BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengelolaan atau manajemen merupakan komponen integral
yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Pengelolaan pendidikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Gaffar (1989)
mengemukakan bahwa pengelolaan pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses
kerjasama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional. Konsep pengelolaan pendidikan merupakan hakikat
pemikiran mendalam yang komprehensif dan radikal tentang hakikat tujuan,
hakikat manusia dan hakikat kerja dalam melaksanakan proses pendidikan sehingga
dapat mencapai tujuan secara optimal, efisien dan efektif.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional yang optimal, maka pengelolaan pendidikan
harus dilakukan dengan baik dan sesuai. Agar pengelolaan pendidikan dapat
dilaksanakan dengan baik, maka dalam pengelolaan pendidikan harus terkandung
unsur-unsur pokok yang membangunnya. Unsur pokok dalam manajemen pendidikan
terdiri dari unsur kepemimpinan atau laethership, unsur kekuasaan, dan
pembuatan keputusan atau decission process. Ketiga unsur tersebut, memiliki
peran sentral dalam proses pengelolaan sebuah organisasi, termasuk organisasi
dalam bidang pendidikan. Seorang manajer dalam bidang pendidikan seyogianya
menguasai dan memahami makna ketiga hal diatas secara seksama. Apabila ketiga
unsur pokok tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dalam mengelola pendidikan,
maka tujuan pendidikan nasional dapat tercapai secara optimal.
Saat ini,
pengelolaan pendidikan di Indonesia masih belum dilaksanakan berdasarkan ketiga
unsur-unsur pokok yang telah disebutkan diatas. Oleh karena itu, supaya
pendidikan nasional dapat tercapai secara optimal, diharapkan para pendidik
atau orang-orang yang berhubungan dengan pendidikan mengetahui unsur-unsur
pokok dalam pengelolaan pendidikan.
1.2.
Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang diatas dan sesuai dengan judul makalah, maka penyusun
membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, permasalahan tersebut
yaitu “Apa saja Unsur pokok dalam pengelolaan
pendidikan?”. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan
menjadi beberapa sub-sub permasalahan. Rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Apakah pengertian kepemimpinan
pemimpin ?
2. Apa pengertian
pemimpin ?
3. Apa saja prinsip-prinsip,
sifat-sifat dan karakteristik pemimpin itu ?
4. Apa tugas dan peran
seorang pemimpin ?
5. Apa pengertian
kekuasaan dan wewenang ?
6. Bagaimana pembuatan
kekuasaan yang baik dan sesuai ?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui
pengertian kepemimpinan pemimpin ?
2. Untuk mengetahui
pengertian pemimpin ?
3. Untuk mengetahui
prinsip-prinsip, sifat-sifat dan karakteristik pemimpin itu ?
4. Untuk mengetahui
tugas dan peran seorang pemimpin ?
5. Untuk mengetahui
pengertian kekuasaan dan wewenang ?
6. Untuk mengetahui
pembuatan kekuasaan yang baik dan sesuai ?
1.4. Manfaat
Adapun
manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Dapat memberikan
pengetahuan mengenai unsur
pokok pengelolaan pendidikan.
2.
Memberikan petunjuk tentang bagaimana mengelola pendidikan dengan baik.
3.
Sebagai salah satu sumber bacaan
mengenai unsur pokok pengelolaan
pendidikan.
1.5. Metode
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini yaitu teknik tinjauan kepustakaan. Penulis mengumpulkan
data dengan cara membaca buku sumber dan literatur yang tepat dan sesuai untuk
mempermudah dan memperlancar proses penyusunan makalah ini.
1.6. Sistematika Pembahasan
Sistematika
pembahasan yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
Terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode dan sistematika
pembahasan.
BAB II Unsur Pokok Pengelolaan Pendidiakan
Terdiri
dari pengertian kepemimpinan, pengertian pemimpin, prinsip-prinsip,
sifat-sifat dan karakteristik pemimpin, tugas dan peran pemimpin, kekuasaan dan wewenang, pembuatan
kekuasaan.
BAB III Penutup
Terdiri
dari kesimpulan dan saran.
BAB II
UNSUR POKOK
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Unsur pokok
dalam manajemen pendidikan terdiri dari unsur kepemimpinan atau laethership,
unsur kekuasaan, dan pembuatan keputusan atau decission process. Ketiga unsur
tersebut, memiliki peran sentral dalam proses pengelolaan sebuah organisasi,
termasuk organisasi dalam bidang pendidikan. Seorang manajer dalam bidang
pendidikan seyogianya menguasai dan memahami makna ketiga hal diatas secara seksama.
2.1. Pengertian Kemimpinan
Apakah arti
kepemimpinan? Menurut sejarah, masa
“kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada
beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
- Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
- Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
- Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
- Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
- Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
- Kepemimpinan adalah pola hubungan dan bentuk kerjasama antara orang-orang yang dinamis dan memberikan arah kelompoknya (Ade Rukmana, 4).
- Menurut Slamet (2002: 29) kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi pengikut bukan dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai tujuan tertentu.
- kepemimpinan dalam konteks pembaruan adalah kepemimpinan yang memiliki visi dengan kepekaan, kemampuan, dan kemauan untuk memahami tanda-tanda yang ada , visi yang berkembang, nilai yang dianut dan tantangan yang dihadapi (Roin B Possey).
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi
bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu
maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke
orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau
organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah
mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
2.2. Pengertian Pemimpin
Pemimpin
adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai
tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan
hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23). Menurut Slamet (2002: 29) kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang
agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam kerjanya
dengan menggunakan kekuasaan (Nanang Fattah, 88).
2.3. Prinsip-Prinsip, Sifat-Sifat, dan Karakteristik
Pemimpin
Prinsip,
sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi
dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan
berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk
yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan
yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik
seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.
Coney) sebagai berikut:
1.
Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga
diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan
mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber
belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab
prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan
utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif
Setiap
orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan
pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu
dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak
ditentukan. Oleh karena itu, seorang
pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf
bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan
yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam
kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan
olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara
kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’
sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan
untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu
tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas,
kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi
dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan
lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok
dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah
satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja
secara perorangan. Seorang pemimpin
harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri
sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi;
(2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi
kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil;
(6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang
diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri
lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah,
karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan
keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan
latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat
penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan.
Selain prinsip-prinsip diatas, seorang pemimpin juga
harus memiliki sifata-sifat dan karakteristik. Terdapat beberapa pendapat dari
para ahli mengenai sifat-sifat dan karakteristik pemimpin, yaitu :
1.
Menurut Gerungan pemimpin harus
memiliki penglihatan sosial, kecakapan berpikir abstrak dan keseimbangan emosi.
2.
Menurut Slikboer seorang pemimipin
harus memiliki sifat dan karakteristik dalam bidang intelektual, berkaitan
dengan watak dan berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin.
3.
Menurut Ruslan Abdulgani pemimpin
harus menggunakan pikiran, rohani dan jasmaninya.
4.
Menurut Henry Fayol pemimpin harus
sehat, cerdas, setia, jujur berpendidikan, dan berpengalaman.
5.
Menurut G R Terry pemimpin harus
mempunyai kekuatan, kestabilan emosi, kemampuan hubungan manusiawi, dorongan
pribadi, keterampilan berkomunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan bergaul, dan
kemampuan teknis.
6.
Menurut Ordway Teed seorang
pemimpin harus penuh energi, semangat mencapai tujuan, memiliki gairah kerja,
ramah, jujur, punya keahlian teknis, mampu mengambil keputusan, cerdas, punya
keahlian, mengajar, dan punya keahlian.
7.
Menurut Koontz O’Donnel pemimpin
harus memiliki kecerdasan diatas yang dipimpin, punya perhatian terhadap
kepentingan menyeluruh, kelancaran berbicara, mental berpikir, dapat
mengendalikan emosi, dorongan pribadi, dan memahami pentingnya kerjasama.
8.
Menurut Nanang Fattah dan Moch Ali
karakteristik dalam paradigma perubahan yang berorientasi mutu :
·
Memiliki visi yang kuat,
mampu merencanakan masa depan berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan
perubahan yang akan terjadi 5 sampai 10 tahun mendatang.
·
Selalu berorientasi untuk
menghasilkan kinerja organisasi sekolah yang bermutu tinggi.
·
Menselaraskan antara
kompensasi dengan tingkat kerja.
·
Menciptakan mitra kerja
berdasarkan kolaborasi secara intensif dan bermutu.
·
Mampu merencanakan kerja
dengan cermat dalam upaya kesinambungan kepemimpinan.
2.4. Tugas dan Peran Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang
pemimpin adalah:
1.
Pemimpin bekerja dengan orang
lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah
satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi
sebaik orang diluar organisasi.
2.
Pemimpin adalah tanggung jawab
dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3.
Pemimpin menyeimbangkan
pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun
tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin
harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf.
Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan
menyelesaikan masalah secara efektif.
4.
Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi
seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5.
Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada
setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi
seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1.
Peran hubungan antar perorangan,
dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim,
pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2.
Fungsi Peran informal sebagai
monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3.
Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha,
penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
2.5. Pendekatan Perilaku Pemimpin
1.
Menurut Owen perilaku dapat dipelajari, hal ini
berarti bahwa orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan
dapat memimpin secara efektif.
2.
Menurut Robert F. Bales kebanyakan kelompok yang
efektif mempunyai bentuk kepemimpinan terbagi (shared leathership), umpamanya
satu orang menjalankan tugas, anggota lain melakukan fungsi sosial.
3.
Robert Tannenbaum dan Schmidt memandang berbagai
macam gaya pemimpin sebagai kontinum. Kontinum yang terdiri dari ragam gaya kepemimpinan
sangat bergantung pada situasi dan perpaduan antara kepribadian pemimpin dan
jenis struktur tugas dalam organisasi tertentu.
4.
Ohio State University melukiskan dua aspek
kepemimpinan, yaitu :
a.
Inistating structure : cara pemimpin melukiskan
hubungan dengan bawahan dalam menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi,
metode dan prosedur.
b.
Considerarion : berkaitan dengan saling
mempercayai, penghargaan dan kehangatan antara pimpinan dan bawahan.
Gaya-gaya kepemipinan dasar
Supportive or Human Relation Leadership
·
Orientasi orang tinggi
·
Orientasi tugas rendah
|
Participative
or Democratic Leadership
·
Orientasi orang tinggi
·
Orientasi tugas rendah
|
Abdicative or Laissez-faire
Leadership
·
Orientasi orang tinggi
·
Orientasi tugas rendah
|
Directive or Otocratic
Leadership
·
Orientasi
·
Orientasi tugas ringgi
|
Tinggi
Orientasi Orang
Rendah
Rendah Orientasi Tugas Tinggi
Rendah Orientasi Tugas Tinggi
Kisi-kisi Manajerial (Managerial Grid)
1.9
|
9.9
|
|
5.5
|
||
1.1
|
9.1
|
Tinggi
Perhatian
Kepada Orang
Rendah
Rendah Orientasi Tugas Tinggi
Rendah Orientasi Tugas Tinggi
Keterangan
: Sistem misi Blake dan Mouton
Gaya Pemimpin 1.1 tergolong pemimpin miskin (impoverished management)
Gaya Pemimpin 1.9 adalah kekeluargaan (country club)
Gaya Pemimpin 9.1 adalah manajemen tugas (task) atau gaya otoriter
Gaya Pemimpin 5.5 gaya manajemen jalan tengah (middle of road)
Gaya Pemimpin 9.9 manajemen kelompok atau demokratis
Sistem kepemimpinan Likert
Kepemimpinan sistem 1 : membuat semua
keputusan dengan pekerjaan dan memerintahkan bawahan untuk melaksanakannya.
Kepemimpinan sistem 2 : masih memberi
perintah-perintah, tetapi bawahan masih mempunyai kebebasan tertentu untuk
mengomentari perintah.
Kepemimpinan sistem 3 : menetapkan tujuan
dan memberi perintah umum setelah dibahas bersama bawahan.
Kepemimpinan sistem 4 : tujuan
ditetapkan dan keputusan dibuat oleh kelompok (sistem ideal).
Pendekatan
Kepemimpinan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa
keefektifan kepemimpinan bergantung kepada kecocokan antara pribadi, tugas,
kekuasaan, sikap dan persepsi. Pendukung pendekatan ini adalah Model Kontingensi Fiedler, Model Normatif
Vroom Tetton, dan Teoti Jalur Tujuan (The Pat Goal Theory).
Variasi
Kepemimpinan dengan Variasi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut yaitu kepribadian, pengalaman
masa lalu dan harapan, pengharapan dan perilaku atasan, kebutuhan tugas,
karakteristik harapan dan perilaku bawahan, iklim dan kebijakan organisasi
serta harapan dan perilaku rekanan.
2.6. Kekuasaan dan Wewenang
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan. Menurut Stoner ........semakin banyak jumlah sumber kekuasaan
yang tersedia bagi pimpinan semakin besar potensi kepemimpinan yang efektif.
Wewenang merupakan hak kelembagaan menggunakan
kekuasaan. Menurut Mac Weber.......wewenang itu bermacam-macam, ada wewenang
rasional, hukum, tradisi, dan kharismatik. Sedangkan menurut Newman, wewenang
dapat dibedakan menjadi :
1.
Wewenang hukum yaitu Wewenang yang dimiliki
seseorang untuk menegakkan hukum, mewakili dan bertindak atas nama organisasi.
2.
Wewenang teknis yaitu seseorang dianggap pakar
tentang sesuatu hal.
3.
Wewenang berkuasa yaitu sumber utama yang hak
melakukan tindakan.
4.
Wewenang operasional yaitu sseorang diperbolehkan
melakukan tindakan tertentu.
Edgar H Schein mengemukakan bahwa
kekuasaan dalam arti yang sebenarnya adalah kekuatan untuk mengendalikan orang
lain sehingga orang lain sama sekali tidak punya pilihan, karena tidak berdaya
untuk memenuhi diri sendiri atau tidak mengetahui bagaimana memperoleh sumber
daya yang mereka perlukan.
Psikologi kekuasaan (Edgar H Schein)
1.
Kekuasaan yang memaksa (coercive power).....kemampuan
pemberi pengaruh untuk menghukum penerima.
2.
Kekuasaan imbalan (reward power).....kemampuan
memberi imbalan.
3.
Kekuasaan jabatan (legitimate power).....hak
kelembagaan.
4.
Kekuasaan ahli (expert power).....kekuasaan dokter
pasien.
5.
Kekuasaan acuan (referent power).....gengsi,
kebanggaan.
6.
Kekuasaan pribadi (personality power).....kualitas
pribadi memberi pengaruh.....Gandi, Sukarno.
2.7. Pembuatan Kekuasaan
Menurut Oteng Sutisna pembuatan keputusan
yaitu :
·
Merupakan syarat bagi kemungkinan hidup
organisasi.
·
Putusan dalam organisasi cukup kompleks, karena
melihat jumlah orang, pendidikan, pengetahuan, dan mungkin input yang bersifat
fakta.
·
Putusan yang baik ditandai oleh perbuatan yang
bertujuan dan rasional.
·
Putusan tidak bisa dibuat dengan cerdas kecuali
jika informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan tersedia.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Pengelolaan atau manajemen merupakan komponen integral
yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pengelolaan
pendidikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Gaffar (1989) mengemukakan bahwa
pengelolaan pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang
sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Jadi, pengelolaan pendidikan itu merupakan cara untuk menata dan
mengatur pendidikan agar tercapai tujuan yang optimal. Namun, untuk mencapai
tujuan yang optimal tersebut harus diperhatikan unsur-unsur pokok yang terdapat
didalam pengelolaan pendidikan.
Unsur pokok
dalam manajemen pendidikan terdiri dari unsur kepemimpinan atau laethership,
unsur kekuasaan, dan pembuatan keputusan atau decission process. Ketiga unsur
tersebut, memiliki peran sentral dalam proses pengelolaan sebuah organisasi,
termasuk organisasi dalam bidang pendidikan. Seorang manajer dalam bidang
pendidikan seyogianya menguasai dan memahami makna ketiga hal diatas secara
seksama.
3.2. Saran
Pengelolaan pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Oleh karena itu, sangat
diharapkan agar dinas pendidikan dan lembaga atau orang-orang yang terkait
dengan pendidikan dapat malaksanakan dan mengelola pendidikan dengan baik
berdasarkan unsure pokok yang membentuknya.