Mengenal Tokoh-tokoh Bapak Pendidikan Dunia (guru) | Kihajar Dewantara Sebagai Bapak Pendidikan Indonesia

Mengenal Tokoh Bapak Pendidikan Dunia | 
1. Al Ghazali
Al Ghazali 4 Tokoh Pendidikan Di Dunia
Sejak kecil Al Ghazali terkenal akan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan kegigihannya dalam mencari ilmu. Maka tidak mengherankan jika dalam masa usia yang masih kanak-kanak ia telah belajar dengan sejumlah guru di tanah kelahirannya.
Al Ghazali menjelaskan bahwa konsep pendidikan yang benar itu mengajarkan secara menyeluruh yang meliputi tujuan pendidikan, metode, etika guru, kurikulum dan murid.
2. John Locke
John Locke 4 Tokoh Pendidikan Di Dunia
Dia memperoleh pendidikan di Universitas Oxford, peroleh gelar sarjana muda tahun 1656 dan gelar sarjana penuh tahun 1658. Selaku remaja dia tertarik sangat pada ilmu pengetahuan dan di umur tiga puluh enam tahun dia terpilih jadi anggota “Royal Society.” John Locke menegaskan kurikulum harus diarahkan demi kecerdasan individual, kemampuan dan keistimewaan anak-anak dalam menguasai pengetahuan dan bukan pada pengetahuan yang biasa diajarkan dengan hukuman yang sewenang-wenang.
3. John Dewey
John Dewey 4 Tokoh Pendidikan Di Dunia
Dewey mengadakan penelitian mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecahan masalah
4. Ibnu Sina
Ibnu Sina 4 Tokoh Pendidikan Di Dunia
Ibnu Sina terkenal dengan pemikirannya sebagai intelektual muslim yang mendapat banyak gelar. Menurutnya, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang. Potensi itu tidak hanya menuju pada perkembangan fisik, tapi juga intelektual dan budi pekerti. Selain itu, pendidikan juga harus mampu mempersiapkan seseorang agar dapat hidup bermasyarakat.

5. Kihajar Dewantara Sebagai Bapak Pendidikan Indonesia

Ya, itu ditetapkan tahun 1959 oleh Presiden Soekarno. Ki Hajar Dewantara berjasa merintis pendidikan umum di Indonesia. Hari kelahirannya tanggal 2 Mei
ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Berganti Nama
Ki Hajar Dewantara lahir  dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Nama aslinya Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
ki hajar dewantara MSP
Pesan Ki Hajar Dewantara di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta
Pada usia 40, beliau berganti nama menjadi  Ki Hajar Dewantara. Beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan Raden Mas , karena ia ingin dekat dengan kehidupan rakyat.
Wartawan Surat Kabar
Beliau lulus dari ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu  melanjutkanke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun tidak selesai.
Lalu Ki Hajar Dewantara menjadi wartawan di banyak surat kabar, yaituOetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, De Express, Poesara,Sedyotomo, dan Midden Jaya.
Tulisannya yang bagus mampu membangkitkan semangat kebangsaan orang Indonesia.
Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam kegiatan politik. Lewat organisasi Boedi Oetomo, ia menyuarakan pentingnya persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara.
Tahun 1912 beliau bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkoesomo mendirikan Indiche Partij , partai yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Dibuang ke Negeri Belanda
Tahun 1913, Ki Hajar Dewantara mengritik perayaan 100 tahun bebasnya Belanda dari penjajahan Perancis.  Akibatnya beliau dibuang ke Negeri Belanda. Di sana beliau mempelajari pendidikan dan pengajaran.
Tanggal 3 Juli 1932, Ki Hadjar Dewantara kembali ke Indonesia. Beliau mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa, yang melahirkan konsep pendidikan nasional.  Saat Indonesia merdeka dan menjadi republik, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia.
Tanpa lahirnya pendidikan nasional, Bangsa Indonesia tidak akan ada
Ungkapan bijak itulah yang disampaikan Kaprodi Akuntansi Politeknik Ubaya Drs ec Nuryanto MM dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2011 kemarin. Peringatan ini juga merupakan perayaan lahirnya sosok Ki Hajar Dewantara dan berkat perjuangannya, pendidikan di Indonesia dapat terwujud dan berkembang.
Seperti kita ketahui, Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang peduli akan pendidikan bangsa ini. Gelar Bapak Pendidikan Nasional pun disematkan pada dirinya. Karena kepedulian yang sangat tinggi pada jamannya, ia mendirikan Taman Siswa. Taman Siswa sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, ia juga tetap rajin menulis. Tema adalah pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah, ia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hajar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional.
Ki Hajar Dewantarapun menyampaikan pepatah bijak yang maknanya sangat dalam. “Ing Ngarso Sung Tulodho” yaitu ketika di depan publik, kita harus bisa memberikan contoh atau teladan yang baik untuk orang lain. Yang kedua adalah “Ing Madyo Mangun Karsa” ketika di tengah atau di antara publik, kita harus mangun karso atau bekerja keras dan membangun kinerja yang baik. Yang terakhir adalah “Tut Wuri Handayani” yaitu ketika kita ada di belakang, kita harus memberi semangat dan motivasi untuk orang lain.
Untuk itu sebagai penerus bangsa, kita harus mengamalkan pepatah ini dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Nuryanto. Tak harus dengan berperang melawan penjajah tetapi dengan kesungguhan melakukan hal positif sesuai profesi secara tidak langsung akan melaksanakan amalannya. Kesungguhan yang dimaksud adalah sebagai mahasiswa, hendaknya Hardiknas ini diperingati dengan sungguh-sungguh. ”Jadi seharusnya setiap kita memperingati Hardiknas, peserta didik tidak hanya menghafal tetapi lebih mengamalkan dan menghayati,” sambung pria ramah ini.


Pengunjung