AYAT-AYAT CINTA DALAM ALQURAN
Oleh: Ibnu Muchtar
Cinta adalah
sebentuk perasaan yang suci dan mulia. Kehadiran cinta telah melampaui
batas laut dan pegunungan serta mengikis tabir perbedaan warna kulit dan
bahasa. Ia menjadi buah bibir yang tak pernah lekang dimakan zaman. Orang
mengabadikan cinta lewat berbagai bentuk; melalui syair, bangunan indah seperti
Taj Mahal, atau mati bersama seperti kisah tragis Romeo dan Juliet. Lalu seperti apakah cinta yang
termaktub dalam ayat-ayat Alquran?
Menurut
Alquran, manusia
diciptakan Allah
swt. berpasangan
lelaki-perempuan
dan kepada mereka dianugerahi perasaan cinta dan kasih sayang, dan sudah
menjadi fitrahnya bahwa manusia ingin mencintai dan dicintai. Tercapainya
kebutuhan cinta itu, jika ditunaikan secara benar sehingga akan membuat manusia merasa
tenteram, tenang dan bahagia, sebaliknya cinta tidak mengikuti prosedur akan
mengantar pada penderitaan. Dalam Alquran perasaan cinta
antar laki-perempuan
disebut dengan berbagai istilah,
antara lain mawaddah,
rahmah, syaghafa, mail, hubb-
mahabbah.
Istilah yang
berbeda-beda itu menunjuk kepada kedalaman dan ragamnya cinta. Cinta memang
memiliki dimensi yang sangat luas dan mendalam dimana perbedaan karakteristik
itu akan membawa implikasi (hubungan keterlibatan) pada perbedaan tingkah laku.
Cinta itu sendiri diungkap dalam bahasa Arab dengan tiga kelompok
karakteristik, yaitu (1) ta`zhim (apresiatif, penghargaan, penghormatan), (2) ihtimam (penuh perhatian), dan (3) mahabbah (cinta). Yang pertama, orang yang dicintai itu
menempati kedudukan harimau atau pedang, (yang ditakuti dan dikagumi), yang
kedua seperti bencana (yang harus diwaspadai) dan ketiga seperti minuman keras
(yang membuat ketagihan). Tiga kelompok karakteristik itu terkumpul dalam
ungkapan mahabbah, orangnya disebut habib, habibah atau mahbub.
أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ
فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ
لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى
عَيْنِي
Yaitu: "Letakkanlah ia
(Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti
sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan
musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku[1]; dan supaya
kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. Q.s. Thaha (20):39
[1]. Maksudnya: setiap orang
yang memandang Nabi Musa a.s. akan merasa kasih sayang kepadanya.
Secara lebih spesifik (khusus), bahasa
Arab menyebut dengan enam puluh istilah jenis cinta, seperti `isyqun
(dalam bahasa Indonesia menjadi asyik), hilm, gharam (asmara), wajd,
syauq, lahf dan sebagainya, tetapi Alquran hanya menyebut enam istilah
saja.
1. Cinta
mawaddah (Q.s. Ar-Rum:21) adalah jenis
cinta menggebu-gebu, membara dan nggemesi. Orang yang memiliki cinta jenis
mawaddah maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan
dahaga cintanya.
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.
Mawaddah,
tersusun dari huruf-huruf m-w-d-d-, yang
maknanya berkisar pada
kelapangan dan kekosongan.
Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk.
Dia adalah cinta
plus. Bukankah yang mencintai, sesekali hatinya kesal
sehingga cintanya pudar
bahkan putus. Tetapi
yang bersemai dalam
hati mawaddah, tidak
lagi akan memutuskan hubungan, seperti yang bisa terjadi pada
orang yang bercinta.
Ini disebabkan
karena hatinya begitu lapang dan
kosong dari keburukan
sehingga pintu-pintunya pun telah
tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan batin (yang
mungkin datang dari pasangannya).
Begitu lebih kurang
komentar pakar Al-Quran Ibrahim Al-Biqa'i (1480
M) dalam tafsirnya Nazhmud Durar fi Tanasub al-Ayat was
Suwar,
ketika menafsirkan ayat
yang berbicara
tentang mawaddah.
2. Cinta
Rahmah (Q.s. Ar-Rum:21) adalah jenis
cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban dan siap melindungi.
Orang yang memiliki cinta rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya
dibanding terhadap diri sendiri.
Rahmah adalah kondisi psikologis (jiwa) yang muncul
di dalam hati akibat
menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang bersangkutan untuk
memberdayakannya. Karena itu
dalam kehidupan keluarga, masing-masing suami
dan istri akan bersungguh-sungguh bahkan bersusah
payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta
menolak segala yang mengganggu dan mengeruhkannya.
Al-Quran
menggarisbawahi hal ini
dalam rangka jalinan perkawinan karena
betapapun hebatnya seseorang,
ia pasti memiliki kelemahan, dan
betapapun lemahnya seseorang,
pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami
dan istri harus
berusaha untuk
saling melengkapi.
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ
لِبَاسٌ لَهُنَّ
Istri-istri
kamu (para suami) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka (Q.s. Al-Baqarah [2]: 187).
Ayat
ini tidak hanya mengisyaratkan bahwa suami-istri saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia
pada pakaian, tetapi juga
berarti bahwa suami istri --orang
masing-masing menurut kodratnya
memiliki kekurangan--harus dapat berfungsi "menutup kekurangan
pasangannya".
sebagaimana pakaian menutup aurat (kekurangan) pemakainya.
Termasuk dalam
cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta
orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an,
kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki
hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba (wadah, tempat)
kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah).
Sejak janin seorang anak sudah diliputi
oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk
selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih
sayang.
3. Cinta mail
(Q.s. An-Nisa (4):129) adalah
jenis cinta yang untuk sementara sangat membara sehingga menyedot seluruh
perhatian hingga hal-hal lain kurang diperhatikan. Cinta mail dalam quran
disebut dalam konteks orang poligami yaitu ketika sedang jatuh cinta kepada
yang lebih muda (antamilu kulla al mail) cenderung mengabaikan kepada
istri tua.
وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا
أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ
الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ
اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
4. Cinta
Syaghaf (Q.s. Yusuf (12):30) adalah cinta
yang sangat mendalam, alami, orisinal dan memabukkan. Orang yang terserang
cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa
diri hampir tak menyadari apa yang dilakukan. quran menggunakan istilah syaghaf
mengisahkan cinta Zulaikha kepada Nabi Yusuf AS.
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي
الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ
شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dan wanita-wanita di kota
berkata: "Isteri Al Aziz menggoda
bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam
kesesatan yang nyata."
Al Aziz sebutan bagi Raja di
Mesir
5. Cinta
Ra’fah yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran.
Misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkan untuk shalat
subuh, membelanya mesti salah. Quran menyebutkan istilah ini agar janganlah
cinta ra’fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah swt, seperti dalam
kasus hukuman bagi pezina
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي
فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا
رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآَخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Perempuan yang berzina dan
laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman. (Q.s. An-Nur (24):2)
6. Cinta
Shobwah yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku menyimpang tanpa
sanggup mengelak. Quran menyebut istilah ini ketika mengisahkan nabi Yusuf
\nberdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha namun Nabi Yusuf tergelincir dalam
perbuatan bodoh
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ
إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ
أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata: "Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan
jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh (Q.s. Yusuf (12):33)
Cinta Syauq
(rindu) istilah
ini bukan dari Alquran
tapi hadis yang menafsirkan Quran. Dalam surat al-ankabut ayat 5 dikatakan
مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ
فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآَتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
barangsiapa rindu
berjumpa Allah swt.
waktunya pasti akan tiba. kalimat kerinduan ini diungkapkan dalam doa Nabi
وَلَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ
وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ
"(dan Aku
mohon)
dapat merasakan nikmatnya memandang wajah-Mu dan nikmatnya kerinduan untuk
berjumpa denganMu" H.r.
Ahmad
Menurut Ibn
Qayyim dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq
(rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al
mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta (hurqat al
mahabbah wa iltihab nariha fi qalb al muhibbi).
Cinta kulfah, yakni perasaan
cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit,
seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri,
meski ada pembantu. Meskipun
secara istilah cinta ini tidak disebut dalam Alquran, namun secara tersirat terkandung
dalam Alquran
ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q.s. Al-Baqarah (2):286)