ENSIKLOPEDIA MUSLIMAH

ENSIKLOPEDIA MUSLIMAH

Oleh: Ridwan Solihudin 

Daftar Isi Bab I Perempuan di Mata Islam

  • Perempuan Dulu dan Sekarang
  • Perempuan dalam Pandangan Islam
  • Keistimewaan Perempuan dari laki-laki
  • Kedudukan Perempuan dalam Islam
  • Perempuan Tangguh
  • Perempuan Tangguh di Zaman Rasulullah saw.
  • Doa Harian

Bab II Akidah dan Akhlak
§  Aqidah Perempuan
§  Apakah Ciri-ciri Perempuan Surga?
§  Akhlak Perempuan
§  Doa Harian

Bab III Shalat
§  Shalat Perempuan
§  Keutamaan Shalat
§  Wajib Bersuci Sebelum Shalat
§  Menggendong Bayi Saat Sedang Shalat
§  Shalat Sunah yang Dianjurkan

Bab IV Puasa
§  Puasa Perempuan
§  Keutamaan Puasa
§  Macam-macam Puasa
§  Rukhshah/Keringanan Puasa
§  Qadha Puasa
§  Fidyah Puasa
§  Itikaf Perempuan
§  Puasa Sunah yang Dianjurkan

Bab V Zakat
§  Pengertian Zakat
§  Orang yang Berkewajiban Membayar Zakat
§  Hukum Zakat
§  Macam-macam Zakat
§  Penerima Zakat
§  Tata cara Membayar Zakat
§  Faedah Zakat
§  Hikmah Zakat

Bab VI Umrah dan Haji
§  Rukun haji
§  Wajib Haji
§  Macam-macam Haji
§  Tata cara Pelaksanaan Umrah
§  Hikmah Haji

Bab VII Keutamaan Menikah dan Berkeluarga (20% 16 halmn)
§ Pernikahan
§  Keutamaan Menikah
§  Peran Perempuan dalam Keluarga
§  Peran Perempuan sebagai Istri
§  Akhlak Wanita sebagai Seorang Istri
§  Bagaimana Jika Perempuan Bekerja
§  Perempuan dan Jenis Pekerjaan pada Zaman Rasulullah saw
§  Syarat-syarat Perempuan Bekerja
§  Menghadirkan Baiti Jannati




Bab I
Perempuan di Mata Islam
A.    Perempuan Dulu dan Sekarang
Perempuan pada zaman sebelum Islam datang sangat berbeda sekali dengan sesudah islam datang. Ketika islam belum datang, wanita dipandang sebagai orang yang tidak berharga. Bahkan mereka juga dipandang sebagai makhluk pembawa sial dan memalukan.
Dalam tradisi dan hukum romawi kuno perempuan disebut sebagai makhluk yang selalu tergantung kepada laki-laki. Jika dia menikah, secara otomatis diri dan seluruh hartanya menjadi milik suaminya. Sedangkan pada masa jahiliyah, perempuan dipaksa harus selalu taat kepada kepala suku atau suami mereka. Perempuan dipandang seperti binatang ternak yang bisa dikontrol, dijual, atau bahkan bisa diwariskan.
Arab jahiliyah terkenal dengan tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup. Mereka menguburnya dengan alasan bahwa perempun hanya akan merepotkan keluarga. Dan ketika ada peperangan perempuan akan mudah ditangkap musuh dan kemudian harus ditebus. Arab jahiliyah juga terkenal dengan tradisinya yang membolehkan laki-laki mempunyai istri banyak
Sebelum islam datang, masyarakat jahiliyah juga mempunyai tradisi lain yang jelas-jelas mendiskreditkan perempuan, yaitu dengan adanya tiga bentuk pernikahan. Pertama, adanya nikah al-dayzan yaitu pernikahan yang anak laki-laki tertuanya berhak untuk menikahi ibunya dengan syarat jika ayahnya sudah meninggal. Dalam pernikahan ini, sang anak hanya cukup dengan melemparkan sehelai kain kepada ibunya, maka secara otomatis dia mewarisi ibunya sebagai istri. Yang kedua, nikah zawj al-balad, yaitu dua orang suami sepakat untuk saling menukar istri tanpa mahar. Yang ketiga, nikah zaw al-istbda, yaitu seoang suami memaksa istrinya untuk tidur dengan lelaki lain sampai hamil dan setelah hamil istrinya dipaksa lagi untuk kembali kepada suaminya. Dengan seperti ini, sepasang suami istri diharapkan memperoleh ‘bibit unggul’  dari orag yang dipandang mempunyai kelebihan.
Setelah Islam datang, justru Islam sangat mengangkat derajat perempuan. Bahkan perempuan lebih istimewa daripada laki-laki. Banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang kedudukan perempuan dalam Islam. Bahkan, salah satu surat dalam Al-Quran disebut surat An-Nisa (perempuan).
Tuhan tidak pernah membeda-bedakan antara status perempuan dan laki-laki, bahkan Tuhan sengaja menciptakan perempuan dari bahan yang diambil dari salahsatu tulang rusuk laki-laki, yaitu ketika siti hawa di ciptakan. Untuk menunjukan bahwa sesungguhnya manusia itu saling melengkapi dan saling membutuhkan.
Dalam hal ini pun,tujuan  Tuhan menciptakan perempuan yaitu sebagai pelengkap bagi kaum laki-laki untuk senantiasa menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.Sebagaimana telah Allah SWT jelaskan dalam ayat yang tercantum dibawah ini.    

 “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS  An-Nisa [4] :1)

Dalam hal beribadah pun Tuhan tidak membeda-bedakan antara perempuan dan laki-laki
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS Ali-Imran [3] : 195)

“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.  (QS An-Nahl [16] : 97)


§  Perempuan dalam pandangan Islam
Dalam Islam, perempuan dan laki-laki bukanlah sebagai musuh atau lawan satu sama lain, akan tetapi sebaliknya keduanya merupakan bagian satu sama lainnya. Atau dengan kata lain perempuan dan laki-laki keduanya bersifat saling melengkapi.
“Maka Tuhan mereka telah memperkenankan mereka: ‘Bahwasanya Aku tidak akan sia-siakan amalan orang yang beramal diantara kamu, dari laki-laki atau perempuan (karena) sebagian daripada kamu (jadi) dari sebagian. Tetapi orang-orang yang berhijrah, dan dikeluarkan dari negeri-negerinya, dan disakiti di jalan-Ku, berperang, dan terbunuh itu sesungguhnya Aku akan hilangkan kesalahan-kesalahan mereka dan sesungguhnya Aku akan masukan mereka di surge-surga yang mengalir padanya sungai-sungai, sebagai ganjaran dari Allah, karena Allah itu di sisi-Nya ada ganjaran yang baik” (QS Ali-Imran [3] : 195)
Di dalam Islam tidak ada yang disebut dengan pengurangan hak perempuan atau penzaliman kepada perempuan demi kepentingan laki-laki. Di dalam islam, syariat yang diturunkan bukan hanya untuk laki-laki saja, tetpi juga untuk perempuan. Akan tetapi, ada beberapa pemikiran keliru tentang perempuan yang menyelusup ke dalam benak sekelompok umat Islam sehingga mereka senantiasa memiliki persepsi negatif terhadap watak dan peran perempuan. Salah satu contohnya adalah pelarangan perempuan keluar rumah untuk menuntut ilmu dan mendalami agama dengan alasan ada orang tua dan suami yang berhak dan berkewajiban mendidik serta memberikan pelajaran. Akibatnya, pemikiran ini menghambat perempuan dari pancaran ilmu pengetahuan dan memaksanya hidup dalam kegelapan dan kebodohan.
Laki-laki dan perempuan dari asal yang sama.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisa [4] : 1)
Tanggung jawab kemanusiaan seorang perempuan.
“Maka Tuhan mereka telah memperkenankan mereka: ‘Bahwasanya Aku tidak akan sia-siakan amalan orang yang beramal diantara kamu, dari laki-laki atau perempuan (karena) sebagian daripada kamu (jadi) dari sebagian. Tetapi orang-orang yang berhijrah, dan dikeluarkan dari negeri-negerinya, dan disakiti di jalan-Ku, berperang, dan terbunuh itu sesungguhnya Aku akan hilangkan kesalahan-kesalahan mereka dan sesungguhnya Aku akan masukan mereka di surge-surga yang mengalir padanya sungai-sungai, sebagai ganjaran dari Allah, karena Allah itu di sisi-Nya ada ganjaran yang baik” (QS Ali-Imran [3] : 195)
Pembebasan perempuan dari kezaliman jahiliyah,
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An Nahl [16] : 58-59)
Pembebasan perempuan dari pengharaman hal yang baik pada masa jahiliyah  Seringkali perempuan diharamkan untuk memakan sesuatu atau memiliki sesuatu. Ketika Islam dating, pengharaman itu digugurkan sehingga perempuan memperoleh hak yang sama mengenai hal ini.
“Dan mereka mengatakan: "Apa yang dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas perempuan kami," dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka pria dan perempuan sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’aam [6] : 139)

  
Pembebasan dari harta warisan dan dalam perkawinan.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”.  ( QS An-Nisa [4] : 19)
Pembebasan dari buruknya hubungan keluarga akibat perkawinan.
Pada masa jahiliyah, perempuan yang telah menikah dengan bapaknya dapat diturunkan kepada anak yang dilahirkannya sehingga akan menimbulkan kerancuan dan kehancuran dalam keluarga. Namun setelah Islam dating, semua itu diharamkan.
“Dan janganlah kamu kawini perempuan-perempuan yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, (QS An-Nisa [4] : 22-23)
Penegasan tentang karakteristik perempuan muslimah
a.       Laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.
“Perhatikanlah malam, apabila ia kelam;
Dan perhatikanlah siang, apabila ia terang;
Dan perhatikanlah yang menjadikan laki-laki dan perempuan;
Sesungguhnya usaha kamu itu bermacam-macam”. (QS. Al Lail [92] : 1-4)
b.      Menutup aurat
salah satu hikmah yang bisa kita ambil dan kita renungi dari perintah Allah Swt. Kepada muslimah supaya menutup auratnya adalah supaya muslimah dapat terjaga dan terlindungi dari kemungkinan negative pandangan manusia yang melihatnya dan menjaganya agar dapat aman beraktivitas.
“Dan suruhlah mu’minat menundukkan sebagian dari pandangan-pandangan mereka dan memelihara kemaluan-kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka melainkan apa ynag lahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup dada mereka dengan kudung mereka; dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suami mereka, atau bapak-bapak mereka, atau bapak-bapak bagi suami mereka, atau anak-anak mereka, atau anak-anak bagi suami-suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,  atau anak-anak bagi saudara-saudara laki-laki mereka, atau anak-anak bagi saudara-saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuam mereka, atau siapa-siapa yang dimiliki oleh tangan kanan mereka, atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan, atau anak-anak yang belum melihat aurat-aurat perempuan, dan janganlah mereka hentakkan kaki mereka untuk memberi tahu apa yang mereka sembunyikan dari perhiasan mereka, dan taubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai mu’minin! Supaya kamu dapat kejayaan”. (QS. An Nur (24) : 31)
c.       Mendapat balasan yang sama dengan laki-laki di akhirat.
“Ingatlah hari yang engkau akan melihat orang-orang mu’min laki-laki dan orang-orang mu’min perempuan, cahaya mereka berjalan di hadapan mereka dan di kanan-kanan mereka; (dikatakan): ‘Kabar gembira bagi kamu pada hari ini, ialah surge-surga yang mengalir padanya sungai-sungai, kamu kekal padanya,  demikian itu adalah bahagia yang besar’. “ (  QS. Al Hadid (57) : 12)

§  Keistimewaan perempuan dari laki-laki
Perempuan lebih istimewa daripada laki-laki. Banyak sekali keistimewaan perempuan. Di antara keistimewaan perempuan adalah sebagai berikut.
1.      Doa perempuan lebih makbul daripada laki-laki. Rasulullah saw. pernah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, “Ibu lebih penyayang daripada bapak, dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.
2.      Surga ada di bawah telapak kaki ibu;
3.      Apabila kedua orang tuamu memanggilmu maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu;
4.      Perempuan yang taat kepada suaminya akan ditutup pintu-pintu neraka dan dibuka pintu-pintu surga;
5.      Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan ramadlan, memelihara kehormatannya, serta taat pada suaminya, masuklah ia dari pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki;
6.      Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, para malaikat beristighfar untuk dirinya. Allah SWT. mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan; 
Masih banyak  keistimewaan-keistimewan  yang lainnya. Maka berbahagialah bagi perempuan karena telah diberi banyak keistimewaan oleh Allah SWT.

§  Kedudukan perempuan dalam Islam
di dalam islam, perempuan mempunyai kedudukan yang tinggi dan mempunyai pengruh yang besar dalam kehidupan. Seorang perempuan muslimah akan berjalan dengan jalan Al-Quran dan sunnah nabi. Dengan berpegang teguh kepada keduanya akan menjauhkan dia dari segala kesesatan dalam segala hal.

Kesesatan dan penyimpangan akan terjadi jika seorang muslimah tidak berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah nabi. Rasulullah saw bersabda “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, dimana kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku” (HR Imam Malik)

Al-Quran telah menjelaskan betapa pentingnya peran perempuan, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan maupun sebagai anak. Sebagai seorang anak, kita mempunyai kewajiban untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada ayah. Hal  ini dijelaskan dalam firman Allah SWT,
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman [31] : 14)
Begitu pula dalam firman-Nya,
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".  (QS Al-Ahqaf [46] : 15)

Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”, orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab “Ibumu”, orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu”,  orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu”. (HR Bukhori)

Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya kita berbakti kepada ibu sampai tiga kali lipat dibandingkan ayah.
Kemudian kedudukan istri dan pengaruhnya terhadap ketenangan suami telah dijelaskan dalam Al-Quran.Firman Allah ta’ala, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram padanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian”. ( QS Ar-Rum [30] : 21)

§  Perempuan tangguh
Perempuan tangguh, siapa mereka? Apakah mereka itu adalah ibu kita? Kakak kita, adik kita, saudara kita, ataukah teman kita? Semuanya bisa saja terjadi. Tetapi, bagaimana perempuan tangguh itu? Ketika menyebut perempuan, biasanya akan terbayang dengan sesosok makhluk yang rapuh dan lemah. Perempuan identik dengan perasaannya yang sangat peka dan sensitive, juga mudah dipermainkan oleh perasaan takut dan khawatir. Benarkah semua itu?
Bila memang benar demikian, marilah kita bayangkan tentang ibu kita. Ibu yang telah melahirkan kita ke dunia. Ketika beliau mengandung dan harus menanggung beban yang berat di dalam rahimnya selama kurang lebih 9 bulan. Dengan sabar, dengan rasa kasih dan sayang kemudian disusuinya selama 2 tahun, dipelihara, dididik, dan dibesarkannya dengan tidak mengharapkan imbalan sedikit pun. Ibu yang tiada lelah, dari siang hingga malam terus bekerja demi keutuhan keluarganya.
mereka itukah yang disebut dengan makhluk yang rapuh dan lemah?? Sebagai imbalan atas jerih payahnya, Allah SWT berfirman,
“dan Kami telah perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali”. (Q.S. Luqman [31] : 14)
Perempuan yang tangguh itu adalah perempuan yang mempunyai pendirian teguh, yang mempunyai tekad yang kuat untuk mempertahankan keyakinan dan agamanya. Ia tidak mudah terpengaruh oleh apa pun termasuk oleh lingkungannya yang menentang keyakinannya.
Perempuan dengn penuh keridloan menerima apa yang tlah ditetapkan-Nya secara kaffah. Dia tidak memilah-milih ayat-ayat yang mana saja yang disukainya dan tidak disukainya, tetapi semua diyakininya. Firman Allah ta’ala :
 “Hai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. (QS Al-Baqarah [2] : 208)
Mereka tahu apa yang menjadi hak dan tanggung jawab sebagai perempuan, istri, ibu, maupun sebagai anak perempuan. Misalnya sebagai istri, seorang istri yang baik akan selalu mengingatkan suaminya untuk tetap berada di jalan yang benar yaitu selalu berada di jalan Allah Swt. Tetapi disisi lain seorang istri juga harus tetap menghargainya sebagai kepala keluarga. Allah Swt. Berfirman :
“dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh mengerjakan yang makruf dan mencegah mengerjakan yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS At-Taubah [9] : 71)
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah memberikan kelebihan kepada mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki)  telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. (QS An-Nisa [4] : 34)
Rasulullah saw. bersabda,
“Dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah,  dinar yang kamu nafkahkan untuk budak, dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang nafkahkan untuk keluargamu. Yang lebih besar pahalanya adalah dinar yang kamu nafkahkan untuk keluargamu”.
Perempuan-perempuan seperti inilah yang kelak akan melahirkan manusia-manusia yang berkualitas. Mereka itu bagaikan bibit unggul yang akan menghasilkan benih-benih yang unggul pula.
http://bosshary.blogspot.com/2007_12_01_archive.html
§  Perempuan tangguh di zaman Rasulullah saw.
1.                  Asma binti Abu Bakar   
Asma’ binti Abu Bakar r.ha. sudah memeluk Islam ketika islam mulai datang.  Asma adalah saudara perempuan ‘Aisyah. 
Suatu hari, ketika Rasullah saw. dan Abu Bakar r.a. memerintah Zaid r.a. dan beberapa orang pegawainya untuk mengambil kudanya dan keluarganya untuk dibawa ke Madinah, Asma, r.ha. ikut berhijrah dengan rombongan tersebut. Ketika sampai  di Quba, Asma r.ha. melahirkan anak pertamanya, yang bernama Abdullah bin Zubair r.a.
Dalam sejarah Islam, Abdullah bin Zubair adalah bayi pertama yang dilahirkan setelah hijrah. Pada waktu itu banyak terjadi kesulitan, kesusahan, kemiskinan, dan kelaparan. Tetapi pada waktu itu pula muncul kehebatan dan keberanian yang tida ada bandingannya.
Dalam sebuah riwayat dari Bukhori diceritakan bahwa Asma’ r.ha. sendiri pernah menceritakan keadaan hidupnya, “Ketika aku menikah dengan Zubair r.a., ia tidak memiliki harta sedikit pun, tidak memiliki tanah, tidak memiliki pembantu untuk membantu pekerjaan, dan juga tidak memiliki suatu apa pun. Hanya ada satu unta milikku yang biasa digunakan untuk membawa air, juga seekor kuda. Dengan unta tersebut, kami dapat membawa rumput dan lain-lainnya. Akulah yang menumbuk kurma untuk makanan hewan-hewan tersebut. Aku sendirilah yang mengisi tempat air sampai penuh. Apabila embernya pecah, aku sendirilah yang memperbaikinya. Pekerjaan merawat kuda, seperti mencarikan rumput dan memberinya makan, juga aku sendiri yang melakukannya. Semua pekerjaan yang paling sulit bagiku adalah memberi makan kuda. Aku kurang pandai membuat roti. Untuk membuat roti, biasanya aku hanya mencampurkan gandum dengan air, kemudian kubawa kepada perempuan tetangga, yaitu seorang perempuan Anshar, agar ia memasakkannya. Ia adalah seorang perempuan yang ikhlas. Dialah yang memasakkan roti untukku.
Ketika Rasulullah saw. sampai di madinah, maka Zubair r.a. telah diberi hadiah oleh Rasulullah saw. berupa sebidang tanah, seluas kurang lebih 2 mil (jauhnya dari kota). Lalu, kebun itu kami tanami pohon-pohon kurma. Suatu ketika, aku sedang berjalan sambil membawa kurma di atas kepalaku yang aku ambil dari kebun tersebut. Di tengah jalan aku bertemu Rasulullah saw. dan beberapa sahabat Anshar lainnya yang sedang menunggang unta. Setelah Rasulullah saw melihatku, beliau pun menghentikan untanya. Kemudian beliau mengisyaratkan agar aku naik ke atas unta beliau. Aku merasa sangat malu dengan laki-laki lainnya. Demikian pula aku khawatir terhadap Zubair r.a. yang sangat pencemburu. Aku khawatir ia akan marah. Memahami perasaanku, Rasulullah membiarkanku dan meninggalkanku. Lalu aku segera pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, aku menceritakan peristiwa tersebut kepada Zubair r.a. tentang perasaanku yang sangat malu dan kekhawatiranku jangan-jangan Zubair r.a. merasa cemburu sehingga menyebabkannya menjadi marah. Zubair r.a berkata, “Demi Allah aku lebih cemburu kepadamu yang selalu membawa isi-isi kurma di atas kepalamu sementara aku tidak dapat membantumu.”
Setelah itu Abu Bakar, memberikan seorang hamba sahaya kepada Asma’. Dengan adanya pembantu di rumahnya, maka pekerjaan rumah tangga dapat diselesaikan dengan ringan, seolah-olah aku telah terbebas dari penjara.
Ketika Abu Bakar ash-shidiq r.a. berhijrah, tidak sedikit pun terpikirkan olehnya untuk meninggalkan sesuatu untuk keluarganya. Ia berhijrah bersama Rasulullah saw. Untuk suatu keperluan. seluruh kekayaan yang ia miliki, kurang lebih 5 atau 6 dirham dibawanya dalam perjalanan tersebut. Ternyata dalam pejalanan tersebut Abu Bakar r.a. meninggal. Setelah kepergian Abu Bakar, ayahnya Abu  Bakar  yaitu Abu Qahafah yang buta penglihatannya dan sampai saat itu belum masuk Islam mendatangi cucunya, Asma r.ha. dan Aisyah r.ha. agar mereka tidak bersedih karena telah ditinggal oleh ayahnya. Ia berkata kepada mereka, “Aku telah menduga bahwa Abu Bakar r.a. telah menyebabkan kalian susah. Seluruh hartanya telah dibawa olehnya. Sungguh ia telah semakin banyak membebani kalian.”
Menanggapi perkataan kakeknya, Asma’ r.ha. berkata, “Tidak, tidak, wahai kakek. Ayah juga meninggalkan hartanya untuk kami.” Sambil berkata demikian ia mengumpulkan kerikil-kerikil kecil kemudian diletakkannya di tempat Abu Bakar biasa menyimpan uang dirhamnya, lalu ditaruh di atas selembar kain. Kemudian dipegangnya tangan kakeknya untuk merabanya. Kakeknya mengira bahwa kerikil yang telah dirabanya itu adalah uang. Akhirnya kakeknya berkata, “Ayahmu memang telah berbuat baik. Kalian telah ditinggalkan dalam keadaan yang baik.” Sesudah itu, Asma r.ha. berkata, “Demi Allah, sesungguhnya ayahku tidak meninggalkan harta sedikit pun. Aku berbuat demikian semata-mata untuk menenangkan hati kakek, supaya kakek tidak bersedih hati.”
Asma’ r.ha. memiliki sifat yang sangat dermawan. Awalnya apabila ia hendak mengeluarkan hartanya di jalan Allah ia akan menghitungnya dan menimbangnya. Akan tetapi, setelah Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian menyimpan-nyimpan atau menghitung-hitung (harta yang akan diinfakkan). Apabila mampu, belanjakanlah sebanyak mungkin.”

Akhirnya setelah mendengar nasihat ini, Asma r.ha. semakin banyak mengeluarkan  hartanya. Ia juga selalu menasehati anak-anak dan perempuan-perempuan yang ada di rumahnya, “Hendaklah kalian selalu meningkatkan diri dalam membelanjakan harta di jalan Allah, jangan menunggu-nunggu kelebihan harta kita dari keperluan-keperluan kita (yaitu jika ada sisa harta setelah dibelanjakan untuk keperluan membeli barang-barang, barulah sisa tersebut disedekahkan.) Jangan kalian berpikir tentang sisanya. Jika kalian selalu menunggu sisanya, sedangkan keperluan kalian bertambah banyak, maka itu tidak akan mencukupi keperluan kalian sehingga kita tidak memiliki kesempatan untuk membelanjakannya di jalan Allah. Jika keperluan itu disumbangkan di jalan Allah, maka kalian tidak akan mengalami kerugian selamanya.”

Pengunjung