715 M
|
7
|
Sulaiman ibnu Abdul Malik
|
715-717 M
|
8
|
Umar ibnu Abdul Aziz
|
717-720 M
|
9
|
Yazid ibnu Abdul Malik
|
720-824 M
|
10
|
Hisyam ibnu Abdul Malik
|
724-743 M
|
11
|
Walid ibn Yazid
|
734-744 M
|
12
|
Yazid ibn Walid [ Yazid III]
|
744 M
|
13
|
Ibrahim ibn Malik
|
744 M
|
14
|
Marwan ibn Muhammad
|
745-750 M
|
C.Keberhasilan Yang Dicapai
Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial
1.
Bidang Material :
a.
Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu
dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga
berusaha menertibkan angkatan bersenjata.
b.
Mu’awiyah merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar
dibuatkan ”anjung” dalam masjid tempat is sembahyang. Ia sangat khwatir akan
keselamatan dirinya, karena khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang
melaksanakan shalat.
c.
Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak
pernah membuat lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah
sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
d.
Mu’awiyah sudah merancang pola pengiriman surat (post),
kemudian dimatangkan lagi pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos)
ini, semakin ditata dengan baik, sehingga menjadi alat pengiriman yang baik
pada waktu itu.
e.
Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H,
Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat
yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
f.
Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang
kemudian diedarkan keseluruh penjuru negeri islam.
g.
Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti
jompo, juga tempat-tempat untuk orang-orang yang infalid, segala fasilitas
disediakan oleh Umayyah.
h.
Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak
masa Uthman sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia
berkuasa, sehingga kapal perang waktu itu berjumlah 1700 buah.
i.
Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan
pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab
sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa
Yunani dan Pahlawi sehingga sampai berdampak pada orang-orang non
Arab menjadi pandai berbahasa Arab dan untuk menyempurnakan
pengetahuan tata bahasa Arab orang-orang non Arab, disusun buku tata bahasa
Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab.
j.
Merubah mata uang yang dipakai
di daerah-daerah yang dikuasai Islam.
Sebelumnya mata uang Bizantium dan Persia
seperti dinar dan dirham. Penggantinya uang dirham terbuat
dari mas dan dirham dari perak dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
k.
Perluasaan wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah
Barat daya, benua Eropa, bahkan perluasaan ini juga sampai ke Andalusia
(Spanyol) di bawah kepemimpinan panglima Thariq bin Ziad, yang berhasil
menaklukkan Kordova, Granada, dan Toledo.
l.
Dibangun mesjid-mesjid dan istana. Katedral St. Jhon di
Damaskus dirubah menjadi mesjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai
sebagai mesjid dan gereja. Di al-Quds (Jerussalem) Abdul Malik
membangun mesjid al-Aqsha. Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini
adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di mesjid al-Aqsha yang menurut
riwayatnya tempat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail dan Nabi
Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, mesjid Cordova di
Spanyol dibangun, mesjid Mekah dan Madinah diperbaiki
dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid.
m.
Bahkan pada masa, Sulaiman ibn Malik, telah dibangun
pembangunan mega raksasa yang
2.
Bidang Material
a.
Mendirikan pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah
yang akhirnya memunculkan nama- nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab
al-Zuhri dan Washil bin Atha. Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir,
hadits, fikih, dan kalam.
b.
Penyair-penyair Arab baru bermunculan setelah perhatian
mereka terhadap syair Arab Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn
Abi Rabiah (w. 719 m.), Jamil al-Udhri (w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah
(w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama Majnun Laila, al-Farazdaq (w 732M.),
Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710 M.).
c.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni
d.
Waktu dinasti ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli ;
berupa filsafat dan eksakta. Dan ilmu pengetahun berkembang dalam tiga
bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan filsafat. Kota-kota yang menjadi
pusat ilmu pengetahuan selama pemerintahan dinasti Umayah, antara lain kota
Kairawan, Kordoba, Granda dan lain sebagainya. Sehingga secara perlahan ilmu
pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama, Al-Adaabul
Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an,
Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi), Al-Ulumul
Dkhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu
thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia
dan Romawi. Kedua : Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang
telah ada pasa zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti
ilmu lughah, syair, khitabah dan amtsal.
Pada masa ini pula sudah mulai dirancang tentang
undang-undang yang bersumber dari al-Qur’an, sehingga menuntut masyarakat
mempelajari tentang tafsir al-Qur’an. Salah seorang ahli tafsir pertama dan
termashur pada masa tersebut adalah Ibnu Abbas. Pada waktu itu beliau telah
menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan isnad, kemudian kesulitan-kesulitan
dalam mengartikan al-Qur’an dicari dalam al-hadist, yang pada gilirannya
melahirkan ilmu hadist. Dan akhirnya kitab tentang ilmu hadist sudah
mulai dikarang oleh para ulama muslim. Beberapa ulama hadist yang terkenal pada
masa itu, antara lain : Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah bin
Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu Abi Malikah (Abdullah bin Abi Malikah
at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’i Abdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi. Dalam bidang
hadist ini, Umar bin Abd Aziz secara khusus memerintahkan Ibn Syihab az-Zuhri
untuk mengumpulkan hadist. Oeh karena itu, Ibnu Syihab telah dianggap sanat berjasa
dalam menyebarkan hadist hingga menembus berbagai zaman. Sejak saat itulah
perkembangan kitab-kitab hadist mulai dilakukan.[7]
e.
Gerakan Penerjemahan dan Arabisasi
Gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi
buku), juga dilakukan, terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia
memerintahkan penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter
dari iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke
dalam bahasa Arab. Demikian pula, Khalifah memerintahkan menerjemahkan buku
dongeng dalam bahasa sansakerta yang dikenal dengan Kalilah wa Dimnah,
karya Bidpai. Buku ini diterjemahkan oleh Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Ia juga
telah banyak menerjemahkan banyak buku lain, seperti filsafat dan logika,
termasuk karya Aristoteles :Categoris, Hermeneutica, Analityca Posterior
serta karya Porphyrius :Isagoge.[8]
D.
Kemunduran Dinasti Umayyah
Selama berkuasa kurang lebih 90 tahun lamanya, penguasa
Bani Umayah, sejak Umayah berkuasa harus diakui telah banyak memberikan sesuatu
yang berarti bagi Islam. Tetapi, kekuasaan yang dibangun dengan cara-cara yang
keras dan kasar seperti yang dilakukan oleh Mu’awiyah seperti pasa saat ia
merebut kekuasaan, dan ditambah lagi dengan pola suksesi yang bersifat kekeluargaan telah memunculkan perlawanan yang keras dari lawan-lawan politik
Bani Umayah. Sejak sepeninggal Hisyam ibnu Abd
Malik, khalifah-khalifah Bani Umayah terus mengalami melemah, bukan hanya moral
tetap juga lemah dalam kekuataan politik. Kelemahan ini tentu saja terus
dimanfaatkan dengan baik oleh musuh-musuh Bani Umayah untuk dihancurkan, dan
segera diganti.
Beberapa faktor yang menjadi akar melemah dan hancurnya
Bani Umayah, antara lain:
1.
System suksesi khalifah dengan cara dinatian bukan
tradisi Arab dan lebih mengandalkan aspek senioritas. Pengaturannya tidak
jelas, sehingga menimbulkan menimbulkan persaingan yang keras di kalangan
anggota keluarga.
2.
Latar belakang terbentuknya Bani Umayah tidak terlepas
dari konflik politik yang terjadi di masa Ali. Ktbu Ali (Syi’ah) dan kubu
khawarij yang masih tersisa, terus menjadi oposisi dan melakukan perlawanan
terhadap Bani Umayah, baik dengan terang-terangan maupun dengan cara
sembunyi-sembunyi. Penumpasan terhadap kelompok-kelompok ini, banyak menyedot
kekuatan pemerintah Bani Umayah.
3.
Pada masa Bani Umayah pertentangan etnis antara suku
Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) terus menruncing.
Konflik ini membuat penguasa Bani Umayah merasa kesulitan dalam menggalang
persatuan dan kesatuan.
4.
Faktor lemahnya Bani Umayah juga akibat sikap hidup mewah
orang-orang di lingkungan istana, sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban berat kekuasaan. Kemudian, banyak para agamawan yang kecewa
dengan penguasa Bani Umayah karena penguasa ini sudah tidak memperhatikan
pengembangan agama.
5.
Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan
al-Abbas ibn Abd Thalib yang mendapatkan dukungan dari Bani Hasyim dan golongan
Syi’ah dan kaum Mawali.[9]
Akhir
kehancuran Dinasti Umayah, dimulai oleh pembunuhan terhadap khalifah Marwan
yang dilakukan oleh Abul Abbas as-Shaffah, setelah itu ia menjadi khalifah
dalam kekuasaan umata Islam. Kemudian kelompok Abul Abbas, beralih
menghancurkan Yazid bin Umar bin Hubairah, yang merupakan benteng terakhir
kekuasaan dinasti Umayah.[10] Jadi, hancurnya dua kekuayaan Umayah
ini, menjadi akhir dari kiprah bani Umayah dalam sejarah kekuasan Islam.