RIWAYATUL HADITS | Siyagul Ada



RIWAYATUL HADITS
(Bagian 3)
Siyaghul Ada (1)

Pada Al-Qudwah No. 13 kami telah menerangkan beberapa istilah yang dipergunakan oleh para ulama sebagai metode penerimaan hadis. Pada kesempatan ini, kami akan menjelaskan syiyagul ada (bentuk-bentuk penyampaian hadis) yang dipergunakan oleh rawi ketika meriwayatkan hadis.  Syiyagul ada ini akan memberikan gambaran tentang metode apa yang dipergunakan seorang rawi ketika menerima hadis. Salah satu di antaranya pada metode simaْ
Siyaghul Ada pada metode Simaْ
Pada asalnya siyaghul Ada dipergunakan untuk penyampaian hadis yang diterima secara simaْ.  Adapun lafal yang dipergunakan untuk itu adalah
حَدَّثَنَا أَوْ حَدَّثَنِى, سَمِعْتُ أَوْسَمِعْنَا, أَخْبَرَنَا أَوْ أَخْبَرَنِى, أَنْبَأَنَا أَوْأَنْبَأَنِى.
Namun pada perkembangan selanjutnya sebagian ulama ada yang mempergunakan lafal-
lafal ini sebagai bentuk penyampaian hadis yang diterima walaupun tidak secara simaْ.
Imam Al-Bukhari dan Az-Zuhri berpendapat bahwa shigah حَدَّثَنَا dan أَخْبَرَنَا boleh dipergunakan sebagai bentuk penyampaian hadis yang diterima secara qiraah.  Manhajun Naqd,1981:224
Sedangkan Al-Laits bin Saad dan yang lainnya membolehkan penggunaan  حَدَّثَنَا dan أَخْبَرَنَا  pada periwayatan hadis secara mukatabah
Memperhatikan keterangan-keterangan ini sulit bagi kita untuk membedakan antara shigah-shigah al-ada pada simaْ di atas, seperti   حَدَّثَنَا dengan   حَدَّثَنَاpada mukatabah. karena itu agar tidak terjadi iltibas (kekeliruan atau salah penggunaan) para ahli hadis memberikan taqyid (pembatas) bagi shigah-shigah tersebut yang dipergunakan diluar simaْ, seperti  حَدَّثَّنَا قِرَاءَةً عَلَيْهِ
Di samping itu, ada pula rawi yang mempergunakan kata  قَالَatau  ذَكَرَلِيْatau    عَنْ ketika menyampaikan hadis yang ia terima dengan cara simaْ.
Bentuk-bentuk seperti ini jarang dipergunakan dan tidak mutlak diakui kebenarannya, kecuali diucapkan oleh seorang rawi yang sudah dipastikan bertemu dengan orang yang ia terima riwayatnya, apalagi bila diketahui bahwa rawi tersebut tidak akan mengatakan  قَالَ kecuali pada hadis yang ia terima dari seseorang dengan cara simaْ
Disini perlu dijelaskan perbedaan shigah ada yang mempergunakan domirنحن  seperti  حَدَّثَنَا dan domir  أَنَا.seperti حَدَّثَنِىْ . kata   حَدَّثَنَا dipergunakan oleh rawi yang mendengar suatu hadis dari seorang guru beserta yang lainnya (muridnya banyak), sedangkan kata  حدثنى dipergunakan bila dia seorang diri.
Di dalam kitab-kitab hadis kata حَدَّثَنَا sering ditulis secara ringkas dengan  ثنا Meskipun demikian ketika dibaca harus sempurna yaitu  حَدَّثَنَا
Periode Penggunaan Istilah
Bentuk-bentuk penyampaian seperti di atas sudah dipergunakan pada masa Nabi saw, bahkan Nabi sendiri pernah menggunakannya. Hal itu sebagaimana dijelaskan pada hadis berikut ini.
1) حَدَّثَنَا
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ص. إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُاللهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ .رواه البخاري
2) أَخْبَرَنَا
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ص. فَقَالَ أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ تُشْبِهُ أَوْ كَالرَّجُلِ الْمُسْلِمِ لاَ يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا وَلاَ وَلاَ وَلاَ تُؤْتِي أُكْلَهَا كُلَّ حِينٍ...رواه البخاري
Adapun untuk  sighah  سَمِعْتُ dan  سَمِعْنَا kami hanya menemukan bentuk سَمِعْتُ sebagaimana yang disebutkan pada hadis riwayat Al-Bukhari berikut ini.
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِالرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِاللهِ الأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ...رواه البخاري

Sedangkan sighah أَنْبَأَنَا dan أَنْبَأَنِيْ sampai sekarang kami belum menemukan lafal tersebut dipergunakan oleh Nabi saw.  Kami hanya menemukan bentuk  أَنْبَأَنِيْ dipergunakan oleh sahabat yaitu, Jabir bin Samurah ketika menjelaskan tentang bacaan Alquran yang dibaca oleh Nabi pada salat subuh sebagaimana dijelaskan pada hadis di bawah ini.
عَنْ سِمَاكٍ قَالَ سَأَلْتُ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ عَنْ صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَ يُخَفِّفُ الصَّلَاةَ وَلَا يُصَلِّي صَلَاةَ هَؤُلَاءِ قَالَ وَأَنْبَأَنِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الْفَجْرِ بِق وَالْقُرْآنِ وَنَحْوِهَا .رواه مسلم

Hemat kami, penggunaan lafal-lafal di atas oleh Nabi saw. mengandung maksud dan nilai pendidikan yang sangat tinggi, yaitu:
1.  Mengajarkan metodologi penyampaian hadis kepada para sahabat sehingga berbeda dengan yang lain.
2. Menanamkan sifat amanah terhadap orang yang menerima hadis agar disampaikan kepada yang lain.
3. Menanamkan sikap ihtiyati (selektif) terhadap pemberitaan yang dinisbahkan kepada beliau.
Karena itu, para sahabat dan tabi'in selalu mempergunakan shigah-shighah ini ketika menyampaikan hadis. Begitu pentingnya kedudukan hal ini, sehingga Imam Al-Bukhari secara khusus telah membuat satu bab dengan judul:
قَوْلُ الْمُحَدِّثِ: (حَدَّثَنَا) أَوْ (أَخْبَرَنَا) وَ ( أَنْبَأَنَا). فتح الباري 1: 195

Keterangan-keterangan di atas menunjukkan bahwa shighah-shighah di atas, sejak masa sahabat sampai tabi'in, hanya dipergunakan dalam menyampaikan hadis yang diterima secara sima'. Namun pada permulaan abad II H. Shighah أَخْبَرَنَا   mulai dipergunakan sebagai bentuk penyampaian hadis yang diterima secara qiraah.
Pada periode selanjutnya shighah-shighah di atas dipergunakan pula sebagai bentuk penyampaian hadis yang diterima selain sima' dan qiraah.
Derajat Shighah-shighah di atas
Al-Qadhi Iyadh berpendapat bahwa tidak ada perbedaan pendapat tentang kebolehan mempergunakan lafal-lafal ini. Tautsiquts Sunnah, 1981:193.  Namun dilihat dari aspek ketinggian derajatnya, Ibnus Shalah lebih mengutamakan Lafal  (حَدَّثَنَا) dan  (أَخْبَرَنَا)atas
سَمِعْتُ, karena  pada Lafal  (حَدَّثَنَا) dan  (أَخْبَرَنَا)mengesankan terjadinya dialog antara guru dengan murid serta menunjukkan terjadinya periwayatan hadis. Sedangkan pada lafalسَمِعْتُ  kesan itu tidak terlihat. At-Taqyid wal idhah, 1981:167
Sedangkan lafal  أَنْبَأَنَا jarang dipergunakan pada sima'. Di antara rawi yang pernah mempergunakannya ialah Samak bin Harb dan Hamad bin Zaid. Al-Kifayah, hal. 414-415.



Oleh:  Ibnu Muchtar 

Pengunjung