Contok PTK Pembelajaran Matematika

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIK MATEMATIKA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA 

A.    Judul Penelitian
Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Realistik Matematika Terhadap Tingkat Pemahaman siswa dalam Mata Pelajaran Matematika
(Studi Korelasi Di Kelas IV SDN Cilangkap I Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya)
B.     Latar Belakang Masalah
Sudah tidak disangsikan lagi, matematika memegang peranan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi perkembangan peradaban manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat tidak lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan utama sains dan teknologi adalah matematika.
Melihat begitu pentingnya peranan matematika disetiap aspek kehidupan ini, maka kita harus memahami konsep matematika dengan benar. Sebagai seorang  guru, tentu sudah menjadi kewajiban untuk membekali peserta didiknya dengan ilmu yang berguna bagi kehidupannya di masyarakat. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan usaha dan kreativitasnya dalam menyampaikan materi agar siswanya mampu mengaplikasikan konsep yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, besarnya peranan matematika dalam kehidupan ini tidak diimbangi dengan tingginya pemahaman siswa mengenai konsep matematika. Karakteristik matematika yang abstrak, menjadi salah satu alasan kesulitan para siswa dalam memahami konsep matematika. Selain itu, pembelajaran yang disampaikan guru  belum bermakna, sehingga pemahaman siswa mengenai konsep matematika sangat lemah.
Jenning dan Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real.  Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.  Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika.  Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna (Soedjadi, 2000; Price,1996; Zamroni, 2000).  Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas harus ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik (MR). 
Berangkat dari pernyataan diatas itulah yang mendorong peneliti untuk mengangkat permasalahan tentang “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Realistik Matematika Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa”.
C.    Perumusan Masalah
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:
a.       Matematika merupakan ilmu yang sangat berperan penting dalam segala aspek kehidupan.
b.  Guru harus mampu menyampaikan konsep matematika dengan benar.
c.     Bagi sebagian siswa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit.
d.    Sebagian siswa tidak dapat memahami konsep matematika.
e.       Pendekatan pembelajaran matematika harus berorientasi kepada kehidupan real.
f.        Pendekatan pembelajaran matematika realistik berorientasi pada matematisasi kehidupan sehari-hari.
2.      Batasan Masalah
Dikarenakan ada keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori dan upaya penelitian lebih secara mendalam, penulis memberi batasan masalah, yakni:
1.      Pendekatan pembelajaran matematika harus berorientasi kepada kehidupan nyata siswa.
2.      Sebagian siswa tidak dapat memahami konsep matematika.
3.      Pendekatan pembelajaran matematika realistik berorientasi pada matematisasi kehidupan sehari-hari
3.      Rumusan Masalah
Maka dari itu, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pendekatan pembelajaran matematika realistik itu?
2.      Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa itu?
3.      Bagaimanakah pengaruh pendekatan pembelajaran metematika realistik terhadap pemahaman siswa kelas IV di SDN Cilangkap I ?
D.    Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami perbedaan metode dalam filsafat pendidikan matematika dengan mengajar konvensional serta pengaruhnya terhadap pemahaman siswa. Namun secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui dan memahami pendekatan pembelajaran matematika realistik.
2.      Untuk mengetahui dan memahami tingkat pemahaman siswa.
3.      Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap pemahaman siswa kelas IV di SDN Cilangkap I.
E.     Manfaat Penelitian
Jika kita mengetahui dan memahami pembelajaran matematika realistik, maka kita dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Jika kita mengetahui dan memahami pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan terhadap pemahaman siswa kelas IV di SDN Cilangkap I, maka kita dapat mengambil keputusan untuk menerapkan pendekatan tersebut atau tidak.
F.     Landasan Teori
Landasan teori adalah, teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan  masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrumen penelitian. (Sugiyono, 2010).
Treffers (Zulkardi, 2001) mengklasifikasikan pendidikan matematika berdasarkan matematika horizontal dan vertikal ke dalam empat tipe sebagai berikut. 1) Mekanistik, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan tradisional yang didasarkan pada drill and practice dan pola. Pendekatan ini menganggap siswa sebagai sebuah mesin (mekanik). 2) Empiristik, pendekatan ini menganggap bahwa dunia adalah realistis, yang membuat siswa dihadapkan pada sebuah situasi yang mengharuskan mereka menggunakan aktivitas matematisasi horizontal. 3) Strukturalistik, pendekatan ini didasarkan pada teori himpunan dan permainan yang bisa dikategorikan ke daam matematisasi horizontal. Tetapi ditetapkan dari dunia yang dibuat sesuai dengan kebutuhan, yang tidak ada kesamaanya dengan dunia siswa. 4) Realistik, yaitu pendekatan yang menggunakan situasi dunia nyata atau suatu konteks sebagai titik tolak dalam belajar matematika.
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang mengacu kepada pendekatan realistik.  Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal.  Freudenthal mengatakan bahwa:
 “matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia.  Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari”. 
“Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa” (Gravemeijer, 1994). 
Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. 
 “Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa” (Slettenhaar, 2000). 
Matematika Realistik (MR) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.  Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.  Pembelajaran MR di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.  Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.  Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah-masalah.
Mitzel (1982) mengatakan bahwa, hasil belajar siswa secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan faktor internal.  Pengalaman belajar siswa dipengaruhi oleh unjuk kerja guru.  Bila siswa dalam belajarnya bermakna atau terjadi kaitan antara informasi baru dengan jaringan representasi maka siswa akan mendapatkan suatu pengertian.  Mengembangkan pengertian merupakan tujuan pengajaran matematika.  Karena tanpa pengertian orang tidak dapat mengaplikasikan prosedur, konsep, ataupun proses.  Dengan kata lain, matematika dimengerti bila representasi mental adalah bagian dari jaringan representasi (Hiebert dan Carpenter , 1992).
Umumnya, sejak anak-anak orang telah mengenal ide matematika.  Melalui pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari mereka mengembangkan ide-ide yang lebih kompleks, misalnya tentang bilangan, pola, bentuk, data, ukuran dsb.  Anak sebelum sekolah belajar ide matematika secara alamiah.  Hal ini menunjukkan bahwa siswa datang ke sekolah bukanlah dengan kepala “kosong” yang siap diisi dengan apa saja.  Pembelajaran di sekolah akan menjadi lebih bermakna bila guru mengaitkan dengan apa yang telah diketahui anak.
Pengertian siswa tentang ide matematik dapat dibangun melalui sekolah, jika mereka secara aktif mengaitkan dengan pengetahuan mereka.  Hanna dan Yackel (NCTM, 2000) mengatakan bahwa belajar dengan pengertian dapat ditingkatkan melalui interaksi kelas.  Percakapan kelas dan interaksi sosial dapat digunakan untuk memperkenalkan keterkaitan di antara ide-ide dan mengorganisasikan pengetahuan kembali. 
Pembelajaran MR memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan oleh guru.  Situasi realistik dalam masalah memungkinkan siswa menggunakan cara-cara informal  untuk menyelesaikan masalah.  Cara-cara informal siswa yang merupakan produksi siswa memegang peranan penting dalam penemuan kembali dan pengkonstruksian konsep.  Hal ini berarti informasi yang diberikan kepada siswa telah dikaitkan dengan skema (jaringan representasi) anak.  Melalui interaksi kelas keterkaitan skema anak akan menjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang konsep yang mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dengan demikian, pembelajaran MR akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan pemahaman siswa.
G.    Kerangka Berpikir
Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai masalah yang penting.
Penulis membahas satu variabel indevenden yaitu pembelajaran matematika realistik dan satu variabel dependen, yaitu tingkat pemahaman siswa. Pengaruh dari pembelajaran matematika realistik ini, penulis korelasikan dengan tingkat pemahaman siswa menggunakan study assosiatif. Korelasi dari kedua variabel ini, yaitu “jika pembelajaran matematika realistik dilaksanakan dengan baik, maka tingkat pemahaman siswa akan meningkat”.
H.    Anggapan Dasar
Menurut Prof. Dr. Winanto Surakhmad M, Sc, Ed. anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Anggapan dasar dari penelitian ini adalah:
1.      Pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan nyata siswa.
2.      Hasil belajar siswa secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan faktor internal.
3.      Pendekatan pembelajaran realistik matematika dapat meningkatkan pemahaman siswa.
I.       Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara  terhadap rumusan masalah penelitian yang diajukan. Untuk memudahkan penelitian, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
Ada hubungan positif dan signifikan antara pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan tingkat pemahaman siswa.
J.      Metode Penelitian
1.      Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono).
Untuk mengetahui hubungan antara pendekatan pembelajaran realistik matematika dengan tingkat pemahaman siswa, peneliti menggunakan metode pre-experimental designs yaitu metode Intact-Group Comparison.
2.      Seting Penelitian
a.    Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Cilangkap I Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
b.    Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV  SDN Cilangkap I yang berjumlah 19 siswa, yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.
c.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel). Untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan instrumen tes, angket  dan observasi.
d.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yaitu, teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
e.       Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah statistik korelasi product moment. Pada teknik ini, kelompok yang digunakan penelitian dibagi dua, yaitu setengah kelompok digunakan untuk eksperimen dan setengah untuk kelompok kontrol.
K.    Definisi Operasional
1.      Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang memandang bahwa pembelajaran harus relevaan dengan pengalaman siswa sehari-hari.
2.      Matematika Realistik (MR) adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran
3.      Pembelajaran matematika realistik adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan relistik, dimana konsep pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan nyata siswa.
4.      Metode pre-experimental designs ialah suatu desain dari metoe penelitian eksperimen yang digunakan apabila variabel dependennya bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.
5.      Intact-Group Comparison ialah suatu desain dari metode pre-experimental, metode ini digunakan dengan cara membagi suatu kelompok menjadi dua kelompok, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen dan setengah kelompok untuk kelompok kontrol.
L.     Jadwal Kegiatan
Penelitian ini direncanakan dan akan dilaksanakan selama 5 bulan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
Tabel Jadwal Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Bulan
Des‘10
Jan
Feb
Mart
Aprl
1.
Menyusun proposal





2.
Konsultasi pembuatan proposal





3.
Menyusun instrumen penelitian





4.
Permintaan izin ke lokasi penelitain





5.
Penyebaran instrumen





6.
Pelaksanaan observasi/pengumpulan data





7.
Penyusunan skripsi








M.   Daftar Pustaka
Uyoh Sadulloh, 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabet
Wilda, Imelda. (2009). Penerapan Filsafat Pendidikan Matematika di Indonesia dalam       Konteks KTSP. file:///H:/bhan%20proposal/PENERAPAN%20FILSAFAT%20PENDIDIKAN%20MATEMATIKA%20DI%20INDONESIA%20DALAM%20KONTEKS%20KTSP%20_%20Imeldawildan%27s%20Blog.html



Pengunjung