JUMLAH
TAKBIR PADA IQOMAT
Oleh:
Ibnu Muchtar
Lafal pada adzan dan iqomat
bukan hasil ijtihad Rasulullah, melainkan ditetapkan berdasarkan wahyu. Bilal
dan Ibnu Ummi Maktum sebagai muadzin di Madinah, Abu Mahdzurah sebagai muadzin
di Mekah, dan Saad Al-Qarzhi di Kuba, semuanya mengumandangkan adzan
berdasarkan lafal yang diajarkan oleh Nabi saw. meskipun cara menerimaya tidak
sama. Bilal menerimanya dari Abdullah bin Zaid, sedangkan Abu Mahdzurah dari
Nabi saw.
Adapun lafal Abdullah bin Zaid
yang diterima oleh Bilal sebagai berikut:
لَمَّا
أَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ r بِالنَّاقُوْسِ لِيَضْرِبَ بِهِ لِلنَّاسِ فِي
الْجَمْعِ لِلصَّلاَةِ أَطَافَ بِيْ وَأَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ نَاقُوْسًا
فِي يَدِهِ فَقُلْتُ لَهُ : يَا عَبْدَ اللهِ أَتَبِيْعُ النَّاقُوْسَ فَقَالَ :
وَمَا تَصْنَعُ بِهِ قَالَ: قُلْتُ نَدْعُوْ بِهِ لِلصَّلاَةِ قَالَ: أَفَلاَ
أَدُلُّكَ عَلىَ مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذلِكَ قُلْتُ: بَلَى قَالَ: تَقُوْلُ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَّسُولُ اللهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُولُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الفَلاَحِ حَيَّ عَلَى الفَلاّحِ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
(Abdullah bin Zaid bin Abdu rabbih berkata)
Ketika Rasulullah saw. memerintah memukul naqus (lonceng) agar orang-orang berkumpul untuk melakukan
salat, saya tidur, bermimpi datang seorang laki-laki membawa naqus di tangannya,
maka saya bertanya kepadanya, ‘Ya Abdallah ! apakah engkau mau jual naqus itu
?’ Orang itu menjawab, ‘Engkau mau gunakan naqus itu buat apa ?’ Saya jawab,
‘Untuk memanggil salat’. Ia berkata,
‘Maukah aku unjukan kepadamu cara yang lebih baik ?’ Saya jawab, ‘Ya’ Lalu ia
berkata, ‘Kamu ucapkan Allahu Akbar (empat kali) ... (sampai akhir Adzan)’
Kemudian Abdullah bin zaid menghadap Rasulullah untuk melaporkan adzan yang diterimanya dari mimpi, dan beliau membenarkan hal itu. Kemudian beliau menyuruh agar adzan itu diajarkan kepada Bilal, karena suara Bilal lebih baik daripada Abdullah bin Zaid. Dalam riwayat itu ditegaskan:
إِنَّ هذَا رُؤْيَا حَقٌّ
إِنْ شَاءَ اللهُ فَقُمْ مَعَ بِلاَلٍ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ
فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ فَقُمْتُ مَعَ بِلاَلٍ
فَجَعَلْتُ أُلْقيْهِ عَنْهُ وَيُؤَذِّنُ بِهِ
“Sesungguhnya
mimpi itu mimpi yang benar, insya Allah, pergilah beserta Bilal, dan ajarkan
kepadanya seperti yang kamu terima dalam mimpi itu, sesungguhnya dia lebih
bagus suaranya daripadamu. Maka aku pergi bersama Bilal, lalu aku mengajarkan
kepadanya, dan ia beradzan dengan itu”
Pada lafal lain
ditegaskan
يَا بِلاَلُ قُمْ فَانْظُرْ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ زَيْدٍ فَافْعَلْهُ, قَالَ: فَأَذَّنَ بِلاَلٌ
Hai Bilal berdirilah, perhatikanlah apa yang Abdullah
bin Zaid perintahkan kepadamu lakukanlah. Abdullah berkata, “Lalu Bilal azdan”’.
Hadis di atas diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, al-Hakim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hiban, dan Ibnu Majah tanpa diterangkan adanya qomat. Sedangkan pada riwayat Abu Daud, Al-Baihaqi, dan
Ibnu Abdil Barr, setelah lafal adzan ada redaksi sebagai berikut:
قَالَ ثُمَّ اسْتَأْخَرَ غَيْرَ بَعِيْدٍ
قَالَ: ثُمَّ تَقُوْلُ إِذَا أُقِمَتِ الصَّلاَةُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَّسُولُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ
قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ ...
Kemudian
ia mundur tidak berapa jauh dan ia berkata, ‘Kalau kamu mau salat (qomat)
ucapakan, ‘Allahu Akbar (dua kali) ....
(sampai akhir Iqomat).
Peristiwa ini terjadi
pada tahun pertama hijriah setelah Nabi tiba di Madinah (lihat, As-Sirah
An-Nabwiyyah libni Hisyam, II:154-155; As-Sirah An-Nabawiyyah libni Katsir,
II:334-335; Al-Bidayah Wan Nihayah, III:231-232).
Sedangkan lafal yang diajarkan
Nabi saw. kepada Abu Mahdzurah sebagai berikut:
...فَعَلَّمَهُ
الأَذَانَ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّ اللهُ
أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُولُ
اللهِ أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّ اللهُ
أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُولُ اللهِ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُولُ
اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ اِلاَّ اللهُ
... Rasulullah saw. telah mengajarinya adzan Allahu Akbar... ”
H.r. Ad-Darimi.
Peristiwa ini
terjadi ketika Rasulullah kembali dari perang Hunain (lihat, Al-Fathur Rabbani,
III:19) Perang Hunain terjadi pada bulan syawwal tahun 8 hijriah (lihat,
Qadatun Nabiyyi, 1995:648)
Keterangan-keterangan
di atas menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan lafal adzan sejak pertama
kali dikumandangkan pada tahun pertama hijriah, kecuali adzan Abu Mahdzurah dengan tarji’,
yakni setelah mengucapkan kalimah syahadat dengan suara yang tidak nyaring, ia
ulangi dengan suara nyaring. Namun tentang lafal qomat terjadi perbedaan antara
satu dengan lainnya.
A. Iqomat Abu Mahdzurah
Imam Al-Hakim meriwayatkan dari Abu
Hurairah, ia berkata:
أَمَرَ
رَسُوْلُ اللهِ r أَبَا مَحْذُوْرَةَ أَنْ يَشْفَعَ الأَذَانَ وَيُوْتِرَ
الإِقَامَةَ
Rasulullah saw.
memerintah Abu Mahdzurah agar menggenapkan adzan dan mewitirkan qomat.
Dan pada riwayat
Ad-Daraquthni (Fathul Bari II:100) ditegaskan dengan lafal
وَأَمَرَهُ أَنْ يُقِيْمَ وَاحِدَةً وَاحِدَةً
Dan
Beliau memerintahnya agar qamat satu kali-satu kali
Dalam
kitab Al-Mustakhraj alas Shahihain diterangkan bahwa lafal iqamat itu dua kali
dua kali kecuali “Hayya ‘alas shalah dan Hayya ‘alal falah.
عَنْ
أَبِيْ مَحْذُورَةَ أَنَّ النَّبِيَ r
قالَ: اَلأَذَانُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ
اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَالإِقَامَةُ
مَثْنَى اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى
الْفَلاَحِ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
Hadis ini menjelaskan
bahwa lafal iqomat itu dua kali dua kali kecuali hayya alas shalah dan hayya
alal falah
Dalam riwayat Ibnul Jarud dan Ibnu
Hiban disebutkan bahwa lafal iqamat itu
dua kali dua kali kecuali takbir pada awal iqamat sebanyak empat kali
أَنَّ
أَبَا مَحْذُورَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ r عَلَّمَهُ الأَذَانَ تِسْعَ عَشَرَةَ كَلِمَةٍ
وَالإِقَامَةَ سَبْعَ عَشَرَةَ كَلِمَةٍ الأَذَانُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ …
وَالإِقاَمَةَ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ
عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ قَدْ قَامَتِ
الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ
Hadis ini menunjukkan
bahwa lafal iqomat dua kali dua kali kecuali takbir pada awal iqomat sebanyak
empat kali.
Pada riwayat Al-Baihaqi disebutkan
bahwa takbir pada iqamat itu dua kali
عَنْ
أَبِي مَحْذُوْرَةَ قَالَ: لَمَّا خَرَجَ
النَّبِيُ r إِلَى حُنَيْنٍ فَذَكَرَ
الْحَدِيْثَ وَقَالَ: فِي التَّكْبِيْرِ فِي صَدْرِ الأَذَانِ أَرْبَعًا قَالَ:
وَعَلَّمَنِي الإِقَامَةَ مَرَّتَيْنِ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ
قَامَتِ الصَّلاَةُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أِكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
Hadis ini menjelaskan
bahwa takbir pada iqomat itu dua kali
Keterangan-keterangan
di atas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan lafal iqomat yang diajarkan oleh
Nabi kepada Abu Mahdzurah, padahal Nabi mengajarkan hal itu pada waktu yang
sama, yaitu ketika kembali dari perang Hunain yang terjadi pada bulan syawwal
tahun 8 hijriah. Dan riwayat-riwayat ini tidak dapat dipastikan mana yang
rajih.
B.
Iqomat Abdullah bin Zaid
Dalam
riwayat Abu daud, Al Baihaqi, dan Ibnu Abdil Barr disebutkan bahwa takbir
iqamat itu dua kali.
لَمَّا أَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ r بِالنَّاقُوْسِ
لِيَضْرِبَ بِهِ لِلنَّاسِ فِي الْجَمْعِ لِلصَّلاَةِ أَطَافَ بِيْ وَأَنَا
نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ نَاقُوْسًا فِي يَدِهِ فَقُلْتُ لَهُ يَا عَبْدَ اللهِ
أَتَبِيْعُ النَّاقُوْسَ فَقَالَ وَمَا تَصْنَعُ بِهِ قَالَ قُلْتُ نَدْعُوْ بِهِ
لِلصَّلاَةِ قَالَ أَفَلاَ أَدُلُّكَ عَلىَ مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذلِكَ قُلْتُ:
بَلَى قَالَ: تَقُوْلُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ اِلاَّ
اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ اللهُ أِكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
قَالَ: ثُمَّ اسْتَأْخَرَ غَيْرَ بَعِيْدٍ قَالَ: ثُمَّ تَقُولُ إِذَا
أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
...
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud, Al-Baihaqi, dan
Ibnu Abdil Barr. Sedangkan dalam riwayat Ahmad,
At-Tirmidzi, al-Hakim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hiban, dan Ibnu Majah tanpa
diterangkan adanya iqomat. Demikian pula dalam kitab-kitab Sirah Rasulullah saw
pada umumnya.
C.
Iqomat Bilal
Di atas telah
disebutkan bahwa Bilal mendapatkan pengajaran adzan dari Abdullah bin Zaid,
namun tidak ditegaskan bahwa Bilal mendapatkan pengajaran iqomat darinya. Hal
ini berbeda dengan Abu Mahdzurah yang secara tegas mendapatkan pengajaran adzan
dan iqomat dari Rasul. Bahkan dengan kalimat
1. فَأَلْقِ
عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ dan
وَيُؤَذِّنُ بِهِ
2. فَأَذَّنَ بِلاَلٌ
menunjukkan bahwa dari Abdullah bin Zaid itu Bilal
hanya mendapatkan pengajaran adzan
(empat kali takbir) tidak dengan iqomatnya. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui lafal iqomat Bilal kita perhatikan keterangan-keterangan di bawah
ini.
عَنْ
أَبِيْ قِلاَبَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَتِ الصَّلاَةُ
إِذَا حَضَرَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ
r سَعَى رَجُلٌ فِي
الطَّرِيْقِ فَنَادَى الصَّلاَةُ الصَّلاَةُ فَاشْتَدَّ ذلِكَ عَلَى النَّاسِ
فَقَالُوْا: لَوِ اتَّخَذْنَا نَاقُوْسًا يَا رَسُوْلَ اللهِ فَقَالَ: ذلِكَ
لِلنَّصَارَى فَقَالُوْا: لَوِ اتَّخَذْنَا بُوْقًا قَالَ: ذلِكَ لِلْيَهُوْدِ
قَالَ فَأُمِرَ بِلاَلٌ أَنْ يَشْفَعَ الأَذَانَ وَيُوْتِرَ الإِقَامَةَ
Dari
Abu Qilabah, dari Anas, ia berkata, “Pada masa Rasulullah, bila tiba waktu
salat seseorang berjalan lalu menyeru: as-solah as-solah. Hal itu dirasakan berat
oleh orang-
orang, maka mereka mengusulkan, ‘Bagaimana kalau kita pakai lonceng wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Itu untuk Nashrani’ Mereka mengusulkan yang lain, ‘Bagaimana kalau terompet?’ Beliau menjawab, ‘Itu untuk Yahudi’ Anas berkata, ‘Maka Bilal diperintah untuk menggenapkan adzan dan mewitirkan iqomat. H.r. Al-Jamaah, Al-Baihaqi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Ibnul Jarud, dan Abu Awanah. Lafal di atas riwayat Al-Baihaqi. Sedangkan pada riwayat Ibnu Khuzaimah dengan lafal:
orang, maka mereka mengusulkan, ‘Bagaimana kalau kita pakai lonceng wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Itu untuk Nashrani’ Mereka mengusulkan yang lain, ‘Bagaimana kalau terompet?’ Beliau menjawab, ‘Itu untuk Yahudi’ Anas berkata, ‘Maka Bilal diperintah untuk menggenapkan adzan dan mewitirkan iqomat. H.r. Al-Jamaah, Al-Baihaqi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Ibnul Jarud, dan Abu Awanah. Lafal di atas riwayat Al-Baihaqi. Sedangkan pada riwayat Ibnu Khuzaimah dengan lafal:
فَأُمِرَ بِلاَلٌ أَنْ يَشْفَعَ الأَذَانَ وَيُوْتِرَ الإِقَامَةَ إِلاَّ قَوْلَهُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ
Maka Bilal diperintah
untuk menggenapkan adzan dan mewitirkan iqomat kecuali perkataan qod qomatis
solah.
Berdasarkan
hadis di atas Imam Al-Bukhari membuat dua bab dengan judul
بَابٌ اَلأِذَانُ مَثْنَى
مَثْنىَ dan باب
الإِقَامَةُ وَاحِدَةٌ إِلاَّ قَوْلَهُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ
Ibnu
Hajar menerangkan bahwa yang dimaksud dengan matsna matsna adalah marratain
marratain. (Fathul Bari, II:100)
Memperhatikan keterangan-keterangan
di atas, maka kami tidak mendapatkan
satu pun muadzin pada masa Rasulullah yang mengamalkan lafal iqomat Abdullah
bin Zaid. Oleh Sebab itu, pada beberapa riwayat disebutkan:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ : اِنَّمَا كَانَ الاَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُو لِ اللهِ r
مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ وَالاِقَامَةُ مَرَّةً مَرَّةً غَيْرَ اَنَّهُ يَقُولُ :
قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ
الصَّلاَةُ وَ كُنَّا اِذَا سَمِعْنَا الاِقَامَةَ نَتَوَضَأُ ثُمَّ خَرَجْنَا
اِلَى الصَّلاَةِ .
Dari Ibnu Umar, ia berkata,
“Sesungguhnya adzan di zaman Rasulullah saw. itu. tiada lain dua kali dan iqamatnya satu kali-satu kali,
kecuali ucapan Qad qamatis shalat-Qad qamatis shalat Dan kami (para shahabat)
apabila mendengar iqamah, kami berwudhu, kemudian kami keluar untuk shalat.”
H.r. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Hiban, dan Al-Hakim.
Dalam riwayat
Al-Baihaqi dengan lafal
كَانَ الأَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ r مَثْنَى مَثْنَى وَالإٌِقَامَةُ فُرَادًى
Adzan
di jaman Rasulullah saw. itu dua kali-dua kali dan iqomat satu kali
Sedangkan pada riwayat Abu Awanah dengan lafal
كَانَ
الأَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ r مَثْنَى مَثْنَى وَالإِقَامَةُ
مَرَّةً مَرَّةً غَيْرَ أَنَّ الْمُؤَذِنَ إِذَا قَالَ: قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ
قَالَ مَرَّتَيْنِ
Adzan di jaman Rasulullah saw. itu dua kali-dua kali dan iqomat satu kali-satu kali. Hanya muadzin apabila mengucapkan Qad qamatis salah dua kali.
عَنْ
سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ قَالَ: كَانَ الأَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثْنَى مَثْنَى وَالإِقَامَةُ فَرْدًا رواه
الدارقطني
Dari Salamah bin Al Akwa, ia mengatakan
adzan pada jaman Rasulullah saw. dua kali-
dua kali dan iqamah satu kali. H.r. Ad-Daruquthni
dua kali dan iqamah satu kali. H.r. Ad-Daruquthni
Berdasarkan
keterangan-keterangan di atas iqomat dengan takbir (Allahu Akbar) satu kali ashah
(lebih sahih)