Biografi Ibnu KatsirMENGENAL IBNU KATSIR DAN TAFSIRNYAOleh: Ibnu Muchtar
Biografi
Ibnu Katsir
Di
antara ulama Islam terkemuka yang hidup di abad ketujuh hijriah adalah Abu
al-Fida' Ismail bin Umar bin Katsir bin Zara' bin Katsir ad-Dimasyqi, atau yang
lebih terkenal dengan nama Ibnu Katsir saja. Dia lahir di suatu kampung di
wilayah Bashrah pada tahun 701 H.
Ketika
usianya menginjak tiga tahun, ayahnya yang menjadi seorang khatib di
kampungnya, diwafatkan oleh Allah SWT. Dia kemudian diasuh dan dididik oleh
kakaknya yang bernama Abdul Wahhab. Dan ketika berusia lima tahun, dia dikirim
oleh kakaknya itu ke Damaskus untuk menuntut ilmu-ilmu Islam. Dan dari Damaskus
itulah, dia kemudian memulai pengembaraannya untuk menuntut ilmu ke berbagai
kota yang ditinggali oleh kaum Muslimin.
Meskipun
pada saat itu dunia Islam tengah diliputi tragedi yang sangat memilukan, yaitu
dengan dihadapkannya mereka pada sifat biadab dari Bangsa Tartar, di mana
banyak ulama dan kaum Muslimin yang dibantai, buku-buku penting dimusnahkan,
dan pusat-pusat peradaban lslam dihancurkan, semua itu tidak pernah mematikan
semangatnya untuk menuntut ilmu. Di antara ketakutan demi ketakutan yang terus
meneror, dia mengayuhkan langkahnya untuk menuntut ilmu kepada para ulama yang
masih tersisa.
Di
Damaskus, dia mulai mempersiapkan dan membuka batinnya untuk diisi dengan
cahaya ilmu. Dia mendatangi majlis ulama ahli fiqh, ahli hadis, ahli sejarah,
dan ulama-ulama yang lain. Di majlis mereka itu, dia tampak demikian suntuk dan
sibuk mendengarkan, mencatat, memahami, dan menghafal semua ilmu yang
didapatnya. Di majlis mereka itu pula, dia dikenal orang sebagai seorang
penuntut ilmu yang cerdas, tekun, dan tidak banyak lupa dengan hal-hal yang
telah dipelajarinya.
Di
antara para ulama yang menjadi gurunya adalah lbnu Farkah, Isa bin al-Muth'im,
lbnu Syahnah, al-Hijar, lbnu Asakir, Ibnu asy-Syirazi, Ishaq bin Yahya
al-Amidi, Muhammad bin Zarrad, Yusuf al-Mizzi, lbnu Taimiyah, adz-Dzahabi,
al-Ashbahani, dll.
Secara
khusus, dia sempat berkonsentrasi untuk mempelajari hadis. Karena itu, tidak
mengherankan bila dia kemudian hafal kumpulan hadis sekaligus telaahnya yang
panjang, yang ditulis oleh Ibnu Hajib, ketika dia masih berusia lima belas
tahun. Karena kecintaannya kepada hadis itu pula dia lalu belajar, bahkan
menikah dengan putri Yusuf al-Mizzi (W. 742 H), penulis kitab Tahdzibul
Kamal. Hal itu dia lakukan agar bisa lebih leluasa belajar hadis kepada
mertuanya yang ahli hadis tersebut.
lbnu
Katsir adalah figur seorang penuntut ilmu yang konsisten dengan ilmunya. Dia
ingin ilmunya berfungsi sebagai suluh yang menerangi langkahnya, sekaligus
sebagai pembentuk sikap hidupnya dan bukannya sebagai sarana untuk
gagah-gagahan dan mencari popularitas. Hal ini pernah dibuktikan ketika dia
harus menanggung siksaan yang sangat berat dari pihak pemerintah karena
mengeluarkan fatwa tentang thalaq, yang diadopsinya dari pendapat lbnu Taimiyah
--guru yang sangat dihormati dan dicintainya serta fatwa-fatwanya banyak yang
dianutnya-- yang berseberangan dengan peraturan tentang thalaq yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Di
samping itu, dia juga menghiasi hidupnya dengan sifat-sifat yang mulia seperti
yang umumnya dimiliki oleh para ulama waratsatul anbiya. Semisal taqwa, sabar,
zuhud, tawadlu', dan wara'. Dia ingin ada kesesuaian antara ilmu dan amalnya,
sehingga ilmunya itu di hari kiamat kelak bisa menjadi pembelanya dan bukannya
malah menjadi penghujatnya di hadapan mahkamah Allah swt.
Di usia, tuanya, dia ditakdirkan oleh
Allah swt. kehilangan penglihatannya. Dan pada bulan Sya'ban tahun 774 H. , di
usianya yang ketujuh puluh tiga tahun, dia pun berpulang ke hadirat Allah SwT
dengan tenang. Selanjutnya dia dimakamkan di pemakaman ash-Shufiah, Damaskus,
di sisi makam guru yang sangat dihormati dan dicintainya, Ibnu Taimiyah. (Mutsaqif
Br Muslim)
Semasa
hidupnya, dia dikenal secara luas sebagai seorang ulama yang ahli di bidang
hadis, tafsir, fiqh, sejarah, bahasa, dan sastra. Keahliannya dalam berbagai
bidang ilmu itu, selain dia pergunakan untuk menyuluhi kehidupan dan membentuk
sikap hidupnya, juga dia ajarkan kepada masyarakat luas, para murid yang secara
khusus datang untuk belajar kepadanya, dan dia tuliskan ke dalam berbagai buku.
Hingga
kini, di antara warisannya yang masih bisa ditemukan adalah buku-bukunya yang
berjudul Tafsir al-Qur'an al-Karim (terdiri dari sepuluh jilid), al-Bidayat wa
an-Nihayah (terdiri dari sepuluh jilid), Jami' al-Masanid al-Asyrah (terdiri
dari delapan jilid), al-Ijtihad fi Thalabi al-Jihad, Risalah fi al-Jihad,
lkhtishar as-Sirah an-Nabawiyah, lkhtishar al-Ulum al-Hadis, Thabaqat al-Fuqaha
asy-Syafi'iyin, at-Takmil fi Ma'rifati ats-Tsiqa wa adl-Dlu'afa wa al-Majahil,
dll.
Buku
tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Qur'an al-Karim itu adalah buku tafsir yang
tidak terkira nilainya. Pada mulanya, buku ini dia tulis menjadi sepuluh jilid,
tapi kemudian dicetak menjadi empat jilid dengan jilidan yang sangat tebal,
Adapun metode penulisan tafsirnya adalah menafsirkan ayat al-Qur'an dengan ayat
al-Qur'an itu sendiri, hadis, dan atsar yang sanadnya dia nukilkan dari
sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan otentisitasnya, dan uraian-uraian
seperlunya.
Kini,
buku tafsirnya itu seolah menjadi buku wajib bagi para pecinta tafsir bi
ar-riwayah yang ingin mendapatkan tafsiran ayat al-Qur'an yang tetap mengacu
pada pemahaman para salaf ash-shalih yang ditulis secara tajam dan mengena.
Maka tidak ayal buku tafsirnya itu merupakan warisan yang sangat berharga bagi
kaum Muslimin yang hadir lebih kemudian dari para pendahulu mereka yang hidup
di abad ketujuh hijriah. Animo kaum Muslimin yang besar terhadap buku ini bisa
dilihat dari banyaknya buku ini diringkas oleh orang dan seringnya dia dicetak
ulang.
Selain
buku tafsirnya itu, sebenarnya masih banyak lagi bukunya yang lain yang tidak
kalah penting dan berbobot. Seperti al-Bidayah wa an-Nihayah, yang merupakan
buku sejarah yang dituliskan di dalamnya kejadian-kejadian bersejarah yang
terjadi pada manusia pertama, Nabi Adam, hingga kejadian-kejadian bersejarah di
tahun tujuh ratus enam puluh tujuh hijriah. Juga bukunya yang berjudul
lkhtishar Ulum al-Hadis, dll.