Makalah Pengelolaan Bahasa|Bab II|Pengelolaan Bahasa Usia Dini|Fakultas Kesehatan Indonesia|



Lanjut Ke Bab II Pengelolaan Bahasa Usia Dini. Semoga bermanfaat.



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengelolaan Bahasa Usia Dini
Orangtua sebaiknya mengetahui tahapan perkembangan kemampuan bicara anak. Jadi, ketika terlihat ada yang tidak sesuai dengan tahap usia, mereka bisa segera mencari solusinya. Tahap perkembangan bicara anak secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Sebelum 12 bulan
Perhatikan apakah si kecil mulai menggunakan suara mereka untuk "berkomunikasi" dengan lingkungan mereka. Tahap awal perkembangan bicara adalah mengoceh (babbling). Seiring pertambahan usia (di usia sekitar 9 bulan), anak-anak mulai menggabungkan suara dan mengucapkan kata seperti "mama" dan "dada" (tanpa tahu maknanya). Dan, sebelum usia 12 bulan, anak mulai lebih tertarik begitu mendengar suara. Anak-anak yang kelihatannya memandang sesuatu tapi tanpa bereaksi harus diwaspadai sebagai tanda kehilangan pendengaran (hearing loss).

2. Usia 12-15 bulan
Di usia ini anak-anak mulai menguasai satu atau dua kata bermakna (di luar kata "mama" atau "dada"). Biasanya kata-kata awal yang mereka kuasai adalah kata benda. Mereka juga mulai mengerti dan mampu mengikuti perintah sederhana, seperti, "Mama minta bolanya, ya?"

3. Usia 18-24 bulan
Anak memiliki sekitar 20 kosakata di usia 18 bulan, dan berkembang menjadi 50 atau lebih kosakata ketika berusia 2 tahun. Di usia 2 tahun, anak juga mulai belajar menggabungkan 2 kata sederhana. Mereka mulai bisa mengikuti 2 perintah sekaligus, misalnya, "Ambil bolanya dan tolong berikan kotaknya, ya."

4. Usia 2-3 tahun
Orangtua seringkali menyaksikan "ledakan" kemampuan berbahasa anak di tahap usia ini. Kosakata mereka meningkat tajam. Secara rutin, mereka juga mulai menggabungan 3 atau lebih kata menjadi 1 kalimat. Misalnya, "Letakkan di meja, ya?" Mereka juga mulai bisa mengenal warna dan konsep perbandingan (besar-kecil).
Lebih detailnya berikut ini akan disajikan informasi seputar tahapan perkembangan bahasa dan bicara seorang anak. Namun perlu diperhatikan, bahwa batasan-batasan yang tertera juga bukan merupakan batasan yang kaku mengingat keunikan setiap anak berbeda satu dengan yang lain. Menurut Dr. Miriam Stoppard (1995) tahapan perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa dapat dibagi sebagai berikut:

a. 0 - 8 Minggu
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yang didengarnya. Sebenarnya tidak hanya itu, sejak lahir ia sudah belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu. Meskipun masih bayi, seorang anak akan mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi dua arah dengan memberikan respon lewat gerak tubuh dan suara. Sejak dua minggu pertama, ia sudah mulai terlibat dengan percakapan, dan pada minggu ke-6 ia akan mengenali suara sang ibu, dan pada usia 8 minggu, ia mulai mampu memberikan respon terhadap suara yang dikenalinya.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Semakin dini orang tua menstimulasi anaknya dengan cara mengajaknya bercakap-cakap dan menunjukkan sikap yang mendorong munculnya respon dari si anak, maka sang anak akan semakin dini pula tertarik untuk belajar bicara. Tidak hanya itu, kualitas percakapan dan bicaranya juga akan lebih baik. Jadi, teruslah mengajak anak Anda bercakap-cakap sejak hari pertama kelahirannya.
2. Jalinlah komunikasi dengan dihiasi oleh senyum Anda, pelukan, dan perhatian. Dengan demikian anak Anda akan termotivasi untuk berusaha memberikan responnya.
3. Tunjukkanlah selalu kasih sayang melalui peluk-cium, dan kehangatan yang bisa dirasakan melalui intonasi suara Anda. Dengan demikian, Anda menstimulasi terjalinnya ikatan emosional yang erat antara Anda dengan anak Anda sekaligus membesarkan hatinya.
4. Selama menjalin komunikasi dengan anak Anda, jangan lupa untuk melakukan kontak mata secara intensif karena dari pandangan mata tersebutlah anak bisa merasakan perhatian, kasih sayang, cinta, dan pengertian. Jika sedang bicara, tataplah matanya dan jangan malah membelakangi dia.
5. Jika anak Anda menangis, jangan didiamkan saja. Selama ini banyak bereda pandangan keliru, bahwa jika bayi menangis sebaiknya didiamkan saja supaya nantinya tidak manja dan bau tangan. Padahal, satu-satunya cara seorang bayi baru lahir untuk mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya (haus, lapar, kedinginan, kepanasan, kebutuhan emosional, kelelahan, kebosanan) dia adalah melalui tangisan. Jadi, jika tangisannya tidak Anda pedulikan, lama-lama dia akan frustasi karena kebutuhannya terabaikan. Yang harusnya Anda lakukan adalah memberinya perlakuan seperti yang dibutuhkannya saat ia menangis. Untuk itu, kita sebagai orang tua haruslah belajar memahami dan mengerti bahasa isyaratnya. Tidak ada salahnya, jika Anda seakan-akan bertanya padanya, seperti: "rupanya ada sesuatu yang kamu inginkan,....coba biar Ibu lihat..."

b. 8 - 24 Minggu
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Tidak lama setelah seorang bayi tersenyum, ia mulai belajar mengekspresikan dirinya melalui suara-suara yang sangat lucu dan sederhana, seperti 'eh', 'ah', 'uh', 'oh' dan tidak lama kemudian ia akan mulai mengucapkan konsonan seperti 'm', 'p', 'b', 'j' dan 'k'. Pada usia 12 minggu, seorang bayi sudah mulai terlibat pada percakapan "tunggal" dengan menyuarakan 'gaga', 'ah goo', dan pada usia 16 minggu, ia makin mampu mengeluarkan suara seperti tertawa atau teriakan riang, danbublling. Pada usia 24 minggu, seorang bayi akan mulai bisa menyuarakan 'ma', 'ka', 'da' dan sejenisnya. Sebenarnya banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak sudah mulai memahami apa yang orang tuanya atau orang lain katakan. Lucunya, anak-anak itu akan bermain dengan suaranya sendiri dan terus mengulang apa yang didengar dari suaranya sendiri.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Untuk bisa berbicara, seorang anak perlu latihan mekanisme berbicara melalui latihan gerakan mulut, lidah, bibir. Sebenarnya, aktivitas menghisap, menjilat, menyemburkan gelembung dan mengunyah merupakan kemampuan yang diperlukan. Oleh sebab itu, latihlah anak Anda baik dengan permainan maupun dengan makanan.
2. Sering-seringlah menyanyikan lagu untuk anak Anda dengan lagu-lagu anak-anak yang sederhana dan lucu, secara berulang dengan penekanan pada ritme dan pengucapannya. Bernyanyilah dengan diselingi permainan-permainan yang bernada serta menarik. Jadi, luangkan lah waktu Anda untuk terlibat dalam kegiatan menarik seperti itu agar kemampuan bicara dan berbahasa anak Anda lebih berkembang.
3. Salah satu cara seorang anak berkomunikasi di usia ini adalah melalui tertawa. Oleh sebab itu, sering-seringlah bercanda dengannya, tertawa, membuat suara-suara dan ekspresi lucu agar kemampuan komunikasi dan interaksinya meningkat dan mendorong tumbuhnya kemampuan bahasa dan bicara.
4. Setiap bayi yang baru lahir, mereka akan belajar melalui pembiasaan atau pun pengulangan suatu pola, kegiatan, nama atau peristiwa. Melalui mekanisme ini Anda mulai bisa mengenalkan kata-kata yang bermakna pada anak pada saat melakukan aktivitas rutin, seperti : pada waktu mau makan, Anda bisa katakan "nyam-nyam"

c. 28 Minggu - 1 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Usia 28 minggu seorang anak mulai bisa mengucapkan 'ba', 'da', 'ka' secara jelas sekali. Bahkan waktu menangis pun vokal suaranya sangat lantang dan dengan penuh intonasi. Pada usia 32 minggu, ia akan mampu mengulang beberapa suku kata yang sebelumnya sudah mampu diucapkannya. Pada usia 48 minggu, seorang anak mulai mampu sedikit demi sedikit mengucapkan sepatah kata yang sarat dengan arti. Selain itu, ia mulai mengerti kata "tidak" dan mengikuti instruksi sederhana seperti 'bye-bye' atau main 'ciluk-baa'. Ia juga mulai bisa meniru bunyi binatang seperti 'guk', 'kuk', 'ck'..

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Jadilah model yang baik untuk anak Anda terutama pada masa ini lah mereka mulai belajar meniru kata-kata yang didengarnya dan mengucapkannya kembali. Ucapkan kata-kata dan kalimat Anda secara perlahan, jelas dengan disertai tindakan (agar anak tahu artinya atau korelasinya antara kata yang Anda ucapkan dengan tindakan kongkritnya), dan jangan lupa, bahasa tubuh dan ekspresi wajah Anda juga harus pas.
2. Anak Anda akan belajar bicara dengan bahasa yang tidak jelas bagi Anda. Jadi, ini lah waktunya untuk Anda berdua (Anda dengan anak) saling belajar untuk bisa saling memahami keinginan dan maksud berdua. Jadikanlah kegiatan ini sebagai salah satu bentuk permainan yang menyenangkan agar anak Anda tidak patah semangat untuk terus mencoba mengucapkan secara pas dan jelas. Namun, jika Anda malas memperhatikan "suaranya", apa yang dimaksudnya, dan tidak mengulangi suaranya, atau bahkan ekspresi wajah Anda membuat dirinya jadi enggan mencoba, maka anak Anda akan merasa bahwa "tidak memungkinkan baginya untuk mencoba mengekspresikan keinginan karena orang dewasa tidak akan ada yang mengerti dan mau mendengarkan".
3. Kadang-kadang, ikutilah gumamannya, namun, Anda juga perlu mengucapkan kata secara benar. Jika suatu saat ia berhasil mengucapkan suatu suku kata atau kata dengan benar, berilah pujian yang disertai dengan pelukan, ciuman, tepuk tangan..dan sampaikan padanya, "betapa pandainya dia".
4. Jika mengucapkan sebuah kata, sertailah dengan penjelasan artinya. Lakukan hal ini terus menerus meski tidak semua dimengertinya. Penjelasan bisa dilakukan misal dengan menunjukkan gambar, gerakan, sikap tubuh, atau pun ekspresi.

d. 1 Tahun - 18 Bulan
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Pada usia setahun, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga patah kata yang punya makna. Sebenarnya, ia juga sudah mampu memahami sebuah obyek sederhana yang diperlihatkan padanya. Pada usia 15 bulan, anak mulai bisa mengucapkan dan meniru kata yang sederhana dan sering didengarnya untuk kemudian mengekspresikannya pada porsi/ situasi yang tepat. Usia 18 bulan, ia sudah mampu menunjuk obyek-obyek yang dilihatnya di buku dan dijumpainya setiap hari. Selain itu ia juga mampu menghasilkan kurang lebih 10 kata yang bermakna.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Semakin mengenalkan anak Anda dengan berbagai macam suara, bunyi, seperti misalnya suara mobil, motor, kucing, anjing, dsb. Kenalkan pula pada suara-suara yang sering didengarnya sehari-hari, seperti pintu terbuka-tertutup, suara air, suara angin berdesir di pepohonan, kertas dirobek, benda jatuh, dsb.
2. Sering-seringlah membacakan buku-buku yang sangat sederhana namun sarat dengan cerita yang menarik untuk anak dan gambar serta warna yang "eye catching". Tunjukkan obyek-obyek yang terlihat di buku, sebutkan namanya, jelaskan apa yang sedang dilakukannya, bagaimana jalan ceritanya. Minta lah padanya untuk mengulang nama yang Anda sebutkan, dan jangan lupa, berilah pujian jika ia berhasil mengingat dan mengulang nama yang Anda sebutkan.
3. Jika sedang bersamanya, sebutkan nama-nama benda, warna dan bentuk pada setiap obyek yang dilihatnya.
4. Anda mulai bisa mengenalkan dengan angka dengan kegiatan seperti menghitung benda-benda sederhana yang sedang dibuat permainan. Lakukan itu dalam suasana yang santai dan nyaman agar anak tidak merasa ada tekanan keharusan untuk menguasai kemampuan itu.

e. 18 Bulan - 2 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Pada rentang usia ini, kemampuan bicara anak semakin tinggi dan kompleks. Perbendaharaan katanya pun bisa mencapai 30 kata dan mulai sering mengutarakan pertanyaan sederhana, seperti 'mana ?', 'dimana?' dan memberikan jawaban singkat, seperti 'tidak', 'disana', 'disitu', 'mau'. Pada usia ini mereka juga mulai menggunakan kata-kata yang menunjukkan kepemilikan, seperti 'punya ani', 'punyaku'. Bagaimana pun juga, sebuah percakapan melibatkan komunikasi dua belah pihak, sehingga anak juga akan belajar merespon setelah mendapatkan stimulus. Semakin hari ia semakin luwes dalam menggunakan kata-kata dan bahasa sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya dan mengutarakan kebutuhannya. Namun perlu diingat, oleh karena perkembangan koordinasi motoriknya juga belum terlalu sempurna, maka kata-kata yang diucapkannya masih sering kabur, misalnya 'balon' jadi 'aon', 'roti' jadi 'oti'.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Mulailah mengenalkan anak Anda pada perbendaharaan kata yang menerangkan sifat atau kualitas. Seperti "baik, indah, cantik, dingin, banyak, sedikit, asin, manis, nakal, jelek", dsb. Caranya, pada saat Anda mengucapkan suatu kata tertentu, sertailah dengan kualitas tersebut, misalnya "anak baik, anak manis, anak pintar, baju bagus, boneka cantik, anak nakal, roti manis", dsb.
2. Mulailah mengenalkan padanya kata-kata yang menerangkan keadaan atau peristiwa yang terjadi: sekarang, besok, di sini, di sana, kemarin, nanti, segera, dsb.
3. Anda juga bisa mengenalkannya kata-kata yang menunjukkan tempat: di atas, di bawah, di samping, di tengah, di kiri, di kanan, di belakang, di pinggir; Anda bisa melakukannya dengan menggunakan contoh gerakan. Banyak model permainan yang dapat Anda gunakan untuk menerangkan kata-kata tersebut, bahkan dengan permainan, akan jauh lebih menyenangkan baginya dan bagi Anda.
4. Yang perlu Anda ingat, janganlah menyetarakan perkembangan anak Anda dengan anak-anak lainnya karena tiap anak mempunyai dan mengalami hambatan yang berbeda-beda. Jadi, jika anak Anda kurang lancar dan fasih berbicara, janganlah kemudian menekannya untuk lekas-lekas mengoptimalkan kemampuannya. Keadaan ini hanya akan membuatnya stress.

f. 2 Tahun - 3 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Seorang anak mulai menguasai 200 - 300 kata dan senang bicara sendiri (monolog). Sekali waktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan yang penuh makna, yang memerlukan perhatian dengan penuh minat dan perhatian. Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin bervariasi. Mereka juga semakin lancar dalam bercakap-cakap, meski pengucapannya juga belum sempurna. Anak seusia ini juga semakin tertarik mendengarkan cerita yang lebih panjang dan kompleks. Jika diajak bercakap-cakap, mudah bagi mereka untuk loncat dari satu topik pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu, mereka sudah mampu menggunakan kata sambung "sama", misalnya "ani pergi ke pasar sama ibu", untuk menggambarkan dan menyambung dua situasi yang berbeda. Pada usia ini mereka juga bisa menggunakan kata "aku", "saya", "kamu" dengan baik dan benar. Dengan banyaknya kata-kata yang mereka pahami, mereka semakin mengerti perbedaan antara yang terjadi di masa lalu, masa kini dan masa sekarang.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Pada usia ini, anak Anda akan lebih senang bercakap-cakap dengan anak-anak seusianya dari pada dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan baik jika ia banyak dikenalkan dengan anak-anak seusianya dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa memfasilitasi kemampuan sosial dan berkomunikasinya. Salah satu tujuan para orang tua memasukkan anaknya dalam nursery school adalah karena alasan tersebut, agar anaknya bisa mengembangkan kemampuan komunikasi sekaligus sosialisasi. Meskipun demikian, bahasa dan kata-kata yang diucapkan masih bersifat egosentris, namun lama kelamaan akan lebih bersifat sosial seiring dengan perkembangan usia dan keluasan jaringan sosialnya.
2. Sering-seringlah menceritakan cerita menarik pada anak Anda, karena sebenarnya cerita juga merupakan media atau sarana untuk mengekspresikan emosi, menamakan emosi yang disimpannya dalam hati, dan belajar berempati. Dari kegiatan ini pula lah anak Anda tidak hanya belajar berani mengekspresikan diri secara verbal tapi juga belajar perilaku sosial.
3. Ceritakan padanya cerita yang lebih kompleks dan kenalkan beberapa kata-kata baru sambil menerangkan artinya. Lakukan ini secara terus menerus agar ia dapat mengingatnya dan mengenalinya dengan mudah ketika Anda mengulang cerita itu kembali di lain waktu.

c. 3 - 4 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah; hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan. Mereka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Mereka menyadari, bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang diinginkannya, bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak teman-temannya atau ibunya. Mereka juga mulai mengenali konsep-konsep tentang kemungkinan, kesempatan, dengan "andaikan", "mungkin", "misalnya", "kalau". Perbendaharaan katanya makin banyak dan bervariasi seiring dengan peningkatan penggunaan kalimat yang utuh. Anak-anak itu juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuan mereka, seperti "kenapa dia Ma?", "sedang apa dia Ma?", "mau ke mana?"

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Hindari sikap mengkoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara langsung, karena itu akan membuatnya malu dan malah bisa mematahkan semangatnya untuk belajar dan berusaha. Anda bisa mengulangi kata-kata tersebut secara jelas seolah Anda mengkonfirmasi apa yang dimaksudkannya. Dengan demikian, ia akan memahami kesalahannya tanpa merasa harus malu.
2. Pada usia ini, seorang anak sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Oleh sebab itu, Anda bisa mulai mencoba untuk mengajaknya mendiskusikan soal-soal yang sangat sederhana; dan tanyakan apa pendapatnya tentang persoalan itu. Dengan cara itu, Anda melatih cara dan proses penyelesaian masalah pada anak Anda setahap demi setahap. Hasil dari tukar pendapat itu sebenarnya juga mempertinggi self-esteem anak karena ia merasa pendapatnya didengarkan oleh orang dewasa.
3. Mulailah mengeluarkan kalimat yang panjang dan kompleks, agar ia mulai belajar meningkatkan kemampuannya dalam memahami kalimat. Untuk mengetahui apakah ia memahami atau tidak, Anda bisa melihat respon dan reaksinya; jika ia melakukan apa yang Anda inginkan, dapat diartikan ia cukup mengerti kalimat Anda.
4. Anak-anak sangat menyukai kegiatan berbisik karena hal itu permainan mengasikkan buat mereka sebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan, dan keingintahuan.
5. Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaannya. Dengan mendongeng, Anda mengenalkan padanya konsep-konsep tentang moralitas, nilai-nilai, sikap yang baik dan jahat, keadilan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya. Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar. Buatlah ini menjadi kebiasaan di waktu-waktu tertentu, seperti sebelum tidur atau di waktu sore hari.

B. Saran Untuk Ayah Dan Ibu
Setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat dan berkembang secara optimal sesuai tahap perkembangan yang wajar (bahkan banyak pula yang inginnya lebih). Untuk itu, beberapa saran untuk menyiapkan kondisi yang positif dan konstruktif bagi anak :
1. Asupan gizi dan nutrisi yang baik diperlukan anak mulai dari masa prenatal hingga post natal, supaya organ bicara dan otak sebagai pusat pengolahan data dan informasi bisa berfungsi secara optimal
2. Screening virus. Calon ibu biasanya disarankan untuk melakukan uji TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo dan Herpes), guna menghindari adanya virus-virus tersebut yang berbahaya bagi perkembangan janin (termasuk proses pembentukan jaringan organ panca indera). Berkonsultasilah dengan dokter ahli supaya mendapatkan gambaran dantreatment yang sesuai.
3. Tidak ada anak yang sama persis di dunia ini, sehingga hindarkan sikap membanding-bandingkan anak.
4. Berkomunikasi secara intensif, kontak mata, bercerita, berdialog, bekerja sama dengan anak, meski anak belum bisa merespon secara kompleks. Emosi yang di transfer sudah menjadi bahasa tersendiri yang ditangkap oleh otak anak sehingga anak mengerti apa yang dikehendaki orangtua.
5. Gunakan media yang bervariasi untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara anak, sesuai dengan karakter anak. Anak yang masih resah dan sulit memfokuskan perhatian jangan di paksa untuk membaca buku seperti anak yang tidak punya problem konsentrasi. Gunakan media lain, seperti alam dan permainan untuk mengembangkan kemampuan bahasanya.
6. Waspada terhadap ambisi diri yang bisa menyebabkan problem emosional pada anak. Saking inginnya anak pintar berbicara dan berbahasa, orang tua memaksakan dengan cara yang keras dan tidak tepat apalagi dengan ancaman, hingga anak malah tertekan, takut, bingung, marah dan kesal. (Dr. Yusa Herwanto.Sp.THT:KL/RAF)

Pengunjung