ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN
Oleh:
Ibnu Muchtar
Alquranul
Karim dan Sunnah Nabi Muhammad saw. merupakan induk dari sekian banyak disiplin
ilmu agama. Ilmu ini pernah menjadi mahkota ilmu-ilmu keislaman pada masa
keemasan Islam.
Bila ditinjau dari segi
karakteristiknya ilmu keislaman dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian:
Pertama:
Ilmu yang telah “matang tetapi belum terbakar”, seperti nahwu dan ushul fiqih.
Kedua:
Ilmu yang “belum matang dan belum pula terbakar”, seperti sastra dan tafsir.
Ketiga:
Ilmu yang “telah matang dan terbakar pula”, seperti fiqih dan hadis.
Ilmu fiqih dan ilmu hadis dikatakan
matang dan terbakar karena kedua ilmu ini begitu banyak dibahas oleh para
ulama, dan istilah-istilah yang digunakan begitu beragam; sehingga tidak jarang
setiap ulama mempunyai pengertian yang berbeda dengan ulama lain, walaupun
istilah yang digunakan sama.
Sementara itu bila dilihat dari sisi
maudhu (pokok bahasan), ilmu-ilmu pada masa keemasan Islam dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu:
1. Ilmu
Bahasa Arab.
2. Ilmu
Syariat.
3. Sejarah.
4. Al-hikmah
dan Filsafah (ilmu-ilmu selain bahasa dan agama).
Ilmu
Bahasa Arab
Ilmu
bahasa ini terdiri dari beberapa ilmu, diantaranya: Ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu
balaghah dan ilmu bahasa.
a.
Ilmu Nahwu dan Sharaf.
Ilmu Nahwu
ialah ilmu yang mempelajari gramatika bahasa Arab. Dengan ilmu tersebut bahasa
Arab itu dapat dipelajari dengan baik dan benar oleh ummat yang tidak berbahasa
Arab. Sehingga mereka terhindar dari kesalahan-kesalahan pengucapan dan dapat
membaca dengan fasih.
Ilmu
ini dirintis penyusunannya oleh Abdul Aswad Ad Duali atas nasehat Ali bin Abi
Thalib.
b.
Balaghah
Ilmu
Balaghah mencakup Ilmu Bayan, Ma`ani dan Badi`. Yaitu ilmu yang menjelaskan
keistimewaan dan keindahan susunan bahasa dan segi-segi i’jaz Alqur`an. Ilmu
ini disusun setelah selesai dikarang Nahwu dan Sharaf.
Kitab yang pertama kali disusun dalam ilmu Bayan ialah Kitab Majazul Qur`an
oleh `Ubaidah, murid Al Khalil. Kemudian diikuti oleh beberapa ulama.
c.
Ilmu Bahasa
Untuk
memelihara pengertian kata-kata dalam Alqur`an mereka mengarang kamus bahasa
Arab. Pada mulanya kamus ini hanya merupakan kitab-kitab kecil yang mengupas
bermacam-macam kata, seperti kata-kata yang berhubungan dengan manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda.
Ilmu
Syari`at
Ilmu Syariat terdiri dari beberapa
cabang ilmu pengetahuan di antaranya: Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Sejarah
dan lain-lain.
a.
Tafsir
Tafsir,
yaitu cara untuk memahami ayat-ayat yang kurang jelas (mutasyaabihaat). karena
di dalam Alqur`anul Karim ada ayat-ayat yang muhkamaat (terang dan jelas
artinya) dan ayat-ayat yang mutasyaabihaat (Kurang jelas artinya atau dapat
ditafsirkan). Para sahabat dalam memahami ayat Alqur`an itu mempunyai pendapat
yang berlainan, karena perbedaan cara memahaminya, seperti perbedaan tentang
yang dimaksud shalatul Wustha.
b.
Hadis dan Mushthalah Hadits.
Hadis
mempunyai nilai yang tinggi sesudah Alqur`anul Karim, karena banyak ayat-ayat
Alqur`an yang dikemukakan secara umum dan memerlukan perincian. Maka ayat-ayat
itu tidak dapat difahami maksudnya dengan jelas dan terperinci kalau tidak berpedoman
kepada hadis-hadis. Sedangkan Mushthalah Hadits ialah satu ilmu yang mempelajari
tentang kedudukan-kedudukan hadis-hadis tersebut. Karena ternyata ada
hadis-hadis palsu yang diriwayatkan oleh orang-orang Yahudi dan Zindiq, maka
untuk menyaring mana hadits yang shahih mana hadits yang palsu, dipergunakanlah
ilmu Mushthalah hadits ini.
c.
Fiqh dan Ushul Fiqh.
Alquranul
Karim dan hadits-hadits menguraikan masalah pokok secara garis besar dan tidak
mencakup semua masalah yang timbul kemudian, karena masalah-masalah itu tidak
akan habis-habisnya sesuai dengan kemajuan dalam segala lapangan kehidupan.
Tentu saja ada masalah baru yang belum pernah terjadi di masa Rasulullah saw.
Untuk menetapkan suatu hukum dalam masalah yang baru itu, para ulama ber
ijtihad dengan mendasarkan ijtihad mereka itu kepada Alquran, Sunnah dan Ijma
Shahabat.
Dalam
berijtihad untuk menetapkan sesuatu hukum, haruslah mengetahui cara-cara
mengistinbatkan untuk mengambil kesimpulan mengenai hukum itu dari ayat-ayat
Alquran dan hadits-hadits. Cara ini mula-mula disusun oleh Imam Syafii dalam
kitabnya yang bernama Ar Risalah. Ilmu ini kemudian dikenal dengan ilmu Ushul
Fiqh.
d.
Ilmu Sejarah.
Para
ulama Islam banyak menulis sejarah, karena di dalam Alquran banyak
terdapat kisah-kisah orang-orang Yahudi,
Nasrani, dan Majusi. Disamping itu terdapat pula hal-hal mengenai
kejadian-kejadian yang penting dalam umat Islam, seperti perang Badar, Uhud,
Perdamaian Hudaibiah dan lain-lain. Kisah-kisah mengenai kejadian -kejadian
tersebut terdapat pula dalam hadits-hadits Nabi.
Diantara
penulis-penulis sejarah yang termasyhur ialah: Abu Mikhnaf bin Yahya, Saif bin
Umar Al-Kufi, Ali bin Muhammad Al-Madani dan Zubair bin Bakkar.
Al-Hikmah
dan Filsafat.
Al-Hikmah dan
filsafat pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu: Ilmu Manthiq, Ilmu
Alam, ilmu Pasti dan Ilmu Ketuhanan. Termasuk Ilmu Alam itu, ialah Ilmu Kimia,
Ilmu Kedokteran, Pharmasi, Ilmu hewan dan Ilmu Pertanian. Yang termasuk Ilmu
Pasti ialah berhitung, Al-Jabar, Ilmu Ukur, Ilmu Mekanika, Ilmu Falak dan
Geoerafi. Termasuk Ilmu Ketuhanan ialah: Metafisika yaitu pembahasan mengenai
Pencipta jiwa, jin, Malaikat dan sebagainya.
Mereka yang mempelajari ilmu-ilmu
tersebut karena dorongan Alquran yang menganjurkan supaya mereka menuntut ilmu,
dan karena di dalamnya terdapat hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut.
Yang mengenai ilmu Falak di antaranya
seperti tersebut dalam (QS. Yunus ayat 5:)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ
الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ
السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ
الأ يَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ(5)
Artinya: “Dialah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan. Allah tidak menciftakan yang demikian itu melainkan dengan hak.
Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
(Qs.
Yunus:5)
.
Yang mengenai Ilmu Hewan terdapat
dalam surat An-Nahl ayat 66:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي
الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ
وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ(6)
Artinya: “Dan sesungguhnya pada
binatang ternak itu terdapat pelaaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang
ada pada perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah
ditelan bagi orang yang hendak meminumnya”.
Yang mengenai Ilmu
tumbuh-tumbuhanterdapat dalam (Qs. Ar-Ra`d ayat 4:)
وَفِي
الأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ
صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا
عَلَى بَعْضٍ فِي الأُكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(4)
Artinya: “Dan di bumi ini terdapat
bagian-bagian yang berpendampingan dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan
pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang
sama, kami melebihkan sebahagian tanaman-tanaman itu atas sebahagian yang lain,
tantang rasa (dan bentyknya). Sesungguhnyalah bada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (Kekuasan Allah) bagi kaum yang berfikir.
Yang mengenai Ilmu Bumi dan Ilmu Alam
terdapat dalam (Qs. Qaaf ayat 7-8)
وَالأَرْضَ مَدَدْنَاهَا
وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ
بَهِيجٍ(7) تَبْصِرَةً وَذِكْرَى
لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ(8)
Artinya: “Dan kami hamparkan bumi
itu dan kami letakan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan
padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Untuk menjadi
peringatan bagi hamba yang kembali (mengingat) Allah”.
Yang
mengenai jiwa terdapat dalam (Qs. Qsy-Syams ayt 7-10:)
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
(7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
(8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Artinya: “Dan jiwa serta
penyempurnaan (ciptaannya). Maka Allah meng ilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu. Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Dari
uraian-uraian di atas dapat kita nyatakan bahwa kegiatan-kegiatan para ulama
Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan baik agama maupun umum adalah
karena:
1.
Alquran
sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam ilmu pengetahuannya dalam
pelbagai ilmu pengetahuan
2.
Ayat-ayat
Alquran banyak menyinggung persoalan-persoalan ilmiah walaupun secara garis
besarnya saja. karena itu para ulama ingin membuktikan kebenaran ayat-ayat itu
dengan menyelidikinya secara mendalam.
3.
Rasa
tanggung jawab para ulama terhadap pemeliharaan, penyiaran Alquran mendorong
mereka untuk menciptakan dan menyusun ilmu bahasa Arab dan bermacam-macam ilmu
yang berhubungan dengan itu.