BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar (Yasmin, 1993). Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi dan dikaitkan dengan kematian dari hampir 14 ribu pria di Amerika setiap tahunnya. Hipertensi ikut berperan dalam kematian ribuan orang lain karena penyakit ikutannya yang berbahanya seperti: stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal (Leila, 2002).
Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk menderita stroke. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih penduduknya yang berusia diantara 18 – 75 tahun menderita hipertensi (Lany. S., Dkk 2004). Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke karena perdarahan atau steroemboli. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tingkat tekanan darah ( Ismudianti, 1996).
Penyakit Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia terutama di kota – kota besar, ia merupakan faktor resiko langsung terhadap timbulnya infark miokard akut dan CVA (Cerebro Vaskuler Accident) ( Tambayong, 2000).
Di Indonesia, sesuai dengan survey yang dilakukan dalam masyarakat selama ini yang telah dikumpulkan angka – angkanya, prevalensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari seluruh penduduk di Indonesia (Soeparman, 2005). Sedangkan data dari Medical Record RS Roemani Semarang tahun 2005 didapatkan 1790 pasien menderita hipertensi yang dirawat diruang rawat inap dan dari angka tersebut 210 pasien terkena stroke.
Berdasarkan data tersebut dapat di simpulkan bahwa pasien yang menderita hipertensi mempunyai faktor resiko terkena stroke. Serangan stroke dapat terjadi tiba – tiba, umumnya karena pasien tidak mengetahui gejala terjadinya serangan stroke dan tidak melakukan upaya yang tepat untuk mengurangi stroke. Upaya untuk mengurangi stroke dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur, diet teratur, perubahan pola hidup, dapat mengurangi terjadinya serangan stroke. Agar seorang pasien hipertensi dapat mengurangi serangan stroke diperlukan pengetahuan yang cukup tentang cara pengelolaan dan perawatan hipertensi yang benar.
Mengingat pengetahuan dan upaya untuk mengurangi stroke pada pasien hipertensi sangat penting maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi. Penelitian ini dilakukan di RS Roemani karena 11 % kasus stroke di RS Roemani karena hipertensi.
B. Perumusan Masalah
Masalah keperawatan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan tentang upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi di rawat inap RS Roemani Semarang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan pasien hipertensi untuk mengurangi stroke.
b. Mendeskripsikan upaya-upaya untuk mengurangi upaya serangan stroke pada pasien hipertensi.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi di RS Roemani Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi mengenai pengetahuan tentang upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi dan upaya untuk mengurangi serangan stroke yang dilakukan.
2. Bagi Akademik
Menambah bahan pustaka mata ajar tindakan keperawatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi serangan stroke sebagai bahan pertimbangan dalam pengkajian pasien sehingga perawat dapat melakukan pengelolaan asuhan keperawatan.
E. Bidang ilmu
Berdasarkan segi keilmuwan, penelitian ini merupakan bidang medikal bedah yang memfokuskan pada bidang perawatan, khususnya mengurangi stroke pada penderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Peorwodarminto (1976) pengetahuan adalah segala apa yang terjadi.
Menurut Soekidjo Notoadmodjo. (2002) Pengetahuan atau knowledge adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoadmodjo (2002), yang mengutip dari Bloom tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif meliputi :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan mendefinisikan, dan sebagainya. Sebagai contoh dapat mendefinisikan arti penyakit stroke, mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakit stroke, mampu menyebutkan etiologi penyakit stroke.
b. Memahami (compherensif )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Penerapan (aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.
d. Analisis (analysa)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesa)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada.
B. Hipertensi
1. Pengertian dan Klasifikasi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg menetap atau tekanan darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg (Barbara. E, 1993).
Menurut Tambayong. J. (2000) hipertensi juga sering digolongkan berdasarkan tekanan diastolik yaitu:
a. Hipertensi ringan bila tekanan diastolik 95 – 104 mmHg
b. Hipertensi sedang bila tekanan diastolik 105 – 114 mmHg
c. Hipertensi berat bila tekanan diastolik > 115 mmHg
2. Jenis Hipertensi
Menurut Lily Ismudianti. R. (1996) jenis hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu Hipertensi Primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi Primer Penyebabnya belum di ketahui dan ini menyangkut + 90 % dari kasus hipertensi. Hipertensi Sekunder Penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10 % dari kasus hipertensi.
3. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tekanan perifer. Kelainan hipertensi terutama pada peningkatan tahanan perifer, kenaikan tahanan perifer terutama disebabkan oleh vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika intima dan hipertropi tunika media.
Kerja jantung pada penderita hipertensi akan bertambah berat karena naiknya tahanan perifer. Lambat jauh akan berakibat terjadinya hipertensi ventrikel kiri. Bila hipertensi sudah melampaui batas maka sel-sel jantung tidak hanya bertambah ukuran (hipertropi) tetapi juga akan bertambah selnya (hiperplasi). Dengan terjadinya hipertropi dan hiperplasi maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoxia relatif. Keadaan ini diperberat dengan adanya sklerosis koroner. Akhirnya akan dan di ikuti dilatasi ventrikel kiri, bila berlangsung terus-menerus maka akan di ikuti hipertropi dan dilatasi jantung kanan dan akhirnya jantung kanan juga akan mengalami dekompensasi (I. Siaw. S., 1994).
4. Etiologi
Menurut Tambayong. (2000) dan Yasmin (1993) faktor predisposisi dari hipertensi terdiri dari :
a. Usia : Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
b. Jenis kelamin : Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita sehingga pada usia diatas 65 tahun insiden wanita lebih tinggi.
c. Ras : Hipertensi pada ras yang berkulit hitam lebih sedikit 2 kalinya pada yang berkulit putih.
d. Pola hidup : Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang tinggi, obesitas di pandang sebagai resiko utama, merokok di pandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi.
e. Obesitas : Meningkatnya berat badan pada masa anak – anak atau usia pertengahan, resiko terjadinya hipertensi meningkat.
f. Diet: Meningkatnya resiko dengan diet stadium tinggi resiko meninggi pada masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.
g. Merokok: Resiko dihubungkan dengan jumlah rokok lamanya berapa tahun merokok.
h. Riwayat keluarga: % hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi.
i. Aktifitas : Aktifitas yang berlebihan, istirahat yang kurang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
j. Hipertensi Sekunder terjadi karena adanya penyakit atau kondisi lain dalam tubuh yaitu:
1). Kelainan parenkim ginjal: Penyempitan Arteri Renalis
2). Kehamilan: Kapasitas dalam pembuluh darah
3). Gangguan pembuluh darah: Penebalan dinding arteri
4). Stres akut karena penyakit: Peningkatan ventilasi paru, defisiensi gangguan glukosa darah, luka bakar, radang pankreas.
5). Obat-obatan : Pil Kontrasepsi, glukokorticoid, syklosporine.
6). Gangguan syaraf: Tumor otak, penghentian pernapasan, encephalitis atau bentuk gabung yang menghubungkan dengan otak.
5. Gejala Hipertensi
Lanny. S., dkk (2004) menyebutkan bahwa gejala hipertensi terdiri dari: sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging, dan dunia terasa berputar (vertigo).
6. Komplikasi
a. Kerusakan pembuluh darah
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner (arterosklerosis).
b. Pembesaran dan kegagalan jantung
Kalau tekanan darah tinggi dibiarkan tanpa perawatan tepat, jantung harus memompa dengan sangat kuat untuk mendorong darah kedalam arteri lama-kelamaan dinding otot jantung menjadi tebal. Sebuah jantung yang membesar abnormal adalah jantung yang tidak sehat karena menjadi kaku dan irama denyutnya cenderung tidak teratur. Hal ini akan menjadikan pemompaan kurang efektif akhirnya akan menyebabkan kegagalan jantung. Kegagalan jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
c. Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan saluran arteri di otak pecah dan terjadi penumpukan darah ke otak (Soeharto, Iman, 2002).
A. Stroke
1. Pengertian
Pengertian stroke menurut beberapa ahli adalah :
a. Stroke atau cerebro vaskuler accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplay darah kebagian otak (Brunner dan Suddart, 2002).
b. Stroke atau cerebro vaskuler accident (CVA) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam waktu beberapa detik) atau secara cepat dengan segala atau isyarat yang sesuai dengan darah otak yang mengalami pasokan darah (Margatan. A., 1995).
2. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart (2002) penyebab dari stroke terdiri dari :
a. Trombosis : Bekuan darah didalam pembuluh darah.
b. Embolisme serebral : Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
c. Iskemia : Penurunan aliran darah keotak.
d. Hemoragi serebral : Pecahnya penbuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan atau ruang sekitar otak.
3. Faktor Resiko
Leila Henderson (2002) menyebutkan bahwa faktor resiko dari stroke adalah sebagai berikut yaitu :
a. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Sebanyak 70 % dari orang yang terserang stroke mempunyai tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat merusak arteri di ikuti oleh penyempitan dan akhirnya menyumbat pembuluh darah.
b. Penyakit arteri
Calon penderita stroke jika telah mengalami kerusakan arteri.
c. Penyakit jantung
Ditemukan 2 sampai 3 kali lebih sering pada pasien yang pernah mengalami stroke dibanding dengan yang tidak.
d. Bekuan darah
Polycythaemia ruba vera yaitu jumlah sel darah merah yang berlebihan, yang sebenarnya jarang terjadi yang menyebabkan darah menggumpal lebih mudah dan karena itu merupakan satu faktor resiko stroke.
4. Patofisiologi
Tekanan darah yang terlalu tinggi pada hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak maka terjadi perdarahan otak yang dapat menyebabkan kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet dan pembuluh darah yang menyempit (Sustrani Lanny, dkk 2004).
5. Tanda dan gejala
Doengoes (2000) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari stroke adalah sebagai berikut yaitu : Merasa kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, nyeri atau kejang otot, gangguan penglihatan menurun, gangguan tingkat kesadaran, nafsu makan hilang dan kesulitan menelan, sakit kepala, gangguan pengecapan dan penciuman, gangguan atau kehilangan fungsi bahasa, gangguan atau kehilangan fungsi bahasa, kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat bergerak, pernapasan sulit dan tidak teratur, gangguan respon panas atau dingin, tingkah laku yang tidak stabil, dan emosi labil.
D. Penatalaksanaan Umum Upaya Mengurangi Stroke Pada Pasien Hipertensi
Pencegahan primer adalah usaha pencegahan serangan stroke yang bertujuan untuk mencegah stroke yang terjadi pertama kali, sedangkan pencegahan sekunder adalah usaha pencegahan pada penderita yang pernah mengalami serangan stroke dan ingin menghindari serangan berikutnya ( Thomas. D. J. 1993).
1. Pencegahan primer
a. Pengobatan tekanan darah
Pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (tekanan sistolik lebih dari 150 mmHg) harus memperoleh pengobatan tekanan darah tinggi untuk mencegah serangan stroke. Pengobatan dilakukan dengan hati-hati memakai preparat atau takaran kecil, dan kemudian kalau perlu dapat ditambahkan preparat antagonis kalsium (seperti nifedipin) serta selanjutnya salah satu anggota dari anggota kelompok obat yang disebut penghambat beta (misal atenol).
b. Kadar lemak darah
Penderita hipertensi usia pertengahan dan usia lanjut mempunyai permasalahan yang berhubungan dengan lemak. Penderita yang usianya lebih muda harus memperoleh nasehat diet rendah lemak jenuh dan rendah hidrat arang (kalori seimbang). Kadang-kadang diperlukan juga obat untuk menurunkan kadar lemak yang berbahanya (seperti klofibrat). Beberapa preparat minyak ikan ternyata juga berkhasiat. Minyak ikan terbukti memiliki khasiat antiplatelet.
c. Problem pembuluh darah
Penderita yang pernah mengalami serangan iskemik sepintas atau penyempitan pembuluh arteri karotis harus menjalani pemeriksaan antara lain pemeriksaan gelombang suara ultra untuk mengetahui keadaan arteri karotis jika dijumpai kelainan dilakukan pemeriksaan angiografi. Bila penyempitan arteri karotis berat dilakukan pembedahan dan bila penyempitanya ringan dilakukan pemantauan arteri karotis secara teratur dan harus mendapat terapi antiplatelet. Pilihan terapi antiplatelet antara lain: aspirin tablet 300 gram satu atau dua hari sekali, minyak ikan, dan dipiridamol.
2. Pencegahan sekunder
a. Pengobatan yang tepat
Perlu diketahui serangan stroke yang pertama kali terjadi disebabkan oleh perdarahan atau infark serebral. Preparat anti koagulan tidak boleh diberikan kepada penderita yang pernah mengalami perdarahan otak namun dapat dipakai orang yang mengalami infark serebral.
b. Sebutir aspirin tiap hari
Aspirin diberikan dengan takaran rendah 300 mg (satu tablet) diminum tiga hari selama satu minggu, aspirin berguna dalam pencegahan serangan stroke berikutnya bagi penderita stroke yang diakibatkan trombosis. Sebagian penderita juga dapat ditolong dengan pemberian obat dipridamol tetapi obat ini mengakibatkan nyeri kepala khususnya penderita migrain.
c. Warfarin
Penderita kelainan jantung yang dapat menimbulkan trombosis dapat diberikan antikoagulan warfarin dan juga dapat mereka yang terkena hipertensi dengan serangan otak sepintas.
Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan stroke pada penderita hipertensi menurut Arcole Margattan (1995) antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu :
a. Olah raga yang teratur
Yaitu olah raga yang tidak mengeluarkan banyak tenaga misalnya jalan kaki dengan cepat, jogging, dan bersepeda. Dengan melakukan olah raga yang teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran darah keotot- otot dan memperbaiki metabolisme otot itu sendiri. Hal ini akan membantu terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga tensi menjadi turun. Kecuali itu olah raga juga menambah kesegaran dan kebugaran jasmani yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan daya tahan tubuh penderita menghadapi serangan komplikasi penyakit hipertensi antara lain stroke.
b. Diet yang rendah garam
Kemungkinan terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat tinggi bila penderita mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak. Orang yang normal biasanya mengkonsumsi garam dapur antara lain 5 – 15 gram perhari. Pada penderita hipertensi dianjurkan makan garam seminimal mungkin sekitar 2 – 3 gram perhari. Mengurangi penggunaaan garam baik dari garam dapur maupun bahan adiptif seperti monosodium glutamat, natrium benzoat, dan natrium bikarbonat dapat mengurangi terjadinya serangan stroke karena bahan – bahan tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah dalam otak dan dapat mengakibatkan stroke.
c. Perubahan pola hidup
1) Mengurangi kegemukan
Orang yang gemuk yang banyak mengkonsumsi kalori tinggi mempunyai resiko besar terjadi hipertensi dan akhirnya biasanya terjadi stroke. Dengan mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi asupan kalori dengan makan makanan yang kandungan lemaknya rendah, gunakan susu krim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, dan sup. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan.
2) Authoterapi hipertensi
Menanggulangi stroke pada pasien hipertensi bisa dilakukan dengan cara meditasi. Syaratnya harus dilakukan secara rutin, tanpa mengenal rasa bosan dan dalam waktu kurang lebih 3 – 4 bulan. Meditasi ini dilakukan setiap hari selama kurang lebih 20 menit boleh dilakukan pada pagi hari atau waktu luang.
3) Hentikan kebiasan merokok
Pengapuran atau pengerasan pembuluh darah yang disebut arterosklerosis, merupakan akibat pertama kali dari merokok, dan juga terjadi berkurangnya volume pasca darah, rokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah 2 – 10 menit setelah dihisap, karena merangsang saraf mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan pengerutan pembuluh darah sehingga tensi menjadi naik dan menyebabkan faktor resiko terjadi stroke.
4) Menghindari stres
Perubahan pola hidup yang serba otomatis menyebabkan tubuh kurang gerak dan perubahan yang meliputi lingkungan, fisik, dan sosial mempengaruhi manusia menimbulkan stres dengan berbagai manifestasi diantaranya hipertensi dan dapat menyebabkan stroke. Hal ini dapat dicegah dengan cara berusaha relaksasi dalam menghadapi masalah, melakukan refresing, dan dapat juga dengan mendalami agama dan berusaha menciptakan keluarga yang bahagia.
E. Kerangka Teori
Perilaku pencegahan penyakit
(Sumber : Notoadmodjo, 1985)
F.
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Upaya mengurangi stroke
Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya mengurangi stroke
G. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat : Upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi.
2. Variabel bebas : Tingkat pengetahuan tentang upaya untuk mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi.
H. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi dengan upaya mengurangi serangan stroke.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian ini adalah diskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyekitf serta mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Metode pendekatannya adalah cross sectional dimana penelitian dilakukan saru waktu, tidak mengikuti kedepan atau kebelakang (Notoadmodjo. S., 2002).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh pasien yang menderita hipertensi yang dirawat inap di RS Roemani Semarang dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2006, sejumlah 30 orang.
2. Sampel
Sampel yang diambil sebanyak 30 orang (sampel Jenuh).
C. Definisi Operasional, variabel dan Skala Penelitian
No
Variabel
Definisi Operasional
Skala
1 Tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya mengurangi serangan stroke
Hal – hal yang diketahui pasien hipertensi mengenai stroke meliputi :
a. Pengertian stroke
b. Tanda dan gejala stroke
c. Hal yang dapat meningkatkan kejadian stroke
d. Penyebab stroke
e. Upaya untuk mengurangi serangan stroke
f. Diet pasien hipertensi
g. Olah raga pasien hipertensi
h. Pola hidup meliputi kegemukan, menghindari rokok, authoterapi hipertensi, menghindari stres
Tingkat pengetahuan mengurangi serangan stroke diukur dengan 20 item pertanyaan dengan kriteria jawaban benar mendapat skore 5 dan jawaban yang salah mendapat skore 0. Dengan pemberian kuesioner pada pasien satu persatu.
Interval
2. Upaya atau cara-cara mengurangi serangan stroke
Hal-hal yang diketahui pasien hipertensi untuk mengurangi terjadinya serangan stroke. Meliputi :
a. Perubahan pola hidup
b. Pengobatan tekanan darah
c. Pengaturan olah raga
d. Kebiasan merokok
e. Pengelolaan stres
f. Pengaturan makanan
Upaya untuk mengurangi serangan stroke diukur dengan sepuluh item pertanyaan dengan kriteria jawaban yang paling tepat diberi nilai 3, mendekati tepat diberi nilai 2 dan yang tidak tepat diberi nilai 1. Dengan pemberian kuesioner pada pasien satu persatu.
Interval
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu :
1. Pendekatan kepada responden, memperkenalkan diri, dan menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden.
2. Jika responden setuju maka mempersilahkan untuk membaca lembar persetujuan kemudian tanda tangan.
3. Setelah setuju pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung, dalam menggunakan panduan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada tiap responden satu persatu.
4. Data tentang karakteristik responden dikumpulkan berdasarkan kuesioner karakteristik responden.
5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang pencegahan stroke data diperoleh dari kuesioner tingkat pengetahuan.
Pengukuran dengan kriteria :
a. Tinggi : bila skor > 75 % dari nilai maksimal.
b. Sedang : bila skor > 50 % - < 75 % dari nilai maksimal.
c. Rendah : bila skor < 50 % dari nilai maksimal.
6. Untuk mengetahui upaya mengurangi terjadinya stroke diperoleh dari kuesioner upaya mengurangi terjadinya stroke.
Pengukuran dengan kriteria :
a. Upaya tinggi bila skor 21 – 30.
b. Upaya sedang bila skor 10 – 20.
c. Upaya kurang bila sekor < 10.
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul untuk melihat kelengkapan isian kuosioner. Apabila data yang kurang lengkap segera dilengkapi, kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut yaitu :
a. Pengkodean (Coding)
Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindah kelembar koding. Pengkodean untuk setiap variabel
b. Edit (Editing)
Meneliti setiap kuosioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian antara satu dengan yang lain.
c. Tabulasi (Tabulating)
Mengelompokkan data sesuai tujuan kemudian memasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan.
2. Validitas dan reabilitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Data demografi : usia, alamat, suku bangsa, pendidikan terakhir, jenis kelamin, status perkawinan, dan riwayat hipertensi pada keluarga.
b. Instrument untuk menilai tingkat pengetahuan pada pasien hipertensi yang berisi instrument pertanyaan pilihan ganda dengan penilaian yang benar diberi nilai 5 dan yang salah diberi nilai 0.
c. Instrumen untuk menilai upaya mengurangi serangan stroke pada pasien hipertensi yang berisi instrumen pertanyaan pilihan ganda dengan penilaian yang paling tepat diberi nilai 3, mendekati tepat diberi nilai 2 dan yang tidak tepat diberi nilai 1.
Setelah instrument penelitian dibuat lalu pertanyaan diuji dengan validitas dan reabilitas karena instrumen dibuat sendiri oleh peneliti.
a. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang diukur (Danim.S., 2003: hal 23).
Lembar kuesioner tingkat pengetahuan berdasarkan Waridjan (1991), kemudian dikembangkan sendiri oleh peneliti diuji oleh korelasi product momen, yaitu :
Rxy =
Keterangan :
Rxy : Indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan.
x : Skor butir
y : Skor total
Keputusan uji :
Bila r hitung lebih besar dari r tabel artinya variabel valid.
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel artinya variabel tidak valid.
Hasil uji validitas instrumen menunjukkan bahwa nilai validitas tersebut valid. Ditunjukkan dengan nilai R hitung lebi besar dari nilai R tabel dengan taraf kesalahan (a) : 5 %
Hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan dalam rentang 0,611 – 0,916 artinya kuesioner tingkat pengetahuan valid, karena nilai tersebut lebih besar daripada 0,514.
2. Upaya mengurangi stroke dalam rentang 0,596 – 0,870. Artinya kuesioner upaya mengurangi stroke valid, karena nilai tersebut lebih besar daripada 0,514.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, yaitu :
n =
Keterangan :
r1 : Reliabilitas instrumen.
: Jumlah varians butir.
k : Banyaknya butir pertanyaan atau item.
: Varians total.
Dasar menggunakan keputusan :
1) Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.
2) Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.
3) Jika r Alpha > r Alpha tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berbeda dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka 1 (> 0,6) reliabilitasnya semakin tinggi, sebaliknya jika semakin mendekati angka 0 reliabilitasnya semakin rendah.
Hasil uji realiabilitas menunjukkan reabel sehingga instrumen tersebut reabel, ditunjukkan dengan nilai alfa crombach lebih besar dari 0,6, hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Tingkat Pengetahuan
Hasil uji realiabilitas a = 0,958, artinya kuesioner tersebut reabel karena nilai tersebut lebih besar dari 0,6.
2) Upaya Mengurangi Stroke
Hasil uji realiabilitas a = 0,887, artinya kuesioner tersebut reabel karena nilai tersebut lebih besar dari 0,6.
3. Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptik dan analitik.
a. Univariat
Yang termasuk data univariat adalah tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya-upaya mengurangi serangan stroke. Yang secara deskriptif yang masing-masing disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, tabulasi silang, kurva, dan grafik dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS Windows versi 10.
b. Bivariat
Sebelum diuji bivariat, data diuji kenormalan data dengan uji kolmogorof spinof. Data bivariat adalah hubungan antara tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi terhadap upaya mengurangi serangan stroke yang dianalisis secara analitik dengan menggunakan salah satu uji statistik parametrik yaitu menggunakan uji korelasi produk moment jika distribusinya normal, jika distribusinya tidak normal maka menggunakan uji statistik non parametrik yaitu dengan uji korelasi Spearman dengan bantuan Program Komputer SPSS Windows versi 10.
G. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan permohonan ijin kepada direktur RS Roemani Semarang untuk mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner dikirim kesubyek yang diteliti. Menurut Nursalam (2001), dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yaitu :
1. Lembar persetujuan (Informed concent)
Diberikan kepada responden. Tujuannya adalah supaya subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.
Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati dia.
2. Tanpa nama (Anonimiti)
Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek.
3. Kerahasiaan (Confidenciality)
Kerahasian informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.