PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa
terhadap anak (yang dianggap belum
dewasa) untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan hakikatnya adalah upaya
membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat
kemanusiaannya, atau mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan
statusnya berdasarkan nilai–nilai dan norma–norma yang diakuinya. Jadi,
pendidikan memiliki fungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normativ dan
untuk itu mesti dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab I Pasal 1 Ayat 1,
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal tersebut sejalan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053 V/2003, yaitu tujuan pendidikan di
Sekolah Dasar (SD) adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar baca, tulis,
hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Namun, untuk mencapai semua
itu tidaklah mudah. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
waktu ke waktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan
dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu di antaranya bidang pendidikan.
Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan adanya
peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tak lepas
dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Menurut Darsono (2000)
bahwa sekolah merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi:
(1) tujuan pelajaran umum dan khusus, (2) bahan pelajaran yang tersusun
sistematis, (3) metode/strategi pembelajaran, dan (4) sistem evaluasi untuk
mengetahui hingga mana tujuan tercapai. Menurut Darsono (2001), proses
pembelajaran secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi
perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke
arah yang lebih baik.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan
mereproduksi serta mengelaborasi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih
baik, antara lain dalam hal pembentukan wawasan, kepribadian, keterampilan dan
kematangan intelektual peserta didik. Dalam lembaga formal proses reproduksi
sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar
mengajar sejumlah mata pelajaran dalam kelas.
Menyadari betapa pentingnya pendidikan, telah banyak
dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Upaya ini dapat
dilihat dari langkah penyempurnaan kurikulum yang terus dilakukan, peningkatan
kualitas guru bidang studi, penyediaan dan pembaruan buku ajar, penyediaan dan
perlengkapan alat-alat pelajaran, pengembangan pendekatan yang lebih relevan
dan efektif mencapai tujuan pembelajaran, dan masih banyak usaha lain yang
ditempuh untuk memperbaiki pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Namun
demikian sampai sejauh ini pencapaian hasil belajar siswa di sekolah secara
umum dapat dinyatakan masih belum sesuai dengan harapan.
Hal itu dapat dilihat dari masih sulitnya siswa dalam
mencapai proses pembelajaran yang efektif dan optimal. Seperti yang kita
ketahui, bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut
meliputi tujuan/kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen
pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan
pendekatan dan model pembelajaran.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas
tentang berbagai hal yang terkait dengan pola-pola pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran. Adapun judul makalah ini yaitu “Pendekatan Pembelajaran.”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar
belakang diatas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini. Permasalahan tersebut yaitu:
1) Bagaimanakah pengertian
pendekatan pembelajaran itu?
2) Bagaimanakah macam-macam
pendekatan pembelajaran?
C.
Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian
pendekatan pembelajaran.
2) Untuk mengetahui macam-macam
pendekatan pembelajaran.
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian
ini, yaitu :
1)
Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan pengetahuan
tentang pendekatan pembelajaran di sekolah.
2)
Manfaat Praktis
a.
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengalaman berharga kepada
guru-guru dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya di SD.
b. Memberikan sumbang
saran pembelajaran yang dapat diaplikasikan guna pengelolaan pembelajaran yang
inovativ dan berkualitas di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan
Pembelajaran
Dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu
melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, menentukan
strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan pembelajaran.
Kata pendekatan
adalah salah satu pengertian harfiah (menurut kata) dari kata (bahasa Inggris) “approach” yang artinya penghampiran,
jalan, tindakan mendekati. Kata pembelajaran
adalah terjemahan dari kata ”instruction”
yang artinya pengajaran atau pembelajar. Secara teknis pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai jalan yang digunakan oleh guru atau pembelajar untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Belajar dalam
konteks ini harus diartikan mengalami peristiwa perubahan perilaku dan
menghasilkan perilaku baru sebagai hasil dari peristiwa itu. Lebih luas lagi,
pendekatan pembelajaran sebagai konsep mencakup asumsi dasar tentang siswa,
tentang proses belajar, dan tentang suasana yang dapat menciptakan terjadinya
peristiwa belajar.
Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh
Ujang Sukandi (2003:39) adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah semua tampak
kemerah-merahan. Sedangkan menurut Joni (1992/1993) pendekatan umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian.
Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas
belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba
menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach),
misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5).
Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu
pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran
sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai
dokumen tetap dimaknai sebagai suatu kerangka
umum dalam praktek profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang
dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum. Hal tersebut berguna
untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu
para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3)
sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai
bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain kurikulum dan
pembelajaran yang terintegrasi.
Pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian
yang terus berkembang, oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang di maknai
selain sebagai kerangka umum untuk praktek
profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang praktik
pembelajaran, maupun petunjuk pelaksanaanya. Selain itu dokumen itu juga
dimaksudkan untuk mendorong para guru untuk: (1) mengkaji lebih jauh tentang
pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lainnya; (2) menjadi bahan refleksi
tentang pembelajaran yang sudah dilakukannya; (3) merupakan seni, seperti hal
nya ilmu mengajar yang terus berkembang, dan (4) juga sebagai katalisator
untuk mengembangkan profesional guru lebih lanjut.
Gambaran mengenai pendekatan
pembelajaran yang lebih jelas terdapat dalam artikel pendidikan yang
diterbitkan oleh Saskatchewan
education (1980). Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka
besar tentang tugas profesional guru yang di dalamnya meliputi: model-model
pembelajaran, Strategi-strategi pembelajaran, metode-metode pembelajaran dan
juga keterampilan-keterampilan mengajar. Pendekatan pembelajaran juga
merupakan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dengan menyusun dan
memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun
keterampilan mengajar tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan
di atas, pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum
tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai
suatu tujuan pembelajaran. Pernyataan tersebut juga memperlihatkan dengan lebih
jelas tentang hubungan antara model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran dan keterampilan mengajar.
Menurut Philip R. Wallace (1992: 13)
pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi 2, yaitu: Pendekatan konservatif (conservative
approaches) dan pendekatan liberal (liberal approach). Pendekatan
konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana
umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.
Sedangkan pendekatan liberal (liberal approaches) adalah pendekatan
pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan
strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.
Mungkin kita kurang familier dengan istilah pendekatan konservatif
dan pendekatan liberal. Sekarang para ahli pendidikan lebih senang
menggunakan istilah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered
approach) untuk pendekatan konservatif dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student centered approach) untuk pendekatan liberal. McCombs
and Whistler (1997), Papalia (1996), Stuart (1997), Silberman (1996) dan Benson
and Voller (1997) lebih suka menggunakan istilah tersebut.
Di Indonesia kedua istilah di atas lebih familier digunakan dengan
istilah pendekatan konvensional dan pendekatan siswa aktif atau PAKEM. Kosa
kata PAKEM yang merupakan kependekakan dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan tersebut mulai banyak digunakan sejak tahun 1999, yaitu pada
saat UNICEF dan UNESCO membantu untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
Indonesia dengan programnya CLCC (Creating Learning communities for
Children) yang kemudian di Indonesia lebih dikenal dengan program MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah). Sejak saat itu untuk membandingkan antara
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, hampir semua program bantuan luar negeri di Indonesia seperti: PLAN, AUSAID,
USAID, NZAID, dan Intel Teach lebih suka menggunakan istilah pendekatan
konvensional v.s pendekatan siswa aktif/PAKEM. Bahkan mulai tahun 2003
Departemen Pendidikan Nasional juga sudah sering menggunakan istilah tersebut.
Baik dalam pendekatan pembelajaran konvensional maupun dalam pendekatan
pembelajaran PAKEM di dalamnya ada: model-model pembelajaran (instructional
models), strategi pembelajaran (instructional strategies),
metode-metode pembelajaran (instructional methods) dan ada juga
keterampilan-keterampilan mengajar (instructional skills).
Jadi berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
B.
Macam-macam Pendekatan
Pembelajaran
Secara umum pendekatan
pembelajaran terdapat dua macam, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru. Namun, dari
kedua pendekatan pembelajaran terebut dapat dijabarkan menjadi beberapa
pendekatan pembelajaran. Adapun pendekatan pembelajaran yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu pendekatan sistem, pendekatan kognitif, pendekatan sosial
budaya, pendekatan humanistik, pendekatan kewarganegaraan, dan pendekatan
integratif.
1. Pendekatan Sistem
Pendekatan
sistem melihat pembelajaran sebagai suatu sistem, yaitu peristiwa yang memiliki
unsur-unsur, yang mempunyai fungsi tersendiri yang di dalam suatu kesatuan
seluruh unsur itu berfungsi bersama dengan suatu tujuan. Menurut Tyler (1947)
peletak dasar konsep pembelajaran ada 4 unsur atau elemen pembelajaran, yaitu:
a.
Perumusan tujuan,
b.
Pemilihan pengalaman belajar,
c.
Pengorganisasian pengalaman belajar, dan
d.
Penilaian pencapaian tujuan.
Bertolak dari
pemikiran Tyler ini para ahli kurikulum dan pembelajaran seperti Taba (1967),
Wheeler (1970), Cohen & Deer (1977), dan Oleva (1986) menjabarkan keempat
elemen itu dan membangunnya dalam kerangka konseptual suatu sistem
pembelajaran. Meskipun tampilan dari kerangka itu berbeda satu sama lain
akan tetapi keempat elemen dasar itu
tetap menjadi bagian yang menonjol dari sistem pembelajaran.
Pendekatan
sistem secara utuh biasa digunakan dalam perancangan suatu pembelajaran.
Penerapan pendekatan ini dapat dilihat pada model Dick and Carey sebagai
berikut: Lampiran
Ciri pokok
pembelajaran yang merupakan sistem antara lain terletak pada unsur balikan atau
umpan balik yang mencerminkan kaitan semua unsur dalam mencapai suatu tujuan.
Penerapan pendekatan sistem dalam pembelajaran kelihatan memandang proses
pembelajaran sebagai proses rekayasa perilaku. Pandangan ini cenderung
menitikberatkan pada perilaku yang dirumuskan terlebih dahulu yang dituangkan
ke dalam tujuan. Tujuan inilah yang dijadikan titik berangkat dan selanjutnya
menjadi ukuran atau kriteria proses belajar siswa. Dari sisi ini kita dapat
melihat bahwa pendekatan sistem cenderung menjabarkan terbentuknya perilaku di
luar tujuan. Karena itu pendekatan ini terasa atomistik (bersifat detail) dan tidak holistik (bersifat menyeluruh).
2. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif
pembelajaran berkaitan erat dengan teori belajar kognitif. Sebagaimana
dinyatakan oleh Bruner (1964) teori belajar bersifat deskriptif artinya
memaparkan bagaimana individu belajar. Pendekatan kognitif pembelajaran
merupakan teori pembelajaran bersifat preskriptif artinya memandu bagaimana
mengajarkan sesuatu.
Pendekatan kognitif
pembelajaran beranjak dari teori perkembangan kognitif Piaget (1970). Menurut
Piaget proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar yaitu asimisilasi,
akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian data baru
ke dalam struktur kognitif. Secara sederhana yang dimaksud struktur kognitif
atau disebut juga skemata adalah data atau pengetahuan yang ada dalam pikiran. Akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru. Sedangkan
equilibrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus-menerus antara
asimilasi dan akomodasi. Ketiga proses itu mempengaruhi perkembangan kognitif
seseorang.
Menurut Piaget ada empat tahap
perkembangan kognitif sebagai berikut:
Rentang usia
|
Tahap
|
Ciri pokok
|
Lahir- (1,5-2) tahun
|
Sensori motor
|
- prasimbolik dan praverbal
- perkembangan pola
gerak
|
(2-3) – (7-8) tahun
|
Preoperasional
|
- mulai berpikir
logis parsial
- proses berpikir
atas dasar isyarat perseptual
- perkembangan bahasa
|
(7-8) – (12-14) tahun
|
Operasional-konkrit
|
- muncul refleksi
dasar
- melihat pandangan
lain
- kesepakatan aturan
- kerjasama dengan
aturan
- berpikir logis
terkait objek
- berpikir bebas dari
isyarat perseptual
|
Lebih dari 14 tahun
|
Operasional formal
|
- berpikir masa depan
- mulai peran dewasa
- mulai berpikir
logis tentang banyak faktor
- berpikir hipoketris
kekonkrit
|
Pendekatan pembelajaran yang
bertolak dari teori kognitif mencakup tiga kegiatan pokok:
a. memberi sarana bagi
proses pembangunan pengetahuan anak
b. memberi sarana
berpikir operasional
c. memberi sarana
berpikir operasi-formal
Untuk dapat membangun pengetahuan,
anak disarankan untuk tidak menggunakan strategi pembelajaran langsung yang
bersifat deduktif. Alasannya bila ide abstrak dan prinsip diajarkan secara
deduktif akan bertentangan dengan persepsi spontan anak dan akan menjadi
bingung. Hal tersebut selanjutnya akan dapat menimbulkan perkembangan yang
tidak diinginkan dimana inisiatif anak untuk membangun pengetahuan akan
terganggu. Disamping itu anak akan
kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya. Yang perlu dilakukan dalam
membangun pengetahuan anak adalah menciptakan situasi kelas yang memungkinkan
siswa yang memiliki taraf kognitif yang berbeda dapat belajar dengan caranya.
Para siswa harus memperoleh kesempatan yang memadai untuk membangun dan
mengkoordinasikan berbagai hubungan yang dapat dicobanya.
Berpikir operasional yang
logis dimulai dari pembangunan struktur berpikir operasi konkrit. Struktur itu
mencakup proses menggolongkan,membuat urutan, memahami panjang, jumlah dan
ruang melalui pengenalan ciri-ciri positif dari situasi. Anak harus mengenal
konflik untuk dapat menata proses berpikirnya. Untuk itu, dalam pembelajaran
seyogyanya menghindarkan penggunaan strategi deduktif. Alasannya adalah bahasa
penerimaan konsep atau aturan secara verbal tidak mendukung pembangunan proses
berpikir. Proses berpikir sesungguhnya merupakan hasil dari kegiatan
penyelesaian konflik dalam diri individu. Oleh karena itu, pembelajaran
seyogyanya menggunakan aneka ragam kegiatan yang memungkinkan siswa dapat
berlatih banyak mengembangkan proses berpikirnya. Permainan (games) dan
kegiatan lainnya disarankan untuk digunakan dalam proses penggolongan dan
penyusunan urutan.
Berpikir dengan menggunakan
operasi formal ditandai oleh kemampuan menghubungkan berbagai kemungkinan satu
sama lain. Untuk ini siswa dapat memulainya melalui percobaan, menyusun, dan
mengetes hipotesis. Suasana kelas yang harus diciptakan bukan percobaan yang
dirancang sebelumnya tetapi yang dilakukan oleh siswa. Metode ceramah sama
sekali tidak sesuai.
Yang perlu kita ingat adalah
untuk membangun proses kognitif diperlukan proses pembelajaran yang memberikan
perhatian lebih banyak pada pengembangan keterampilan belajar bagaimana
belajar, pemberian kemudahan proses transfer, pengembangan keterampilan
pemecahan masalah, dan pembangunan interaksi antar siswa.
3. Pendekatan Sosial
Budaya
Pendekatan
sosial budaya dalam pembelajaran bertolak antara lain dari teori belajar sosial
dari Albert Bandura. Teori tersebut mencoba menjelaskan proses belajar di dalam
setting atau situasi yang alami. Diakui bagaimanapun juga lingkungan sosial
memberikan banyak kesempatan kepada individu untuk memperoleh keterampilan dan
kemampuan melalui pengamatan terhadap perilaku contoh dan implikasinya terhadap
perilaku individu. Teori sosial bertolak dari asumsi berikut:
a.
Hakikat belajar dalam setting alami
b.
Hubungan antara pembelajar dengan lingkungan
c.
Batasan tentang apa yang dipelajari
a. Hakikat belajar
Konsep
belajar menurut para behaviorist yang menitik beratkan hubungan antara stimulus
dan respon oleh Bandura diberi atribut baru dengan prinsip ”matching behaviors”
(perilaku penyesuaian). Perilaku penyesuaian ini diperoleh seseorang melalui
terpaan model, misalnya seorang anak melihat perilaku orang tuanya. Bandura
(1971) mengkonsepkan dua proses penyesuaian yakni ”instantaneous matching dan
delayed matching”. Dalam instantaneous matching pebelajar secara pribadi
menunjukkan perilakunya, kemudian dikuatkan dan langsung menghasilkan
pengalaman belajar. Dalam delayed matching pebelajar mengamati perilaku yang
dikuatkan kemudian ia menunjukkan perilaku yang sama.
b. Hubungan Pebelajar
dengan Lingkungan
Menurut
Bandura fenomena delayed matching yang berbentuk peniruan dan berbagai perilaku
prososial dan anti sosial yang diperoleh individu tidak dapat dijelaskan dalam
bentuk hubungan satu arah. Menurut pandangan teori sosial baik perilaku maupun
lingkunga sama-sama dapat berubah. Namun demikian suatu perilaku kompleks tidak
dengan mudah dapat dijelaskan dalam bentuk hubungan dua arah. Yang sesungguhnya
terjadi kebanyakan pengaruh lingkungan dijembatani oleh berbagai faktor
internal pribadi. Karena itu Bandura mengkonseptualisasi adanya tiga cara
saling keterkaitan antara behavior (perilaku), the environment (lingkungan),
dan proses internal yang mempengaruhi persepsi dan tindakan.
Pendekatan pembelajaran
atas dasar teori sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Proses kognitif
pebelajar dan proses pengambilan keputusan diterima sebagai dua hal penting
dalam belajar.
2) Interaksi antara
lingkungan, faktor-faktor personal, dan perilaku merupakan tiga hal yang
menentukan proses belajar.
3) Hasil belajar
mencakup perilaku visual dan verbal.
4) Penerapan teori
sosial berkenaan dengan segi afektif, motoris atau keterampilan mengatur
sendiri disamping yang berkenaan dengan keterampilan kognitif.
5) Komponen utama dalam
pembelajaran adalah pengidentifikasian model yang tepat di dalam kelas,
membangun nilai fungsional dan perilaku, dan menciptakan keterkaitan proses
kognitif pebelajar.
4. Pendekatan Humanistik
Pendekatan
humanistik bertolak dari psikologi humanistik yang melihat proses belajar
sebagai proses membangun pengetahuan melalui pengalaman. Teori belajar ini
dikenal sebagai eksperiential learning. Teori belajar eksperiential learning
sebenarnya memanfaatkan konsep belajar dan teori kognitif Piaget dan Bruner. Hakikat
proses belajar adalah integrasi dan dinamika proses ”prehension” (penangkapan
makna) dan dinamika proses ”transformation” (pengubahan atau hasil
penangkapan). Berdasarkan konsepsi tersebut maka dalam diri seseorang terdapat
potensi gaya belajar yakni belajar dari pengalaman konkrit, belajar melalui konseptualisasi,
abstrak, belajar melalui pengamatan yang mendalam/reflektif, dan belajar
melalui eksperimentasi aktif. Dalam kenyataan masing-masing potensi belajar itu
memiliki intensitas yang berbeda. Karena itu dalam diri seseorang akan nampak
adanya kecenderungan dominasi dari dua potensi. Dengan demikian akan terdapat
empat tipe dalam belajar, yakni tipe asimilator, akomodator, converger, dan
diverger.
Pendekatan
pembelajaran yang bertolak dari konsep belajar eksperimensial yang bersifat
humanistik itu, ditandai oleh hal-hal berikut:
a. Partisipasi yang
ditandai kesepakatan, kebersamaan, tanggung jawab bersama, dan tidak otoriter.
b. Integrasi yang
ditandai dengan adanya interaksi, interpenetrasi, integrasi berpikir, perasaan,
dan tindakan.
c. Relevansi yang
ditandai oleh keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan dasar, kehidupan,
dan memiliki arti bagi senua orang baik emosional maupun intelektual.
d. Pribadi sebagai objek
utama belajar.
e. Tujuan yang berpusat pada
upaya mengembangkan manusia secara utuh dalam masyarakat yang benar-benar
manusiawi.
Pendekatan
pembelajaran yang humanistik ini dikenal juga sebagai ”confluent education”
yang mengintegrasikan elemen-elemen kognitif dan afektif serta belajar kelompok.
Muara dari pendekatan holistik dalam pembelajaran ini adalah berkembangnya
potensi manusia secara optimal. Dengan kata lain pebelajar harus dapat mencapai
sesuatu yang terbaik yang bisa dicapai.
5. Pendekatan
Kewarganegaraan
Pendekatan
kewarganegaraan dikenal sebagai sebagai salah satu pendekatan dalam pengajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendekatan ini berorientasi pada tujuan membina warga
negara yang baik. Dalam pengertian umum warga negara yang baik adalah warga
negara yang mengetaui, memahami dan menghayati hak dan kewajibannya dengan
penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab. Bagi Indonesia warga negara yang
baik adalah warga negara yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME,
berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
Dilihat dari
tujuan yang menjadi sasaran pendekatan kewarganegaraan, pendekatan ini termasuk
pendekatan yang bersifat multi dimensional yang mengintegrasikan konsep
keagamaan, psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik. Dalam praktek
pembelajaran, pendekatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk strategi/metode
pembelajaran yang ditandai hal-hal sebagai berikut.
a. Komitmen terhadap
negara dan bangsanya.
b. Kepekaan dan
ketanggapan pada masalah-masalah negara dan warga negara.
c. Keterlibatan dalam
kegiatan yang mengarah pada pengalaman pengambilan keputusan.
d. Proses berpikir
kritis dan kreatif yang memusatkan perhatian pada prinsip kesahihan dan
kecermatan dalam mengkaji suatu persoalan.
e. Rasa tanggung jawab
yaitu kesadaran dan kesediaan memikul resiko atau suatu tugas atau kegiatan.
Metode
belajar mengajar yang lazim digunakan dalam pendekatan kewarganegaraan ialah
transmisi langsung, penyingkapan terpadu, inquiri, pemecahan masalah, simulasi,
dan proyek.
6. Pendekatan Integratif
Pendekatan
integratif dimaksudkan sebagai pendekatan yang memusatkan perhatian pada suatu
masalah dengan menggunakan berbagai konsep dan metode serta berbagai bidang
ilmu. Pendekatan ini sering juga disebut pendekatan antar bidang ilmu. Salah
satu bentuk pendekatan yang saat ini mulai berkembang (terutama di Amerika
Serikat) adalah ”science technology and society approach (STS Approach) atau
pendekatan ilmu, teknologi, dan masyarakat. Pendekatan ini memusatkan perhatian
terhadap pengkajian masalah dan pemecahannya dari tiga sudut pandang yakni
ilmu, teknologi, dan masyarakat. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
integratif lebih banyak memanfaatkan metode pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu
melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, menentukan
strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan pembelajaran.
Jadi pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari kedua pendekatan
tersebut, terdapat beberapa macam pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan sistem,
pendekatan kognitif, pendekatan sosial budaya, pendekatan humanistik,
pendekatan kewarganegaraan, dan pendekatan integrativ.
B.
Saran
Peningkatan mutu pendidikan
dapat dilakukan dengan mereproduksi serta mengelaborasi sistem nilai dan budaya
kearah yang lebih baik, antara lain dalam hal pembentukan wawasan, kepribadian,
keterampilan dan kematangan intelektual peserta didik. Dalam lembaga formal
proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi
proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran dalam kelas.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari
berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen
tersebut meliputi tujuan/kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Keempat
komponen pembelajaran tersenbut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan
menentukan pendekatan dan model pembelajaran.
Untuk mencapai
keberhasilan proses belajar tersebut, maka dalam proses pembelajaran harus
menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat menantang dan
memotivasi siswa. Dalam menentukan keberhasilan suatu strategi atau pendekatan
pembelajaran, faktor karakteristik siswa merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dan dijadikan pertimbangan oleh guru. Oleh karena itu, strategi,
pendekatan dan model pembelajaran harus memperhatikan kecendrungan cara
berpikir siswa.
DAFTAR PUSTAKA
[
Depdiknas.
(2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdikbud.
Sagala, Syaiful. (2004). Proses
Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia: http://www.pbmtutik.blogspot.com. [17 April 2009].