BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebelum membuat
dan mengimplementasikan program pembelajaran pada anak autis, kita perlu
melakukan asassemen pada anak untuk mengetahui cara belajar, kemampuan
intelektual, gaya
belajar dan kecepatan belajar mereka serta memahami bagian utama yang
terhambat, apakah mereka mengalami ketidakmampuan sosial atau komunikasi
ekspresif atau reseptif (pemahaman) atau ketiganya. Dengan adanya
hambatan-hambatan ini mengakiibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya, meskipun dia pada dasarnya tidak
mengalami hambatan bicara dan nmendengar (tuna rungu)
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
- Arti dari komunikasi
- Masalah komunikiasi dan atensi pada anak autis
- Strategi visual, ide-ide sederhana yang dapat dilakukan di rumah
- Pentingnya visualisasi bagi anak autis
- strategi meningkatkan komunikasi dan atensi pada anak autis
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pendahuluan
Komunikasi bukan sekedar bicara, tetapi juga
mengandung unsur bicara dan bahasa. Bicara dan bahasa bagi anak-anak autis pada
umumnya terhambat, sehingga mereka mengalami kesulitan memahami komunikasi
verbal seperti : kemana pergi, apa yang dia kerjakan, bagaimana melakukannya,
kapan pergi, apa yang saya pilih, apa yang dapat saya kerjakan, dan sebagainya.
Banyak anak autis yang mengalami hambatan
dalam berkomunikasi, biasanya menunjukan karakteristik hambatab bicara dalam
bentuk mengulang kata-kata yang tidak jelas atau frase tanpa memperhatikan
maknany, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial.
Masalah komunikasi dan berinteraksi sosial
yang dialami oleh anak-anak autis ini bisa diatasi dengan menggunakan
pendekatan komunikasi total yang menggunakan strategi visual. Komunikasi total
seperti ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang mendorong anak untuk
belajar dengan menggunakan berbagai cara yang berguna bagi anak, seperti :
gerakan tangan anak sendiri, berbicara, isyarat, menggambar, membaca dan
menulis serta cara non-verbal lainnya.
2.Masalah
Komunikasi dan Atensi pada Anak Autis
Komunikasi bukan sekedar bicara, tetapi
terjadi karena adanya pematangan sistem biologis dan siste syaraf dalam tubuh
anak. Apabila pematangan sistem tersebut terhambat, maka terhambat pulalah kemampuan
komunikasi seseorang.
Anak juga mengalami tahap perkembangan
non-speech yang tercakup dalam keterampilan fragmantis. Keterampilan ragmantis
adalah sesuatu yang tidak tampak, tetapi sangat berarti untuk menyatukan
berbagai kemampuan dasar sehingga terbentuk kemampuan berkomunikasi.
Pada umumnya anak autis mengalami hambatan
dalam aneka aspek perkembangan. Awalnya mereka tidak alasan untuk berkomunikasi
(tidak tertarik), dan ketika mereka sudah tertarik untuk berkomunikasi, mereka
memiliki masalah lain
seperti : sulit mengungkapkan diri, tidak dapat menjalin kontak mata,
sulit memusatkan perhatian dan sebagainya.
Problem komunikasi yang menonjol pada anak
autis adalah dalam menggunakan bahasa ekspresif dan reseptif. Masalah perilaku
berhubungan erat dengan komunikasi. Apabila mereka mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan apa yang diinginkan ole orang lain/lingkungannya, maka anak autis
ini akan melakukan komunikasi dalam bentuk perilaku yang cenderung menyakiti
diri sendiri atau perilaku yang membuat tidak nyaman orang lain. Untuk
mengurangi problem tersebut, diperlukan strategi visual. Mengingat bahwa anak
autis cenderung lebih mudah memahami apapun yang dapat mereka lihat dan mereka
pegang, sehingga akan lebih mudah membantu anak autis berkomunikasi dengan
menggunakan visualisasi.
3.Strategi
Visual, Ide-Ide Sederhana yang Dapat Dilakukan di Rumah
Stategi visual adalah strategi komunikasi
dengan menggunakan media photo (dan tulisan) dan gambar (dan tulisan). Adapun
yang efektif menggunakan strategi visual adalah individu atau kelompok anak
yang mengalami problem dalam komunikasi verbal (bicara dan mendengar), tetapi
lebih efektif menggunakan komunikasi visual seperti : anak autis, anak tuna
rungu, anak tuna grahita, anak hiperaktif dan lain-lain.
Individu dengan gaya berfikir visual thinking, lebih mudah
memahami hal-hal yang kongkrit (dapat dilihat dan dipegang) daripada hal-hal
yang abstrak. Biasanya ingatan atas bebagai konsep tersimpan dalam bentuk video
atau gambar. Proses berfikir dengan menggunakan gambar atau film seperti ini
jauh lebih lambat dari pada proses berfikir verbal, akibatnya mereka perlu jeda
bebrapa saat sebelum bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tertentu.
Visualisasi membantu anak autis membayangkan
berbagai hal, sehingga akhirnya dapat melakukan komunikasi dengan lebih
efektif. Sistem ini memungkinkan anak autis mengekspresikan diri dalam bentuk
yang sangat universal, dimengerti oleh semua orang tanpa ia harus mengucapkan
kata-kata isyarat.
4.Pentingnya
Visualisasi Bagi Anak Autis
Infomasi verbal lebih permanen bukan temporer dan strategi
visual tidak langsung seperti bahasa. Untuk menjelaskan aturan-aturan dengan
gambar (visualisasi) bisa menjelaskan sequence (langkah-langkah) yang harus
dilakukan dan dilihat lebih kongkrit dari pada bahasa yang diucapkan. Dengan
menggunakan visualisasi akan mempermudah kita dalam mengajarkan kemandirian
kepada anak, menjelaskan arti penting dari suara lain, meningkatkan pengertian
anak terhadap lingkungan, menggunakan kekuatan visual yang anak miliki, memakai
gambar yang bisa membuat anak lebih fokus dan menurunkan frustasi dan kekuatan
pada anak sehingga ada harapan anak menjadi lebih tenang.
Pengembangan visualisasi bisa dimulai dari
satu alat bantu, kemudian ditambah satu persatu. Jangan terlalu banyak media
dalam waktu yang sama karena akan membuat anak bingung, sebaiknya memakai alat
tersebut dalam kegiatan sehari-hari setiap hari dengan konsisten. Mengajar anak
cara untuk memakai alat bantu itu dimulai dari minat mereka. Memberi anak
dukungan untuk generalisasi ke tempat lain, termasuk semua anggota keluarga
dengan cara visual.Strategi visual bukan untuk menyembuhkan tetapi sebagai alat
bantu. Dengan demikian hasilnya lebih besar. Dengan mencoba untuk memilih dan
membuat rencana sebelumnya supaya siap ketika anak perlu bantuan. Jadi, harus
ada kerjasama dengan anak, keluarga, guru, terapis dan semua yang ada
dilingkungan anak supaya cara yang dilakukan konsisten.
Selanjutnya dalam memilih format yang cocok
untuk anak dan keluarga, dapat dilakukan dengan cara mencoba dulu, jika tidak
cocok coba dengan format yang lain, misal : poster atau buku kecil. Membuat
alat-alat sendiri supaya semua orang yang ada dilingkungan anakdapat mengerti
dan sebaiknya kita menggunakan alat visual yang sudah ada di sekitar rumahnya.
5.Strategi
Meningkatkan Komunikasi dan Atensi
Peningkatan komunikasi dan atensin pada anak
autis bisa kita mulai dengan mengajak anak untuk berbicara dengan berbagai
cara, tidak hanya dengan kata-kata saja, tetapi ditambah dengan memakai isyarat
dan sebagainya. Dengan cara seperti ini dapat lebih memfokuskan atensi anak
pada obyek pembicaraan. Ketika kita menganjurkan anak untuk mengungkapkan
ide-ide, persaan, mimpi, ketakutan dan keinginan dengan memakai isyarat,
intonasi, gambar atau menulis untuk untuk mendukung apa yang kita katakan, maka
akan memotivasi anak untuk mengekspresikan kepada kita walaupun hanya sekedar
menunjuk gambar atau isyarat tetapi nampak adanya atensi dan minat untuk
merespon apa yang kita tanyakan.
Dalam berkominukasi dengan anak, upayakan
kita melihat ke anak/kontak mata, seringlah memuji anak jika dia berkata dengan
jelas, terutama jika kata tersebut susah diucapkan anak.Lakukan banyak
permainan mendengar dan konsentrasi untuk mendorong anak mendengar berbagai
bunyi.Anak juga perlu dimotivasi untuk menggunakan banyak kata tambahan dalam
mengucapkan sesuatu.
Guna membantu anak autis berkomunikasi dengan
lebih efektif, mereka perlu diajarkan untuk :
1.
Memahami makna 'ya' dan 'tidak'
2.
Menetapkan pilihan
3.
Melakukan deskripsi terhadap gambar
4.
Melakukan tanya jawab secara konsisten dan terarah
5.
Melakukan percakapan
6.
Bertanya dan bercerita tentang apa yang telah dialami
atau akan dilakukan oleh anak
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak autis memiliki hambatan dalam berkomunikasi
sehingga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi sosial. Komunikasi bukan
hanya sekedar berbicara, tetapi juga adanya pematangan sistem biologi dan
sistem syaraf dalam tubuh anak. Apabila sistem tersebut terlambat, maka akan
terhambat pula kemampuan komunikasi seseorang.
Pada umumnya anak autis mengalami hambatan
dalam aneka aspek perkembangan. Awalnya mereka tidak ada alasan untuk
berkomunikasi (tidak tertarik) dan ketika mereka sudah tertarik untuk
berkomunikasi, mereka memiliki masalah lain dalam mengungkapkan diri, tidak
dapat menjalin kontak mata, sulit memusatkan perhatian dan lain-lain.
3.2 SARAN
Dalam menghadapi anak autis, hendaknya pendidik
senantiasa selalu bersabar dan selalu mencari pendekatan dan strategi yang
paling tepat untuk menghadapi anak autis yang mengalami hambatan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Strategi yang digunakan juga harus
dimulai dengan hal yang sederhana yang
ada di lingkungan sekitar siswa asalkan strategi tersebut mampu di
visulaisasikan baik berupa gambar atau video. Tetapi dalam meningkatkan
komunikasi anak autis bukan saja tergantung pada strategi pendidik tetapi juga
peran keluarga dalam memotivasi anak untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya.