Sejarah Shaum Arafah dan Takbiran Iedul Adha

Shaum  Arafah
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ    : صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبِلَةً ، وَصَوْمُ عَاشُوراَءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً . - رواه الجماعة إلا البخاري والترمذي -
Artinya :Dari Abu Qatadah, ia berkata,”Rasulullah saw. telah bersabda,’Shaum Hari Arafah itu akan mengkifarati (menghapus dosa) dua tahun, yaitu setahun yang telah lalu dan setahun kemudian. Sedangkan shaum Asyura akan mengkifarati setahun yang lalu” - H.r. al-Jama’ah kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi[1] -
Hadis ini pun diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Sahabat Zaid bin Arqam, Sahl bin Saad, Qatadah bin Nu’man dan Ibnu Umar. Dalam hadis lain dengan redaksi
عَنْ أَبِي سَعِيدٍالخُدِرِيِّ قَالَ : قَالَ رسول الله e صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ السَّنَةِ المَاضِيَةِ وَالسَّنَةِ المُسْتَقْبِلَةِ . - رواه الطبراني -
Artinya : Dari Abu Said, dari Nabi saw. Shaum Arafah itu merupakan kifarat tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang. H.r. Ath-Thabrani[2]-
Takbiran Iedul Adha
Selain Shaum sunat Arafah, pada bulan Dzulhijjah kaum muslimin juga disyariatkan untuk bertakbir. Bertakbir dilakukan sejak subuh 9 Dzulhijjah hingga ashar 13 dzulhijjah. Membacanya tidak terus menerus, melainkan bila ada kesempatan, baik ketika berkumpul di masjid atau di rumah masing-masing. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam hadis sebagai berikut:
عَنْ عَلِيٍّ وَعَمَّارِ أَنَّ النَّبِيَّ  صلى الله عليه وسلم… وَكَانَ يُكَبِّرُ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ بَعْدَ صَلاَةَ الْغَدَاةِ وَيَقْطَعُهَا صَلاَةَ الْعَصْرِ آخِرَ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ 
Dari Ali dan Ammar sesungguhnya Nabi saw… dan beliau bertakbir sejak hari Arafah setelah salat shubuh dan menghentikannya pada salat Ashar di akhir hari tasyriq (13 Dzulhijjah). H.r. Al-Hakim, al-Mustadrak, I:439; al-Baihaqi, as-Sunanul Kubra, III:312
Makruh Memotong Rambut dan Kuku
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا. رواه مسلم
Dari Umi Salamah bahwasannya Nabi saw. bersabda, “Apabila masuk sepuluh hari (bulan Dzulhijjah) sedangkan salah seorang di antara kalian hendak berkurban maka janganlah menyentuh (janganlah memotong) rambut dan kukunya sedikitpun. H.r. Muslim No. 1977. Dalam redaksi lain
إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَعِنْدَهُ أُضْحِيَّةٌ يُرِيدُ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَأْخُذَنَّ شَعْرًا وَلَا يَقْلِمَنَّ ظُفُرًا. رواه مسلم
Apabila masuk sepuluh hari (bulan Dzulhijjah) sedangkan ia mempunyai hewan kurban yang hendak dikubankan (disembelih) maka janganlah memotong rambut dan kukunya. H.r. Muslim     
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلَالَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ. رواه مسلم
Apabila kalian melihat Hilal (tanggal 1 ) Dzulhijjah sedangkan salah seorang diantara kalian hendak berkurban maka peganglah (janganlah memotong) rambut dan kukunya.H.r. Muslim
  



[1]Musnad Al-Imam Ahmad  V : 297. Al-Fath al-Rabani X : 175. no. 226.  Shahih Muslim I : 520. An-Nasai di dalam As-Sunan al-Kubra II : 150. no. 2796. Sunan Ibnu Majah II : 340, 343. Al-Mu’jam al-Ausath VI : 300. no. 5642
[2]Al-Mu’jam al-Ausath,  III : 45. no. 2086. Al-Faedh al-Qqadir, IV : 212

Pengunjung