Proposal PTK : Pembelajaran Matematika
A. Judul
Penggunaan
alat peraga benda konkrit untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas IV dalam pembelajaran bilangan pecahan ( Penelitian Tindakan Kelas pada
pembelajaran Matematika kelas IV di SDN Sukasari )
B. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses belajar mengajar
diantaraya di tentukan oleh faktor guru yang berperan sebagai pengelola
kegiatan belajar mengajar karena guru merupakan ujung tombak yang berhadapan
langsung dengan peserta didik. Oleh sebab itu perlu memahami dan menguasai
keterampilan yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar.
Agar pembelajaran matematika tercapai
sesuai dengan Standar Kompetensi, guru dituntut pula memiliki berbagai
kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa, antara lain menguasai materi yang diajarkan,
mampu menggunakan metode yang tepat, serta menggunakan media dan alat peraga
yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain memiliki tugas dalam pengembangan
potensi siswa, guru juga dituntut melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Suatu kenyataan, bahwa mata pelajaran
matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi sebagian siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1991:15) “matematika bagi anak usia
sekolah dasar pada umumnya, merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi”. Hal
ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan minat siswa kurang baik
artinya, usaha siswa belum maksimal.
Secara kodrati, siswa mempunyai potensi
tertentu. Potensi pada siswa harus dikembangkan secara optimal, untuk itu penulis
memiliki persepsi dengan menggunakan alat peraga, dapat mendorong siswa aktif
dan mempunyai pengalaman nyata dalam menerapkan konsep matematika khususnya
bilangan pecahan, sehingga materi pelajaran akan mudah dipahami dan kuat
tersimpan dalam benaknya. Dengan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
bilangan pecahan, siswa akan menyadari bahwa konsep yang dipelajari banyak
terdapat disekitarnya.
Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis tertarik untuk menggunakan alat peraga dalam menghadapi masalah belajar
siswa yang diakibatkan kurang memahami materi bilangan pecahan.
C. Perumusan Masalah
1.
Identifikasi
Masalah
Kegiatan penelitian tindakan kelas
dilaksanakan pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD N Sukasari. Berdasarkan
latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan antara lain kurangnya minat
siswa terhadap mata pelajaran matematika dan mengakibatkan tidak maksimalnya
usaha siswa dalam menyerap pembelajaran matematika khususnya dalam bilangan
pecahan serta guru kurang mampu menguasai keterampilan dalam memanfaatkan alat
peraga sehingga dalam pembelajaran kurang terciptanya suasana yang aktif dan
menyenangkan.
Dalam mengidentifikasi penelitian ini
diharapkan diperoleh hasil yang maksimal, sehingga dapat menetapkan prioritas
dari sejumlah masalah tentang pembelajaran bilangan pecahan melalui penggunaan
alat peraga.
D. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
sebagaimana tersebut diatas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam
proposal ini adalah
“Apakah
melalui penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bilangan pecahan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas IV?”
E. Tujuan Penelitian
Dari
rumusan masalah diatas maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data yang akurat tentang penggunaan alat peraga pada materi bilangan
pecahan di SD N Sukasari.
Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Penelitian ini diharapkan menjadi
masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar khususnya pembelajaran
matematika mengenai bilangan pecahan.
2.
Meningkatkan kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran materi bilangan pecahan dengan
menggunakan alat peraga.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah
1. Sebagai
bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya
dalam pembelajaran matematika kelas IV.
2. Selain
itu juga manfaat yang dapat diambil yaitu sebagai motivasi siswa dalam belajar
sehingga prestasi belajarnya meningkat.
3. Dengan
menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika khususnya bilangan
pecahan, baik konkrit maupun semi konkrit, siswa dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
F. Landasan Teori.
1.
Pengertian dan Tujuan dari Matematika SD
Matematika
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antara konsep
dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Tujuan dari pembelajaran
matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis , logis dan
konsisten. Salah satu tujuan pembelajaran matematika yang dituangkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep ata algoritma
secara luwes, akurat dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Pengertian dan Manfaat Alat Peraga
dalam Matematika
Alat
adalah untuk keperluan operasi (menghitung atau mengukur). Pengertian alat
peraga dalam matematika adalah alat bantu untuk menerangkan atau mewujudkan
konsep abstrak ke dalam bentuk konkrit.
Manfaat dari
alat peraga adalah sebagai berikut:
·
Dengan adanya alat peraga siswa lebih
banyak aktif
·
Dengan disajikan konsep abstrak ke
konkrit pemahaman siswa akan lebih baik
·
Dengan alat peraga, dapat membantu daya
tilik ruang siswa karena tidak hanya membayangkan
·
Siswa akan menyadari bahwa konsep yang
dipelajari banyak terdapat di sekitarnya.
William
Burton (2006:32) memberikan petunjuk bahwa dalam pemilihan alat peraga yang
akan digunakan hendaknya kita memperhatikan:
·
Alat yang dipilih harus tepat, memadai
dan mudah digunakan
·
Harus direncanakan dengan teliti dan
diperiksa terlebih dahulu
·
Sesuai dengan batas kemampuan biaya.
3.
Pengertian
Belajar
Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Belajar
merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan, unsur
utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai
sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya
kegiatan belajar.
4. Hasil Belajar
Dalam
proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa
penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang pengajaran secara tepat
dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari
seberapa jauh hasi belajar yang dicapai siswa.
Bloom
(1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, apektif dan
psikomotor. Untuk aspek kognitif, bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu,
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi
kognitif, apektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang
paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan
masalah dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
5. Bilangan Pecahan
Bilangan
pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan
cacah a dan b. ditulis dengan dengan syarat b 0. Dalam hal ini a disebut pembilang, dan b
disebut penyebut.
Pecahan
adalah membagi dua bilangan yang sama besar.
Seperti
halnya dalam pembelajaran bilangan pecahan, untuk menanamkan pemahaman siswa
tentang pengertian bilangan pecahanan, guru harus menyediakan beberapa benda
konkrit yang diharapkan dapat membantu membangun pemahaman siswa terhadap
pengertian bilangan pecahana. Memilih benda-benda yang ada di sekitar siswa
untuk digunakan alat peraga dalam menanamkan konsep bilangan pecahan harus
hati-hati. Jika pemilihan benda tidak tepat, maka besar kemungkinan konsep
bilangan pecahan yang ingin guru tanamkan tidak akan ditangkap siswa secara
baik. Usahakan bentuk benda konkrit yang akan digunakan sebagai alat peraga
harus teratur dan mudah dipotong. Sebagai contoh yaitu cokelat karena cokelat
mempunyai batasan sehingga mudah untuk dipotong atau dibagi menjadi beberapa
bagian. Seperti pengertian pecahan yaitu membagi dua bagian yang sama besar.
Jangan menggunakan kapur sebagai alat peraga karena sulit untuk membaginya.
G. Kerangka Berfikir
Alat
peraga adalah alat bantu untuk menerangkan atau mewujudkan konsep abstrak ke
konkrit. Penggunaan alat peraga pada materi bilangan pecahan merupakan salah satu cara belajar yang dapat
mengaktifkan siswa, selain itu juga konsep bilangan pecahan akan lebih mudah
dipahami apabila menggunakan alat peraga.
Dengan
menggunakan alat peraga, aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar akan
lebih meningkat, sehingga menjadi salah satu faktor pendorong minat siswa
terhadap mata pelajaran matematika. Selain itu juga pencapaian Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator akan tercapai dengan optimal karena
siswa mempunyai semangat untuk belajar.
H. Anggapan Dasar
Penulis
merumuskan anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Dengan
menggunakan alat peraga, konsep abstrak dapat disajikan ke dalam bentuk konkrit
2. Dengan
penggunaan alat peraga, pemahaman siswa akan lebih meningkat karena siswa tidak
hanya membayangkan
3. Bahwa
seorang guru dituntut harus menguasai penggunaan media dan alat peraga dalam
kegiatan belajar mengajar
4. Dengan
menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, minat siswa dalam belajar akan
meningkat
I. Hipotesis
Hipotesis yang
digunakan dalam proposal ini adalah, jika guru dapat merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi dalam tindakan pembelajaran matematika melalui penggunaan alat
peraga dalam pembelajaran matematika khususnya bilangan pecahan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV.
J. Metode Penelitian
1.
Model
PTK
Metode penelitian tindakan merupakan
suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dengan yang
diteliti tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan segera
digunakan untuk menentakan kebijakan dan pembangunan.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
(PTK) difokuskan pada proses belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran bilangan pecahan. Metode yang digunakan adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas yang berorientasi kepada gagasan-gagasan Kemmis &
Taggart, yang merupakan tindakan reflektif guru untuk memperbaiki proses
belajar. Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan tercapai proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien sehingga meningkatkan hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus,
secara garis besar terdiri dari tahapan-tahapan:
a. Merencanakan
b.Melakukan tindakan
c. Observasis
d.
Merefleksikan hasil tindakan
pembelajaran
2.
Setting
penelitian
a.
Subjek penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah peneliti sekaligus sebagai guru dan siswa kelas IV SD
Negeri Sukasari Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
b.
Tempat penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Sukasari Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya,
pemilihan tempat dikarenakan peneliti pernah melakukan observasi lain tahun
lalu di SD Negeri Sukasari Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
c.
Waktu Penelitian
Dengan beberapa
pertimbangan, penulis menentukan penggunaan waktu penelitian selama 3 bulan
mulai dari bulan Januari sampai bulan Maret. Waktu dari perencanaan sampai pada
penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II tahun pelajaran
2010/1011.
3.
Prosedur
Penelitian
a. Perencanaan tindakan penelitian
Rencana
penelitian tindakan kelas dimulai dengan menetapkan mitra peneliti atau yang
disebut observer. Setelah semua perencanaan tersusun dengan baik, langkah
selanjutnya adalah menjelaskan permasalahan dan rencana pemecahannya mengenai
konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model spiral berdasarkan pendapat Kemmis dan
Taggart. Siklus tindakan yang akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus.
Pemerolehan
data penelitian didapatkan dengan menggunakan lembar tes tertulis, lembar kerja
siswa, lembar observasi kinerja guru, lembar observasi kinerja siswa yang
terdiri dari aktivitas siswa dan lembar observasi hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan tindakan penelitian
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dilakuakan melalui tahapan sebagai berikut : 1).
Perencanaan pembelajaran, 2). Pelaksanaan pembelajaran, 3). Observasi, 4).
Analisis dan refleksi pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian, guru
melakukan demonstrasi tentang bilangan pecahan dengan menggunakan alat peraga
yang telah disediakan oleh guru. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di
dalam kelas, siswa diikutsertakan dalam penggunaan alat peraga tersebut dan
diadakan tanya jawab selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran
guru sekaligus mengadakan observasi dan mencatat semua tindakan murid selama
proses pembelajaran. Hasil analisis dan refleksi pembelajaran pada setiap
siklus tindakan pembelajaran dijadikan rekomendasi untuk tindakan pembelajaran
berikutnya sampai akhirnya hasil tindakan penelitian semua siklus berhasil
sesuai yang diharapkan.
4.
Teknik
pengumpulan data
Pengumpulan data diperoleh dari
pengamatan langsung dalam bentuk matrik/tabel untuk dianalisis baik oleh
peneliti maupun observer. Selain dengan observasi, pengumpulan data juga
diperoleh dari tes tertulis yang diberikan kepada siswa.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah:
a.
Lembar observasi kinerja guru dalam
membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran
b.
Lembar observasi kinerja guru dalam
proses pelaksanaan pembelajaran
c.
Lembar soal dan lembar jawaban siswa.
5.
Teknik
analisis data
Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a.
Menggali sumber yang berbeda, yakni dari
tiga sumber yaitu, peneliti, guru dan siswa.
b.
Melakukan pengecekan ulang dari data
yang telah terkumpul untuk kelengkapan hasil penelitian
c.
Melakukan pengolahan dan analisis ulang
dari data yang terkumpul.
K.
Definisi
Operasional
1. Alat Peraga
Alat peraga dalam matematika adalah alat bantu
untuk menerangkan atau mewujudkan konsep abstrak ke dalam bentuk konkrit.
2. Hasil Belajar
Hasil
Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar.
3. Matematika
Istilah
matematika berasal dari bahasa yunani “mathematikos” secara ilmu pasti, atau
“mhatesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana
kesimpulan tidak ditarik berdasarkan keinderaan, tetapi atas kesimpulan yang
ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi.
4. Bilangan Pecahan
Bilangan
pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan
cacah a dan b. ditulis dengan dengan syarat b 0. Dalam hal ini a disebut pembilang, dan b
disebut penyebut.
L.
Jadwal
Penelitian
No
|
KEGIATAN
|
MINGGU KE……..
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Perencanaan
|
||||||||||||
2
|
Proses pembelajaran
|
||||||||||||
3
|
Evaluasi
|
||||||||||||
4
|
Pengumpulan Data
|
||||||||||||
5
|
Analisis Data
|
||||||||||||
6
|
Penyusunan Hasil
|
||||||||||||
7
|
Pelaporan Hasil
|
DAFTAR PUSTAKA
Aedi,
Nur.dkk. 2010. Penelitian Pendidikan.
Bandung : UPI Press.
Asryad,
Azhar. 2008. Media Pembelajaran.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Dinas Pendidikan Kota
Tasikmalaya.
Nuraeni, Epon. 2010. Matematika II. Bandung : UPI Press.
Ruseffendi. 1997. Pendidikan Matematika 3. UT
Sa’dijah, Cholis. 1998. Pendidikan Matematika II. Depdikbud.
Sudiana, Nana. 1989. Dasar-dasar proses Belajar mengajar.
Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Team Pengembang MKDP. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung :
UPI Press.