MAKMUM MASBUK

MIHDAN SUPPORT SYSTEM
EDISI KHUSUS: MAKMUM MASBUK
3 JUNI 2007


Pengertian Rakaat
Yang dimaksud rakaat itu adalah qiyam (baca al-fatihah), ruku, i'tidal ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا. رواه البخاري، فتح الباري 2: 277.
Dari Abu Huraerah sesungguhnya Nabi saw. masuk ke masjid, kemudian seorang laki-laki datang lalu salat, kemudian salam kepada Nabi, dan Nabi pun membalas salamnya. Lalu Nabi bersabda, "Kembalilah salat sesungguhnya kamu tidak salat" (Tiga kali beliau mengulangi demikian). Kemudian dia berkata, "Demi Zat yang mengutusmu dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang baik selain itu, maka ajarkanlah kepadaku". Beliau bersabda, "Apabila kamu salat hendaklah takbir, kemudian bacalah Alquran yang ringan, yang kamu hafal, kemudian rukulah sehingga tumakninah. Kemudian bangkitlah sehingga tegak berdiri. Lalu sujudlah sehingga tumakninah. Kemudian bangkit sehingga dudukmu tumakninah, kemudian sujudlah sehingga tumakninah. Lakukanlah yang demikian itu dalam seluruh salatmu." H.r. al-Bukhari, Fathul Bari, II:277
Ketentuan Masbuk
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص: إِذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَكِيْنَةٍ وَالوَقَارِ وَلاَتَسْرِعُوا فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَافَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا. فتح الباري. 2: 117.
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. Bersabda: “Apabila kamu mendengar iqamah maka hendaklah berjalan ke tempat shalat dengan tenang, jangan tergesa-gesa maka apa yang kamu dapatkan (imam) maka hendaklah kamu shalat (sebagaimana imam yang kamu dapatkan) dan apa yang tertinggal maka sempurnakanlah”.
إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ فَلَا يَسْعَ إِلَيْهَا أَحَدُكُمْ وَلَكِنْ لِيَمْشِ وَعَلَيْهِ السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ صَلِّ مَا أَدْرَكْتَ وَاقْضِ مَا سَبَقَكَ
“Apabila salat telah dilaksanakan, janganlah seseorang berjalan dengan tergesa-gesa mendatangi salat itu, tetapi hendaklah ia tenang. Lakukanlah apa yang kamu dapati dan sempurnakanlah apa yang terlewat”. H.r. Muslim
وَاسْتُدِلِّ بِهَذَا الْحَدِيْثِ عَلَى حُصُولِ فَضِيْلَةِ الجَمَاعَةِ بِإِدْرَاكِ جُزْءٍ مِنَ الصَّلاَةِ.
Dengan hadits ini diambil dalil akan tercapainya keutamaaan berjama’ah dengan sebab mendapatkan bagian dari shalat itu. Fathul Bari, II:118
وَاسْتُدِلِّ بِهِ عَلَى أَنَّ مَنْ أَدْرَكَ الإِمَامَ رُكُوعًا لَمْ تُحْسَبْ تِلْكَ الرَكْعَةُ لِلأَمْرِ بِإِتْمَامِ ماَفاَتَهُ. لِأَنَّهُ فَاتَهُ الوُقُوفُ وَالْقِرَءَةُ فِيْهِ
Dan diambil dalil dengannya bahwa orang yang mendapatkan imam dalam ruku’ maka tidak dihitung raka’at itu, berdasarkan perintah menyempurnakan yang tertinggal, karena orang itu tertinggal berdiri dan bacaan (al-Fatihah) padanya. Fathul Bari, II:119
Abu Hurairah menyatakan:

إِذَا أَدْرَكْتَ الْقَوْمَ رُكُوْعًا لَمْ يُعْتَدَّ بِتِلْكَ الرَّكْعَةِ

 “Apabila kamu menyusul jama’ah salat sedang ruku, maka rakaat itu jangan dihitung



Hadis Abu Bakrah
أَنَّ أَبَا بَكْرَةَ جَاءَ وَرَسُولُ اللهِ رَاكِعٌ فَرَكَعَ دُونَ الصَّفِّ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَتَهُ قَالَ أَيُّكُمِ الَّذِي رَكَعَ دُونَ الصَّفِّ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ أَنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَادَكَ اللهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ
“Sesungguhnya Abu Bakrah datang ketika Rasul sedang ruku, lalu ia ruku di luar  shaf kemudian berjalan (dalam keadaan ruku) menuju shaf. Ketika Nabi selesai salatnya, beliau bersabda, ‘Siapa di antara kalian yang ruku di luar  shaf kemudian berjalan (dalam keadaan ruku) menuju shaf?’ Maka Abu Bakrah berkata, “Saya”. Kemudian Nabi bersabda, “Semoga Allah menambah semangatmu, dan janganlah kamu mengulangi (amal seperti itu)” H.r. Al-Jama’ah, dan redaksi ini riwayat Abu Daud.
قَالَ ابْنُ المُنِيْرِ: صَوَّبَ النَّبِيُّ ص فَعَلَ أَبِيْ بَكْرَةَ مِنَ الْجِهَّةِ العَامَّةِ وَهِيَ الحِرْصُ عَلَى إِدْرَاكِ فَضِيْلَةِ الجَمَاعَةِ، وَخَطَأَهُ مِنَ الْجِهَّةِ الخَاصَّةِ.
Ibnu al-Munir berkata: “Nabi saw. membenarkan perbuatan Abu Bakrah dari aspek yang umum, yaitu semangat untuk mendapatkan fadlilah berjama’ah dan menyalahkannya dari aspek yang khusus”. Fathul Bari, II:268
Kata Ibnul Munir, ”Perkataan: wala ta'ud (Jangan kau ulangi), yaitu jangan kau ulangi apa yang kamu perbuat, yakni berjalan dengan sangat tergesa-gesa, kemudian ruku di belakang shaf, kemudian berjalan menuju shaf" Fathul Bari, II:268
أَنَّ ذَالِكَ الْفِعْلَ كَانَ جَائِزًا ثُمَّ وَرَدَ النَّهْيُ عَنْهُ بِقَوْلِهِ لاَتَعُدْ فَلاَ يَجُوْزُ العَوْدُ إِلَى مَانَهَى عَنْهُ النَّبِيُّ.
Sesungguhnya perbuatan demikian itu adalah boleh, kemudian datang larangan dari Nabi dengan sabdanya “Jangan kau ulangi” maka jangan mengulangi yang dilarang oleh Nabi saw. Fathul Bari, II:269

Hadis Man Adraka
مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلَاةِ فَقَدْ أَدْرَكَهَا قَبْلَ أَنْ يُقِيْمَ الإِمَامُ صُلْبَهُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Barangsiapa menyusul satu rakaat dari salat maka ia telah menyusul rakaat itu sebelum imam meluruskan punggungnya” H.r. Ad-Daraquthni, Sunan ad-Daraquthni, Dar al-Fikr, 1994, juz 1, hal. 272, kitabus shalah bab man adrakal imam qabla iqamati shulbihi faqad adrakas shalah, hadis No. 1298
Hadis tersebut dhaif dilihat dari aspek sanad dan matan. Pada sanadnya terdapat rawi bernama Qurrah bin Abdurrahman. Abu Zur’ah berkata, “Hadis-hadis yang diriwayatkannya munkar” Ad-Daraquthni berkata, “Tidak kuat dalam periwayatan hadis” (Lihat, Tahdzibul Kamal, XXIII:583-584). Kemudian dilihat dari segi matan, hadis ini dikategorikan mudraj fil matn (terdapat tambahan kalimat pada matannya), yakni kalimat qabla an yuqimal imamu shulbahu. Karena pada riwayat Ma’mar, Malik, Yunus, Ibnu Juraij, Sufyan bin Uyainah, dan al-Auza’i tidak ada kalimat itu. Semuanya hanya meriwayatkan sampai kalimat faqad adrakaha.

Kesimpulan

1. Yang dimaksud satu rakaat itu adalah qiyam (baca al-fatihah), ruku, i'tidal ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud
2. Makmum yang mendapatkan imam sedang ruku berarti telah tertinggal salah satu rukun rakaat, yaitu qiyam (bacaan al-fatihah)
3. Makmum yang mendapatkan imam sedang ruku harus menyempurnakan ketinggalan rakaat itu



Syarah
Seseorang yang masbuq mendapatkan imam sedang ruku, apakah dihitung mendapatkan rakaat itu? Dalam menyikapi masalah ini para ulama salafi berpendapat: jika ma’mum masbuq dapat melakukan ruku bersama imam, sebelum imam itu menegakkan tulang punggungnya, maka ia mendapatkan rakaat itu. Menurut mereka, bila hal itu dianggap tidak mendapatkan rakaat itu, maka pendapat demikian dihukumi sebagai bid'ah, khususnya oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat di dalam bukunya Risalah Bid'ah, hal. 191. Benarkah penilaian dari ustadz tersebut?

Untuk mengkaji masalah ini, kita harus menyepakati apa yang dimaksud dengan rakaat itu?
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا. رواه البخاري، فتح الباري 2: 277.
Dari Abu Huraerah sesungguhnya Nabi saw. masuk ke masjid, kemudian seorang laki-laki datang lalu salat, kemudian salam kepada Nabi, dan Nabi pun membalas salamnya. Lalu Nabi bersabda, "Kembalilah salat sesungguhnya kamu tidak salat" (Tiga kali beliau mengulangi demikian). Kemudian dia berkata, "Demi Zat yang mengutusmu dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang baik selain itu, maka ajarkanlah kepadaku". Beliau bersabda, "Apabila kamu salat hendaklah takbir, kemudian bacalah Alquran yang ringan, yang kamu hafal, kemudian rukulah sehingga tumakninah. Kemudian bangkitlah sehingga tegak berdiri. Lalu sujudlah sehingga tumakninah. Kemudian bangkit sehingga dudukmu tumakninah, kemudian sujudlah sehingga tumakninah. Lakukanlah yang demikian itu dalam seluruh salatmu." H.r. al-Bukhari, Fathul Bari, II:277
Hadis ini menjadi dalil bahwa
1.    yang dimaksud rakaat itu adalah qiyam (baca al-fatihah), ruku, i'tidal ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud.
2.    Qiyam dengan sempurna adalah rukun dan Qiraah (Fatihah) merupakan syarat sahnya qiyam.
Karena itu, makmum yang mendapatkan imam sedang ruku berarti telah tertinggal salah satu rukun rakaat, yaitu qiyam (bacaan al-fatihah).
Ketentuan Masbuk
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص: إِذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَكِيْنَةٍ وَالوَقَارِ وَلاَتَسْرِعُوا فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَافَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا. فتح الباري. 2: 117.
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. Bersabda: “Apabila kamu mendengar iqamah maka hendaklah berjalan ke tempat shalat dengan tenang, jangan tergesa-gesa maka apa yang kamu dapatkan (imam) maka hendaklah kamu shalat (sebagaimana imam yang kamu dapatkan) dan apa yang tertinggal maka sempurnakanlah”.
إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ فَلَا يَسْعَ إِلَيْهَا أَحَدُكُمْ وَلَكِنْ لِيَمْشِ وَعَلَيْهِ السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ صَلِّ مَا أَدْرَكْتَ وَاقْضِ مَا سَبَقَكَ
“Apabila salat telah dilaksanakan, janganlah seseorang berjalan dengan tergesa-gesa mendatangi salat itu, tetapi hendaklah ia tenang. Lakukanlah apa yang kamu dapati dan sempurnakanlah apa yang terlewat”. H.r. Muslim
وَاسْتُدِلِّ بِهَذَا الْحَدِيْثِ عَلَى حُصُولِ فَضِيْلَةِ الجَمَاعَةِ بِإِدْرَاكِ جُزْءٍ مِنَ الصَّلاَةِ.
Dengan hadits ini diambil dalil akan tercapainya keutamaaan berjama’ah dengan sebab mendapatkan bagian dari shalat itu. Fathul Bari, II:118
وَاسْتُدِلِّ بِهِ عَلَى أَنَّ مَنْ أَدْرَكَ الإِمَامَ رُكُوعًا لَمْ تُحْسَبْ تِلْكَ الرَكْعَةُ لِلأَمْرِ بِإِتْمَامِ ماَفاَتَهُ. لِأَنَّهُ فَاتَهُ الوُقُوفُ وَالْقِرَءَةُ فِيْهِ
Dan diambil dalil dengannya bahwa orang yang mendapatkan imam dalam ruku’ maka tidak dihitung raka’at itu, berdasarkan perintah menyempurnakan yang tertinggal, karena orang itu tertinggal berdiri dan bacaan (al-Fatihah) padanya. Fathul Bari, II:119
Abu Hurairah menyatakan:

إِذَا أَدْرَكْتَ الْقَوْمَ رُكُوْعًا لَمْ يُعْتَدَّ بِتِلْكَ الرَّكْعَةِ

 “Apabila kamu menyusul jama’ah salat sedang ruku, maka rakaat itu jangan dihitung

Hadis Abu Bakrah
أَنَّ أَبَا بَكْرَةَ جَاءَ وَرَسُولُ اللهِ رَاكِعٌ فَرَكَعَ دُونَ الصَّفِّ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَتَهُ قَالَ أَيُّكُمِ الَّذِي رَكَعَ دُونَ الصَّفِّ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ أَنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَادَكَ اللهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ
“Sesungguhnya Abu Bakrah datang ketika Rasul sedang ruku, lalu ia ruku di luar  shaf kemudian berjalan (dalam keadaan ruku) menuju shaf. Ketika Nabi selesai salatnya, beliau bersabda, ‘Siapa di antara kalian yang ruku di luar  shaf kemudian berjalan (dalam keadaan ruku) menuju shaf?’ Maka Abu Bakrah berkata, “Saya”. Kemudian Nabi bersabda, “Semoga Allah menambah semangatmu, dan janganlah kamu mengulangi (amal seperti itu)” H.r. Al-Jama’ah, dan redaksi ini riwayat Abu Daud.
قَالَ ابْنُ المُنِيْرِ: صَوَّبَ النَّبِيُّ ص فَعَلَ أَبِيْ بَكْرَةَ مِنَ الْجِهَّةِ العَامَّةِ وَهِيَ الحِرْصُ عَلَى إِدْرَاكِ فَضِيْلَةِ الجَمَاعَةِ، وَخَطَأَهُ مِنَ الْجِهَّةِ الخَاصَّةِ.
Ibnu al-Munir berkata: “Nabi saw. membenarkan perbuatan Abu Bakrah dari aspek yang umum, yaitu semangat untuk mendapatkan fadlilah berjama’ah dan menyalahkannya dari aspek yang khusus”. Fathul Bari, II:268
Kata Ibnul Munir, ”Perkataan: wala ta'ud (Jangan kau ulangi), yaitu jangan kau ulangi apa yang kamu perbuat, yakni berjalan dengan sangat tergesa-gesa, kemudian ruku di belakang shaf, kemudian berjalan menuju shaf" Fathul Bari, II:268
أَنَّ ذَالِكَ الْفِعْلَ كَانَ جَائِزًا ثُمَّ وَرَدَ النَّهْيُ عَنْهُ بِقَوْلِهِ لاَتَعُدْ فَلاَ يَجُوْزُ العَوْدُ إِلَى مَانَهَى عَنْهُ النَّبِيُّ.
Sesungguhnya perbuatan demikian itu adalah boleh, kemudian datang larangan dari Nabi dengan sabdanya “Jangan kau ulangi” maka jangan mengulangi yang dilarang oleh Nabi saw. Fathul Bari, II:269

Hadis Man Adraka
مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلَاةِ فَقَدْ أَدْرَكَهَا قَبْلَ أَنْ يُقِيْمَ الإِمَامُ صُلْبَهُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Barangsiapa menyusul satu rakaat dari salat maka ia telah menyusul rakaat itu sebelum imam meluruskan punggungnya” H.r. Ad-Daraquthni, Sunan ad-Daraquthni, Dar al-Fikr, 1994, juz 1, hal. 272, kitabus shalah bab man adrakal imam qabla iqamati shulbihi faqad adrakas shalah, hadis No. 1298
Hadis tersebut dhaif dilihat dari aspek sanad dan matan. Pada sanadnya terdapat rawi bernama Qurrah bin Abdurrahman. Abu Zur’ah berkata, “Hadis-hadis yang diriwayatkannya munkar” Ad-Daraquthni berkata, “Tidak kuat dalam periwayatan hadis” (Lihat, Tahdzibul Kamal, XXIII:583-584). Kemudian dilihat dari segi matan, hadis ini dikategorikan mudraj fil matn (terdapat tambahan kalimat pada matannya), yakni kalimat qabla an yuqimal imamu shulbahu. Karena pada riwayat Ma’mar, Malik, Yunus, Ibnu Juraij, Sufyan bin Uyainah, dan al-Auza’i tidak ada kalimat itu. Semuanya hanya meriwayatkan sampai kalimat faqad adrakaha.

Kesimpulan
1. Yang dimaksud satu rakaat itu adalah qiyam (baca al-fatihah), ruku, i'tidal ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud
2. Makmum yang mendapatkan imam sedang ruku berarti telah tertinggal salah satu rukun rakaat, yaitu qiyam (bacaan al-fatihah)
3. Makmum yang mendapatkan imam sedang ruku harus menyempurnakan ketinggalan rakaat itu

Pengunjung