Makna Surat Al Furqan Ayat 74

makna surat al furqan ayat 74
Dan (ibadurrahman) mereka yang berkata, "Hai Tuhan kami! Jadikanlah dari istri-istri kami dan anak-cucu kami, penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang taqwa". Mereka itu akan dibalas dengan derajat yang tinggi lantaran kesabaran mereka, dan akan disambut di surga dengan penghormatan dan kesejahteraan. QS.A1 Furqan:74-75
Tafsir Mufradat
berasal dari kata (Arab) yang artinya dingin (Arab), hal itu disebabkan orang Arab merasa tidak nyaman pandangan matanya di musim panas, dan merasa nyaman jika dipandangkan di musim dingin. Dan juga sesungguhnya air mata kebahagiaan itu akan terasa dingin, sedangkan air mata kesedihan akan terasa panas. A1 Qurthubi, l3:82
asal artinya adalah setiap bangunan yang tinggi, yang di maksud di sini adalah derajat yang tinggi (surga).
Tafsir Ayat
Pada ayat di atas Allah swt. menerangkan salah satu sifat ibadurrahman (hamba Allah yang saleh) yaitu berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah swt. meminta dijadikan dari istri-istinya dan anak-cucunya pendingin mata penyejuk hatinya dalam ketaatan kepada Allah.
Seorang mukmin sejati apabila melihat keluarganya taat kepada Allah, hatinya akan merasakan kebahagiaan yang amat besar, dan keadaan seperti itulah yang sangat ia cintai di dunia ini. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu'abil Iman dari Hasan Al-Bisri:
(Arab)
Ia (Al-Hasan) pernah ditanya mengenai ayat ini Q.S. Al Furqan:74, "Apakah qurrata a'yun itu di dunia atau di akhirat?" Ia menjawab, "Tidak, demi Allah bahkan di dunia ini". Kemudian ditanyakan lagi. "Apa yang dimaksud dengannya itu?" Jawabnya, "Yaitu seorang muslim melihat istrinya, anak-cucunya, saudaranya, kawan karibnya taat kepada Allah. Dan tidak, demi Allah, tidak ada satu apa pun yang paling dicintai oleh seorang muslim dari pada melihat anak, orang tua, kawan karib, atau saudaranya taat kepada Allah." Ad Durrul Mantsur, 6:284
Ketaatan mereka di dunia ini akan bermanfaat baginya di waktu hidup dan setelah mati. Sedangkan di akhirat mereka akan dipertemukan di tempat kemuliaan yang sama.
Mereka juga meminta kepada Allah supaya dijadikan pemimpin yang menjadi tauladan dalam menegakkan agama ini dengan keluasan ilmu dan kesalehan amal. Dua permintaan mereka inilah yang akan menjadi amal yang tak pernah putus pahalanya, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
(Arab)
"Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah segals amalnya. Kecuali tiga perkara, anak saleh yang mendoakannya, ilmu yang bermanfaat setelahnya, dan shadaqah jariyah". H.R. Muslim
Sebaliknya, jika yang mereka lihat dari keluarganya itu bukan ketaatan kepada Allah, malah kemaksiatan yang mereka lakukan, maka di dalam hatinya ada suatu penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan.
Sesungguhnya inilah yang difirmankan Allah swt.
(Arab)
Terkadang kita hanya menghapalkan dua permintaan dari doa yang dipanjatkan kepada Allah swt. oleh ibadurrahman pada ayat di atas. Namun lupa akan amal saleh apa saja yang mereka lakukan sebelum memanjatkan doa ini kepada Allah.           Ternyata sebelum memanjatkan dua permintaan di atas kepada Allah, terlebih dahului mereka menuhi dirinya dengan berbagai         amal saleh dan membersihkan diri dari berbagai amal jelek. Baru setelah berusaha mensalehkan diri seukuran dengan kemampuan, mereka meminta kepada Allah keluarga yang sejalan dengan kesalehan dirinya.
Al Qurthubi berkata,"Allah swt. mensifati ibadurrahman dengan   sebelas sifat yang terpuji, berupa          takhalli (memenuhi diri dengan berbagai       amal saleh) dan takhalli (membersihkan diri dari berbagai amal jelek) yaitu: Tawadu, lemah lembut, tahajjud, takut dari azab Allah, tidak berlebihan dan tidak bakhil dalam berinfak, jauh dari syirik, bersih dari zina dan pembunuhan, menjauhi dusta, menerima nasihat, dan  berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah. Lalu Ia menjelaskan pahala yang mulia bagi mereka yaitu mencapai Al Ghurfah (derajat yang tinggi) yakni tempat yang paling tinggi dan paling utama di surga. Sebagaimana bahwasanya Al Ghurfah adalah bangunan yang tinggi di dunia. Shafwat Tafasir 2:272
AlGhurfah, kemulian di dunia dan derajat yang tinggi di akhirat akan diraih oleh seorang hamba bukan karena keberhasilannya dalam mensalehkan keluarga, akan tetapi karena kesabaran dalam mendidik keluarganya pada ketaatan. Wallahu a'lam.


Dan (ibadurrahman) mereka yang berkata, "Hai Tuhan kami! Jadikanlah dari istri-istri kami dan anak-cucu kami, penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang taqwa". Mereka itu akan dibalas dengan derajat yang tinggi lantaran kesabaran mereka, dan akan disambut di surga dengan penghormatan dan kesejahteraan. QS.A1 Furqan:74-75
Tafsir Mufradat
berasal dari kata (Arab) yang artinya dingin (Arab), hal itu disebabkan orang Arab merasa tidak nyaman pandangan matanya di musim panas, dan merasa nyaman jika dipandangkan di musim dingin. Dan juga sesungguhnya air mata kebahagiaan itu akan terasa dingin, sedangkan air mata kesedihan akan terasa panas. A1 Qurthubi, l3:82
asal artinya adalah setiap bangunan yang tinggi, yang di maksud di sini adalah derajat yang tinggi (surga).
Tafsir Ayat
Pada ayat di atas Allah swt. menerangkan salah satu sifat ibadurrahman (hamba Allah yang saleh) yaitu berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah swt. meminta dijadikan dari istri-istinya dan anak-cucunya pendingin mata penyejuk hatinya dalam ketaatan kepada Allah.
Seorang mukmin sejati apabila melihat keluarganya taat kepada Allah, hatinya akan merasakan kebahagiaan yang amat besar, dan keadaan seperti itulah yang sangat ia cintai di dunia ini. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu'abil Iman dari Hasan Al-Bisri:
(Arab)
Ia (Al-Hasan) pernah ditanya mengenai ayat ini Q.S. Al Furqan:74, "Apakah qurrata a'yun itu di dunia atau di akhirat?" Ia menjawab, "Tidak, demi Allah bahkan di dunia ini". Kemudian ditanyakan lagi. "Apa yang dimaksud dengannya itu?" Jawabnya, "Yaitu seorang muslim melihat istrinya, anak-cucunya, saudaranya, kawan karibnya taat kepada Allah. Dan tidak, demi Allah, tidak ada satu apa pun yang paling dicintai oleh seorang muslim dari pada melihat anak, orang tua, kawan karib, atau saudaranya taat kepada Allah." Ad Durrul Mantsur, 6:284
Ketaatan mereka di dunia ini akan bermanfaat baginya di waktu hidup dan setelah mati. Sedangkan di akhirat mereka akan dipertemukan di tempat kemuliaan yang sama.
Mereka juga meminta kepada Allah supaya dijadikan pemimpin yang menjadi tauladan dalam menegakkan agama ini dengan keluasan ilmu dan kesalehan amal. Dua permintaan mereka inilah yang akan menjadi amal yang tak pernah putus pahalanya, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
(Arab)
"Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah segals amalnya. Kecuali tiga perkara, anak saleh yang mendoakannya, ilmu yang bermanfaat setelahnya, dan shadaqah jariyah". H.R. Muslim
Sebaliknya, jika yang mereka lihat dari keluarganya itu bukan ketaatan kepada Allah, malah kemaksiatan yang mereka lakukan, maka di dalam hatinya ada suatu penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan.
Sesungguhnya inilah yang difirmankan Allah swt.
(Arab)
Terkadang kita hanya menghapalkan dua permintaan dari doa yang dipanjatkan kepada Allah swt. oleh ibadurrahman pada ayat di atas. Namun lupa akan amal saleh apa saja yang mereka lakukan sebelum memanjatkan doa ini kepada Allah.           Ternyata sebelum memanjatkan dua permintaan di atas kepada Allah, terlebih dahului mereka menuhi dirinya dengan berbagai         amal saleh dan membersihkan diri dari berbagai amal jelek. Baru setelah berusaha mensalehkan diri seukuran dengan kemampuan, mereka meminta kepada Allah keluarga yang sejalan dengan kesalehan dirinya.
Al Qurthubi berkata,"Allah swt. mensifati ibadurrahman dengan   sebelas sifat yang terpuji, berupa          takhalli (memenuhi diri dengan berbagai       amal saleh) dan takhalli (membersihkan diri dari berbagai amal jelek) yaitu: Tawadu, lemah lembut, tahajjud, takut dari azab Allah, tidak berlebihan dan tidak bakhil dalam berinfak, jauh dari syirik, bersih dari zina dan pembunuhan, menjauhi dusta, menerima nasihat, dan  berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah. Lalu Ia menjelaskan pahala yang mulia bagi mereka yaitu mencapai Al Ghurfah (derajat yang tinggi) yakni tempat yang paling tinggi dan paling utama di surga. Sebagaimana bahwasanya Al Ghurfah adalah bangunan yang tinggi di dunia. Shafwat Tafasir 2:272
AlGhurfah, kemulian di dunia dan derajat yang tinggi di akhirat akan diraih oleh seorang hamba bukan karena keberhasilannya dalam mensalehkan keluarga, akan tetapi karena kesabaran dalam mendidik keluarganya pada ketaatan. Wallahu a'lam.

Pengunjung