Sebelum saya Share Cerita Rakyat Lutung Kasarung Sebelumnya saya telah share Cerita Rakyat Danau Toba dan Cerita Rakyat Timun Mas,
Cerita Lutung Kasarung ini menjadi sebuah Cerita Legenda yang bersal
dari tataran sunda atau masyarakat Jawa Barat, Lutung kasarung sendiri
berarti Lutung yang tersesat, Okelah langsung saja untuk membaca Cerita
Rakyat Lutung Kasarung ini.
LUTUNG KASARUNG |
Cerita Rakyat Jawa Barat
Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin
oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak
Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Babak I
Sunan Ambu
|
:
|
Aduh-aduh, ieu teh meuni asa
hareudang bayeungyang kie hawa teh !
|
Patih
|
:
|
Muhun Gusti...... panginten, bade
hujan
|
Sunan Ambu
|
:
|
Der....... atuh hujan teh ngarah
rahayat sabar makmur ngokolahkeun pakaya.
|
Patih
|
:
|
Leres pisan Gusti
|
Sunan Ambu
|
:
|
Hey Ki Patih naha kamana Putra
kaula Raden Guru Minda teh, asa teu katembong ti isuk-isuk teh.
|
Patih
|
:
|
Ampun Gusti, Raden Guru Minda
nuju ngalamun wae ti enjing-enjing Gusti, ayeuna oge aya keneh di taman,
malih teu tuang-tuang acan. Sigana aya nu nuju diemutan.
|
Sunan Ambu
|
:
|
Euleuh-euleuh baruk putra keula
keur marojengja, beu... ambeu... boa-boa keur kapentang asmara.
|
Patih
|
:
|
Duka atuh gusti da bangun anu teu
gairah.
|
Sunan Ambu
|
:
|
Emh... emh... emh.. cing atuh
Kanjeng Patih, calukan kadieu putra kaula teh.
|
Patih
|
:
|
Mangga gusti.
|
Guru Minda
|
:
|
Ampun gusti rama, ieu putra
ngadeuheup.
|
Sunan Ambu
|
:
|
Beu.. kadieu anaking, ama rek
nanya, na kunaon putra ama nu kasep bet marorengja, naha kunaon?
|
Guru Minda
|
:
|
Ampun gusti rama, saleresna abdi
teh ngimpen.
|
Sunan Ambu
|
:
|
Baruk ngimpi, naha ngimpi naon
kasep? Cing carioskeun ka ama.
|
Guru Minda
|
:
|
Ampun gusti rama, tadi wengi teh
abdi ngimpen patepang sareng istri nu geulis kawanti-kawanti endah
kabina-bina, nu aya di marca pada ama, nu matak ieu manahmarojeng wae.
|
Sunan Ambu
|
:
|
Deudeuh teuing kasep, baruk putra
ama teh keur ka jamparing asih kapentang asmara.
|
Guru Minda
|
:
|
Leres ama, tapi eta ngimpen teh
asa pamohalan.
|
Sunan Ambu
|
:
|
Kieu sabenernamah anaking, hidep
teh geus ditakdirkeun ka Sang Hiang Widi, bakal ngadahup jeung Putri
Marcapada nu ayeuna di Karajaan Pasir Batang anu girang, tapi hidep kudu
ngalalana heula.
|
Guru Minda
|
:
|
Ngalalana kumaha ama?
|
Sunan Ambu
|
:
|
Nyaeta hidep kudu turun ti
kahiayangan tea, Ngumbara ka marcapada pikeun neangan pibojoeun tea, tapi
hidep kudu ngarobah rupa heula jadi lutung.
|
Guru Minda
|
:
|
Abdi siap ngalaksanakeun naon wae
pituduh Ama
|
Sunan Ambu
|
:
|
Tah kasep alus pisan ari kitu mah
hayu urang muja samedi pikeun ngarobah wujud hidep, tah engke bral miang ngalalana
ka Marcapada
|
Guru Minda
|
:
|
Mangga Ama.
|
Babak II
|
||
Lengser
|
:
|
Heu... heu... heu...
ambuing-ambuing emh betah geuning hirup di negara Pasir Batang teh, Rajana
someah darehdeh, handap asor, luhur budi jeung nyaah ka rakyat, euh ngan
hanjakal Gusti Prabu teh tos sepuh, bari teu boga anak lalaki keur panerus
kapamingpinan nagara. Gaduh putra 7 istri sadaya! Bari can gaduh minantu,
heuh... da uing ge daek jadi minantu Raja, ngeunah meureun!
|
Gulang-gulang I
|
:
|
Hey mamang lengser naha kunaon
keur ngomong sorangan jiga jalma owah
|
Lengser
|
:
|
Ah sok ngareureuwasan bae. Sok
ngaganggu katenangan batur, cicing geura!
|
Gulang-gulang I
|
:
|
Ih lain kitu mang lengser, tempo
geus jam sabaraha ieu teh, kapan rek aya riungan di karaton ngabadamikeun
perkawis gegentos raja.
|
Lengser
|
:
|
Yan ampun... heueuh poho geuning.
Aduh... aduh mangka ceunah riunganteh jam 2 ieu geus satengah 3, beu...
anbeu...
|
Gulang-gulang I
|
:
|
Enya atuh hayu buru
|
Lengser
|
:
|
Hayu atuh come on!
|
Lengser sumping
sareng Raja + Patih
|
||
Raja TA
(Tapak Agung)
|
:
|
Aduh... meuni asa raripuh awak
teh, ma’lum geus kolot... de mang lengser mana para putri kaula
|
Lengser
|
:
|
Sakedap deui gusti Prabu, ieu
bade jemput
|
Raja TA
|
:
|
Oh... heg atuh gancang!
|
Lengser datang jeung
7 putri
|
||
Lengser
|
:
|
Ieu Gusti Prabu, 7 Putri tos
sumping.
|
Purbararang
|
:
|
Ampun Ama Purbararang ngadeuheud
|
Purbakencana
|
:
|
Ampun Ama Purbarkencana ngadeuheud
|
Purbamanik
|
:
|
Ampun Ama Purbamanik ngadeuheud
|
Purbaleuwih
|
:
|
Ampun Ama Purbaleuwih ngadeuheud
|
Purbadewata
|
:
|
Ampun Ama Purbadewata ngadeuheud
|
Purbaendah
|
:
|
Ampun Ama Purbaendah ngadeuheud
|
Purbasari
|
:
|
Ampun Ama Purbasari ngadeuheud
|
Raja TA
|
:
|
Sembah sujud putri sadaya ditampi
ku ama
|
Purbararang
|
:
|
Dupi ama aya naon rehna abdi
sareng adi-adi dikempelkeun!
|
Raja TA
|
:
|
Nyaeta, hidep kabeh dikumpulkeun
teh aya badamikeuneun!
|
Purbakencana
|
:
|
Badanten perkawis naon ama!
|
Raja TA
|
:
|
Nya kieu iyeu teh, ama geus kolot
geus meujeuhna euruen jadi raja, geus hayang jadi patapa. Tapi...
|
Purbamanik
|
:
|
Dupi bingungna ama?
|
Raja TA
|
:
|
Bingung lantaran ama teu boga anak
lalaki nu bakal neruskeun kapamingpinan ama, kitu deui hidep can aya saurang
oge nu geus rarabi
|
Purbaendah
|
:
|
Naha kitu upami istri teu tiasa
mingpin nagari ama! Pana aya karajaan nu diluluguan ku Ratu atanapi Raja
istri
|
Raja TA
|
:
|
Tah eta pisan nu keur ku ama di
lugetan salila ieu teh
|
Purbaleuwih
|
:
|
Naha saha nu bade ditunjuk ku ama
mingpin karajaan Pasir Batang salajengna?
|
Raja TA
|
:
|
Hidep kabehna ku ama katingali
kawilang mampu, kabeh geulis, kabeh pinter, tapi ama geus mutuskeun yen nu
jadi gaganti ama teh, putri ama nu bungsu nyaeta nyimas Purbasari.
|
Putri 6
|
:
|
Hah... purbasari ???!
|
Purbararang
|
:
|
Naha teu tepat ama? Kapan
Purbasari teh alit keneh can mampu jadi pangimpin! Nu aya oge abdi anu
pangcikalna ama!
|
Raja TA
|
:
|
Ieu kaputusan ama! Kaputusan teu
bisa di ganggu gugat, pokona ti mimiti poe isuk nu diuk di ieu singgasana
nyeta Nyi Ratu Purbasari!
|
Purbararang
|
:
|
Ama teu adil! Bener teu adi-adi,
satuju teu ?
|
Putri 5
|
:
|
Heu... henteu...
|
Purbasari
|
:
|
Ampun ama. Saleresna abi ge teu
sanggem mingpin nagari, langkung sae teteh Purbararang wae.
|
Raja
|
:
|
Ieu kaputusan geus buleud! Hey
lengser ayeuna keneh umumkeun ka rahayat Pasir Batang, yeu Purbasari mingpin
nagari ti mimiti poe isuk.
|
Lengser
|
:
|
Mangga kalulanun.
|
Raja
|
:
|
Sok laksanakeun nyimas Purbasari,
pingpin nagari sing adil jeung bijaksana. Sing jadi anutan rakyat. Ayeuna ama
rek miang tatapa di jero guha.
|
Purbasari
|
:
|
Mangga ama diestoken pisan
|
Raja
|
:
|
Hey putri ama nu genep. Sok bantu
adi hidep dina ngaheuyuek nagri
|
Putri 6
|
:
|
Mangga ama wilujeng muja semedi
|
Purbararang
|
:
|
Hey sia Purbasari, tong waka gede
hate rek jadi Ratu, yeuh aing nu pantes ngarahan Pasir Batang girang mah
|
Purbakencana
|
:
|
Enya... si teteh nu pentesmah
budak leutik!
|
Purbasari
|
:
|
Ampun teteh-teteh mangga abdi teu
kaabotan.
|
Purbararang
|
:
|
Heh lain mewek siah!
|
:
|
Hey adi-adi kumaha mun si
Purbasari urang piceun ka leuweung satuju teu!
|
|
Putri 5
|
:
|
Satuju pisan
|
Purbararang
|
:
|
Tapi saacan dipiceun kumaha mun
urang remongan heula beungeutna ngarah siga bangbarongan
|
Purbamanik
|
:
|
Heueuh satuju pisan! Hey
Purbaleuwih cing cokot borehna urang cumang cemong tah si Purbasari teh
|
Purbaleuwih
|
:
|
Ieu teteh,
|
Purbaendah
|
:
|
Beu kadiekeun atuh tah ti teteh
Purbararang nu ngaborehan.
|
Purbararang
|
:
|
Hey Purbasari kadieu
|
Purbasari
|
:
|
Muhun teteh
|
Purbararang
|
:
|
Ha... ha... ha... ieu
beubeungetan sia nu geulis bakal siga bebegig, sok tah rarejeng leungena
|
Purbasari
|
:
|
Ampun teteh... ampun
|
Purbararang
|
:
|
Rasakeun tah siah, mantak ge ulah
sok cari muka ayeuna mukamu cemong ha...ha...
|
Purbasari
|
:
|
Ampun teteh ngga wae ieu nagara
di pingpin ku teteh...
|
purbararang
|
:
|
Nya pasti atuh! Lengser...
lengser... kadieu!
|
Lengser
|
:
|
Aya naon nyi Putri?
|
Purbararang
|
:
|
Piceun kaditu si Purbasari
saingan aing ka leweung, sugan dilegleg maung kadinya!
|
Lengser
|
:
|
Ma... mangga nyi Putri
Purbararang
|
Purbararang
|
:
|
Meunggeus tong cicing wae geura
mantog siah!!!
|
Lengser
|
:
|
Muhun hayu nyimas Purbasari
|
Purbararang
|
:
|
Ha ha ha geus euweuh tah si
kasebetan teh, hayu adi-adi urang happy happy lah!
|
Putri 5
|
:
|
Hayu teteh...
|
Babak III
|
||
Lengser
|
:
|
Emh nyimas sing sabar bageur,
tega teuing eta lanceuk-lanceuk hidep nundung
|
Purbasari
|
:
|
Wios mamang pangintetn ieu tos
takdir abdi
|
Lengser
|
:
|
Aduh Gusti, nyimas aya ku sae
manah, keur geulis rupa teh, lain mamang tega miceun nyimas ka ieu leuweung
geledegah teh tapi da kumaha atuh
|
Purbasari
|
:
|
Teu kunanaon mamang. Abdi ngartos
pisan kana kaayaan mamang
|
Lengser
|
:
|
Sok tah nyimas, ieu bekelna, ieu
samak sahelay kanggo amparan, mamang rek balik sing sabar nya bageur!
|
Purbasari
|
:
|
Hatur nuhun mang Lengser
|
Purbasari
|
:
|
Duh Gusti naha kieu geuning nasib
diri teh. Ditundung ku dulur-dulur, emh ya Allah bukakeun panto hate si teteh
Purbararang ya Allah.
|
Lutung
|
:
|
Nguk... nguk... nguk...
|
Purbasari
|
:
|
Hey lutung naha anjeun arek
ngarogahala ka kuring, ieu kuring pasrah sok bae asal tong nyesakeun getih
satetes, baju sasoeh, jeung buuk salembar, ngga nyanggakeun.
|
Lutung
|
:
|
Nguk... nguk... nguk...
|
Purbasari
|
:
|
Emh nuhun antuh anjeun daek jadi
batur kuringmah. Saha ari ngaran anjeun? Aeh enya pan anjeun mah lutung jadi
ku kuring diaranan si Lutung.
|
Lutung
|
:
|
Nguk... nguk...
|
Purbasari
|
:
|
Hey utung sabab anjeun geus jadi
batur kuring, ayeuna anteur kuring jalan-jalan ngurilingan ieu leuweung.
|
Lutung
|
:
|
Nguk... nguk... nguk...
|
Cariosan di Karaton
|
||
Purbararang
|
:
|
Lengser... lengser...
|
Lengser
|
:
|
Ieu gusti Putri...
|
Purbararang
|
:
|
Kuring ngadenge ceunah ceuk para
paninggaran si Purbasari teh hirup keneh, cing isuk bawa kadieu!
|
lengser
|
:
|
Mangga gusti Putri
|
Isukna
|
||
Lengser
|
:
|
Ieu Gusti Putri Nyi Mas Purbasari
kacandak malihan sareng lutung
|
Purbararang
|
:
|
Oh..... anjeun hirup keneh sugan
geus di legleg jurig, hey naon eta mamawa lutung sagala
|
Purbasari
|
:
|
Muhun teteh ieu lutung teh
rerencangan abi di leuweung
|
Purbararang
|
:
|
Heh alus boga sobat lutung Pantes
jeung beungeut sia.
|
Purbasari
|
:
|
Dupi aya naon teteh abi di
piwarang ngadeuhelis
|
Purbararang
|
:
|
Bisi hayang nyaho maneh. Kami teh
rek ngayakeun lomba. Supaya rahayat nyaho saha nu pantes jadi Ratu Pasir
Batang Girang!
|
Purbasari
|
:
|
Teras kumaha teteh?
|
Purbararang
|
:
|
Isuk kami rek ngumpulkeun Rahayat
Pasir Batang pikeun nganilai kageulisan urang duaan. Saha nu meunang eta nu
jadi Ratu siap teu? Remong!
|
Purbasari
|
:
|
Si... si... ap teteh
|
Purbararang
|
:
|
Heuueh aluslah pasti eleh
ha..ha..ha geus aha da..h
|
Purbasari
|
:
|
Atuh utung... kumaha atuh nya
makaning rupa kuring teh butut emh Gusti abi tulungan ya Allah!
|
Lutung
|
:
|
Nyimas tong salempang, kuring
bisa nulungan nyimas.
|
Purbasari
|
:
|
Aeh, utung geuning anjeun bisa
ngomong.
|
Lutung
|
:
|
Emh... tiasa
|
Purbasari
|
:
|
Naha saha atuh anjeun saleresna
lutung
|
Lutung
|
:
|
Engkege nyimas bakal apal,
ayeunamah nu penting urang tambaan raray nyimas
|
Purbasari
|
:
|
Kumaha utung
|
Lutung
|
:
|
Nyimas kudu mandi di sirah cai di
tengah leuweung
|
Purbasari
|
:
|
Hayu utung.
|
Carioskeun di
alun-alun Pasir Batan Girang
|
||
Lengser
|
:
|
Hey para rahayat sadayana ayeuna
aranjeun dikumpulkeun pikeun nyaksikeun sayembara kageulisan antara nyimas
Purbasari jeung Nyimas Purbararang, tos siap nyaksikeun!
|
Rakyat
|
:
|
Siap...!!!
|
Lengser
|
:
|
Anu kahiji nyimas Purbararang
|
Purbararang
|
:
|
Ha...ha...ha sok rahayat saksian
pasti aing nu meunang da si Purbasari mah remong goreng patut!
|
Lengser
|
:
|
Anu kadu nyimas Purbasari...
|
Purbasari
|
:
|
Hatur nuhun mang lengser
|
Purbararang
|
:
|
Hah...!!?? kunaon sia remong jadi
cageur! Huh sebel!
|
Lengser
|
:
|
Tos... tos... tos tah ayeuna
urang taros ka rahayat, saha nu panggeulisna?
|
Rakyat
|
:
|
Nyi mas Purbasari, Nyi mas
Purbasari hidup Nyimas Purbasari!
|
Lengser
|
:
|
Tah janten anu panggeulisna teh
nyimas Purbasari satuju sadayana!
|
Rakyat
|
:
|
Satuju, hidup nyimas Purbasari 2x
|
Purbararang
|
:
|
Hey! Aing can ngarumasa eleh
ayeuna urang pa panjang-panjang buuk, saha nu pang panjangna, saha nu
pangpanjangna rahayat?
|
Rakyat
|
:
|
Nyimas Purbasari
|
Purbararang
|
:
|
Hey! Hey! Lamun kitu urang pa
alus alus ninun. Naha sia sok ninun, naha sia sok ninun Purbasari?
|
Purbasari
|
:
|
Osok teteh
|
Purbararang
|
:
|
Sok bawa kadieu samping meunang
maneh ninun, bandingkeun jeung tinunan aing!
|
Purbasari
|
:
|
Ieu teteh sinjangna
|
Purbararang
|
:
|
Sok tebrengkeun kadinya, beu nu
aing mang lengser bawa kadieu!
|
Lengser
|
:
|
Mangga nyimas ieu sinjang
gagaduhan Nyimas
|
Purbararang
|
:
|
Tah ieu tinunan aing. Cing mana
nu paling alus?
|
Rakyat
|
:
|
Tinunan nu Nyimas Purbasari
|
Purbararang
|
:
|
Heh naha kunaon sia bet meunang
bae atuh kasebeleun. Heu....h tapi uolah gede hate, ayeuna masih aya keneh nu
terakhir.
|
Purbasari
|
:
|
Naon deui teteh
|
Purbararang
|
:
|
Pa kasep-kasep kabogoh
ha..ha..ha.. kumaha maneh siap!
|
Purbasari
|
:
|
Si...... si...... siap teteh, emh
tapi .....
|
Purbararang
|
:
|
Tapi naon! Teu boga kabogoh!
Ha...ha...ha...
|
Purbasari
|
:
|
Ga.... gaduh teteh
|
Purbararang
|
:
|
Mana atuh bawa kadieu yeuh siga
aing ngarendeng jeung Rden Indrajaya. Tah dina hal ieu lamun maneh eleh bakal
dipaehan ku aing
|
Purbasari
|
:
|
Ieu teteh... kabogoh abi...
|
Purbararang + Indrajaya : Naon, kabogoh maneh lutung,
ha..ha..ha..
|
||
Purbasari
|
:
|
Muhun teteh, ieu.... lutung
|
Indrajaya
|
:
|
Hebat... hebatlah mun kitu aing
nu pangkasepna teh!
|
Purbararang
|
:
|
Leres Raden, tah ayeuna ku aing
maneh dipaehan ku aing Purbasari!
|
Purbasari
|
:
|
Ampun teteh.. ampun, ampun, utung
tulungan, utung...
|
Purbararang
|
:
|
Ha..ha..ha.. gandeng siah, si
lutung moal bisa nulungan maneh ha..ha..ha.. si lutung ge geus euwuh mantog
ha..ha..ha..ha..
|
Purbasari
|
:
|
Ampun teteh... ampun... utung...
utung... tulungan.
|
Guru Minda
|
:
|
Ieu Nyimas kuring datang
|
Purbararang
|
:
|
Saha maneh tong ikut campur kana
urusan aing
|
Guru Minda
|
:
|
Kuring Guru Minda ti Kahiangan nu
keur ngumbara di Marcapada
|
Indra Jaya
|
:
|
Saha... Raden Guru minda....
ampun Raden...
|
Guru Minda
|
:
|
|
Purbasari
|
:
|
Mangga Raden
|
Lengser
|
:
|
Tah, jadi nu tadi teh lain lutung
samanca tapi Raden Guru Minda ti Kahiangan, jadi rahayat saha ceunah nu
meunang dina saembara ieu tur berhak jadi Ratu!
|
Rakyat
|
:
|
Nyimas Purbasari
|
Purbararang
|
:
|
Ah teu mungkin, teu mungkin huh
sebel!
Hayu Raden urang balik huh sebel,
sebel!
|
Lengser
|
:
|
Wahai rahayat Pasir Batang girang
ti mimiti poe ieu urang di pinggir ku Ratu Purbasari jeung Raden Guru Minda
Satuju
|
Rakyat
|
:
|
Satuju....
|
Lengser
|
:
|
Tos atuh Raden, Nyimas, mangga
atuh bilih bade leleson itu tos disayogikeun ku para emban di Karaton
wilujeng ngaheuyeuk nagara
|
Purbasari + Guru Minda : Hatur
nuhun mamang lengser
|
||
Lengser
|
:
|
Tah kitu nu kacarioskeun, kapan
aya paripaos, melak cabe jadi cabe, melak bonteng janten bonteng, melak hade
janten hade, melak goreng jadi goreng jadi salah bener moal pahili.
|
Hatur nuhun