TEKNIK PENCARIAN HADIS
KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN
Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk
melakukan pencarian hadis. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain:
هِدَايَةُ الْبَارِي إِلَى تَرْتِيْبِ أَحَادِيْثِ
الْبُخَارِيِّ
1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar
AI-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang
termuat dalam Shahih AI-Bukhari. Lafal-lafal hadis disusun menurut
aturan urutan huruf abjad Arab. Namun hadis-hadis yang dikemukakan secara
berulang dalam Shahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus
di atas. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis riwayat AI-Bukhari
tidak dapat diketahui lewat kamus tersebut.
مُعْجَمُ الأَلْفَاظِ وَلاَ
سِيَّمَا الْغَرِيْبُ مِنْهَا أو فِهْرِسٌ لِتَرْتِيْبِ أَحَادِيْثِ صَحِيْحِ
مُسْلِمٍ
2. Mu jam
al-Fazi wala siyyama al-garibu minha atau fihris litartibi ahadisi sahihi
Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni
juz ke- V dari Kitab Sahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul
Baqi. Jus V ini merupakan kamus terhadap Jus ke-I sampai ke-IV yang berisi:
i.
Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan
juz yang memuatnya.
ii.
Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan
hadis yang termuat dalam Sahih Muslim.
iii.
Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang
tersusun menurut abjad serta diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari, bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
مِفْتَاحُ الصَّحِيْحَيْنِ
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin
Mustafa Al-Tauqiah. Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini
hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis tersebut
disusun menurut abjad dari awal lafal hadis lafal matan hadis.
أَلْبُغْيَةُ فِي تَرْتِيْبِ أَحَادِيْثِ الْحِلْيَةِ
4. AI-Bugyatu fi tartibi ahadasi al-hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin
al-Sayyid Muhammad bin Sayyid al-Siddiq aI-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat
dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nu’aim
AI-Asbahani (w. 430 H) yang berjudul Hilyah al-Auliyai wababaqatul asfiyai.
Sejenis dengan kitab tersebut di atas adalah kitab
مِفْتَاحُ التَّرْتِيْبِ لأَحَادِيْثِ تَارِيْخِ الْخَطِيْبِ
Miftahut tartibi li ahadisi tarikhil khatib
Disusun oleh saudaranya, yaitu Sayyid Ahmad bin
Sayyid Muhammad bin Sayyid al-Siddiq aI-Qammari yang memuat dan menerangkan
hadis-hadis yang tercantum dalam kitab sejarah rawi berjudul Tarikh Baghdad,
karya Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad aI-Bagdadi yang dikenal
dengan aI-Khatib al- Baghdadi ( w. 463 H).
أَلْجَامِعُ الصَّغِيْرُ
5. Al-Jamius Sagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman
al-Suyuti (w.91h). Kitab ini merupakan kamus hadis yang memuat hadis-hadis yang
terhimpun dalam kitab lainnya karya al-Suyuti juga, yakni
جَمْعُ الْجَوَامِعِ
Jam’ al-Jawami’
Hadis yang dimuat dalam kitab al-Jami
al-Saghir disusun secara alfabetis (berdasarkan urutan abjad dari awal
lafal matan hadis). Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis secara
lengkap dan ada pula yang ditulis sebagiannya saja, namun telah mengandung
pengertian yang cukup.
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama
sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama
Mukharijnya (periwayat hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya). Selain itu,
hampir setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang
dilakukan atau disetujui oleh As-suyuti.
أَلْمُعْجَمُ الْمُفَهْرَسُ لأَلْفَاظِ الْحَدِيْثِ
النَّبَوِيِّ
6. AI-Mujam al-mufahras li alfazil hadis
nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari
kalangan orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan
proses penyusunan ialah Dr. Arnold John Wensinck (w.j 939 m), seorang profesor
bahasa-bahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri
Belanda.
Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis
berdasarkan petunjuk lafal matan hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak
dibatasi hanya lafal-lafal yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari
matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu'jam mampu memberikan informasi
kepada pencari matan dan sanad hadis, asal saja sebagian dari lafal matan yang
dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu'jam ini terdiri dari tujuh Juz
dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan
kitab hadis, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan
Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan Daromi, Muwatta Malik, dan
Musnad Ahmad.
Langkah-langkah Pencarian Hadis
Secara garis besar pencarian hadis dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Apabila hadis yang hendak dicari itu telah
diketahui lafal awal matannya, maka dapat dicari atau ditelusuri dalam kitab-kitab
kamus hadis dengan melihat huruf awal sesuai urutan abjad.
Contohnya hadis Nabi:
Untuk mengetahui lafal lengkap dari penggalan
matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan
itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Ternyata
halaman yang ditunjuk memuat penggalan lafal tersebut adalah halaman 2014.
Berarti, lafal yang dicari berada pada halaman 20 14 juz IV. Setelah diperiksa,
maka diketahuilah bahwa bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah:
Artinya:
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
Apabila hadis tersebut dikutip dalam karya tulis
ilmiah, maka sesudah lafal matan dan nama sahabat periwayat hadis yang
bersangkutan ditulis, nama Imam Muslim disertakan. Biasanya kalimat yang
dipakai adalah
Nama sahabat periwayat hadis dalam contoh di atas
adalah Abu Hurairah, dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak ditulis
di awal matan. kalimat yang dipakai berbunyi :
Dalam kitab Sahih Muslim dicantumkan di
catatan kaki sebagaimana lazimnya.
Kamus yang disusun oleh Muhamad Fuad Abdul Baqi
tersebut tidak mengemukakan lafal hadis Nabi yang dalam bentuk selain sabda.
bahkan hadis yang berupa sabda pun tidak disebutkan seluruhnya. Contoh:
Lafal hadis tersebut tidak termuat dalam kamus,
padahal Sahih Muslim memuatnya dalam juz III halaman 1359, nomor urut
hadis 1734. Hadis yang dimuat dalam kamus adalah hadis yang semakna yang
terdapat dalam juz dan halaman yang sama dengan nomor urut hadis 1733, lafalnya
berbunyi:
dengan menggunakan kitab-kitab sebagaimana telah
disebutkan di atas. Adapun dua macam cara takhrijul hadis
2. Menakhrij hadis dengan berdasarkan topik
permasalahan (takhrijul hadis bit Mundu'i)
Upaya mencari hadis terkadang tidak didasarkan
pada lafal matan (materi) hadis, tetapi didasarkan pada topik masalah.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadis
yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadis dalam segala konteksnya.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah
tertentu itu dapat ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab himpunan kutipan
hadis, namun berbagai kitab itu biasanya tidak
menunjukkan teks hadis menurut para periwayatnya masing-masing. Padahal untuk
memahami topik tertentu tentang petunjuk hadis, diperlukan pengkajian terhadap
teks-teks hadis menurut periwayatnya masing-masing. Dengan bantuan kamus hadis
tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut riwayat dari berbagai
periwayat akan mudah dilakukan. Salah satu kamus hadis itu ialah:
(Untuk empat belas kitab hadis dan kitab tarikh
Nabi).
Kitab tersebut merupakan kamus hadis yang disusun
berdasarkan topik masalah. Pengarang asli kamus hadis tersebut adalah Dr. A.J.
Wensinck (Wafat 1939 M), seorang orientalis yang besar jasanya dalam dunia
perkamusan hadis. Sebagaimana telah dibahas dalam uraian terdahulu, Dr. A.J.
Wensinck adalah juga penyusun utama kitab kamus hadis:
Bahasa asli dari kitab Miftah Kunuzis-Sunnah
adalah bahasa Inggris dengan judul a Handbook of Early Muhammadan. Kamus
hadis yang berbahasa Inggris tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
sebagaimana tercantum di atas oleh Muhamad Fuad Abdul-Baqi. Muhamad Fuad tidak
hanya menerjemahkan saja, tetapi juga mengoreksi berbagai data yang salah.
Naskah yang berbahasa inggris diterbitkan untuk
pertama kalinya pada tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun 1934.
Dalam kamus hadis tersebut dikemukakan berbagai
topik, baik. yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan
petunjuk Nabi maupun yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan
dengan nama. Untuk setiap topik biasanya disertakan beberapa subtopik, dan
untuk setiap subtopik dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya.
Berarti, lafal yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa,
maka diketahuilah bahwa bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah:
Artinya:
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah SAW bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah SAW bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
Jika hadis tersebut dikutip dalam karya tulis
ilmiah, maka sesudah ditulis lafal matan dan nama sahabat periwayat hadis yang
bersangkutan, disertakan nama Imam Muslim. Biasanya kalimat yang dipakai
adalah:
Nama sahabat periwayat hadis, dalam contoh di
atas adalah Abu Hurairah, dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak
ditulis di awal matan.
Dalam hal ini, kalimat yang dipakai dapat
berbunyi:
Dalam kitab Sahih Muslim dicantumkan di catatan
kaki sebagaimana lazimnya. Kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul-Baqi
tersebut tidak mengemukakan lafal hadis Nabi yang dalam bentuk selain sabda.
Bahkan hadis yang berupa sabda pun tidak seluruhnya dimuat. Salah satu
contohnya ialah lafal hadis yang berbunyi:
Lafal hadis tersebut tidak termuat dalam kamus,
padahal Sahih Muslim memuatnya dijuz III halaman 1359, nomor urut hadis: 1734.
Lafal yang dimuat dalam kamus adalah hadis yang semakna yang terdapat dalam juz
dan halaman yang sama, dengan nomor urut hadis 1733. Lafal itu berbunyi:
Penggalan hadis nomor 1631 merupakan contoh juga
dari matan hadis yang tidak termuat dalam kamus itu.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan kamus tidak
hanya kitab-kitab hadis saja, tetapi juga kitab-kitab sejarah (tarikh) Nabi.
Jumlah kitab rujukan itu ada empat belas kitab, yakni:
Dalam kamus, llama dan beberapa hal yang
berhubungan dengan kitab-kitab tersebut dikemukakan dalam bentuk lambang.
Contoh berbagai lambang yang dipakai dalam kamus hadis Miftah Kunuzis-Sunnah,
yaitu:
=juz pertama (awal) = bab
= sahih al-bukhari
= Sunan Abi Daud
= Sunan At-Turmuzi
= Juz ketiga
= juz kedua
= Juz
= Hadis
= Musnad Ahmad
= juz kelima
= juz keempat
= Musnad Zald bin Ali
= juz keenam
= halaman (Sathah)
= Musnad Abi Daud At-Thayalisi
= Tabaqat Ibni Saad
= Bagian Kitab (Qismul-kitab)
= Konfirmasikan data yang sebelumnya dengan data yang sesudahnya
= Magazi AI-Waqidi
= Kitab ( dalam arti bagian)
= Muatta' Malik
= Sunan Ibni Majah
= Sahih Muslim
= Hadis terulang beberapa kali
= Sunan Ad-Darimi
= Sunan An-Nasai
= Sirah Ibni Hisyam
Angka kecil yang berada di sebelah kiri bagian
atas dari angka Yang umum = hadis yang bersangkutan termuat sebanyak angka
kecil itu pada halaman atau bab yang angkanya disertai dengan angka kecil
tersebut.
Setiap halaman kamus terbagi dalam tiga kolom.
Setiap kolom memuat topik; Setiap topik biasanya mengandung beberapa subtopik;
dan pada setiap subtopik dikemukakan data kitab yang memuat hadis yang
bersangkutan. Cara penggunaannya seperti berbagai hadis yang dicari adalah yang
memberi petunjuk tentang pemenuhan nazar: Dengan demikian, topik Yang dicari
dalam kamus adalah topik tentang nazar.
Dalam kamus (Miftah Kunuzis-Sunnah)
terbitan Lahore (pakistan), topik nazar termuat di halaman 497, kolom
ketiga. Topik tersebut mengandung empat belas subtopik. Subtopik Yang dicari
berada pada urutan kedua belas, di halaman 498, kolom ketiga. Data Yang
tercantum dalam subtopik tersebut adalah sebagai berikut :
Dengan memahami kembali maksud lambang-lambang
yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa
maksud data di atas ialah:
1.
Sunan Abu Daud, nomor urut kitab (bagian): 21; nomor urut bab:
22.
2.
Sunan lbnu Majah, nomor urut kitab (bagian): 11;nomor utut bab:
18.
3.
Sunan Ad-Darimi, nomor urut kitab (bagian): 14; nomor urut bab:
1.
4.
Muatta ' Malik, nomor urut kitab (bagian): 22 nomor urut bab: 3.
5.
Musnad Ahmad, juz ll, halaman 159; juz lII, halaman 419; dan
juz VI, halaman 266 ( dalam halaman itu, hadis dimaksud dimuat dua kali) .
Setelah data diperoleh, maka hadis yang dicari,
yakni dalam hal ini hadis yang membahas pemenuhan nazar diperiksa pada
kelima kitab hadis di atas. Judul-judul kitab (dalam arti bagian) yang ditunjuk
dalam data di atas dapat diperiksa pada daftar nama kitab (dalam arti bagian)
yang termuat pada Bab IV tulisan ini untuk masing-masing kitab hadis yang
bersangkutan.
Apabila yang dicari, misalnya berbagai hadis Nabi
tentang tata cara salat malam yang dilakukan Nabi pada bulan Ramadan, maka
topik yang dicari dalam kamus adalah topik Ramadan. Topik tersebut ada di
halaman 211, kolom ketiga. Subtopik untuk Ramadan ada dua puluh satu macam.
Subtopik yang dicari berada pada urutan subtopik keenam dan terletak di halaman
212, kolom kedua (tengah). Data yang dikemukakan adalah :
Dengan memeriksa lambing-lambang yang telah
dikemukanan dalam pembahasan terlebih dahulu, maka data tersebut dapat dipahami
maksudnya. Sesudah itu lalu diperiksa hadis-hadis yang termuat dalam keenam
kitab hadis tersebut, yakni dalam Sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan
At-Turmuzi, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai dan Musnad Ahmad.
Sekiranya topik yang dikaji berkaitan dengan nama
orang, misalnya Abu Jahal, maka nama tersebut ditelusuri dalam kamus. Nama Abu
Jahal ternyata terletak di halaman l5 kolom kedua, subtopiknya ada empat macam.
Data untuk subtopik yang pertama, misalnya berbunyi sebagai berikut
(Keburukan tingkah laku Abu Jahal terhadap Nabi
SAW.
Dengan demikian untuk mengetahui keburukan
tingkah laku AbuJahal kepada Nabi Muhamad, dapat diperiksa hadis-hadis yang
termuat
dalam:
1.
Sahih Muslim, nomor urut kitab (bagian): 50; pada nomor urut
hadis: 28
2.
Musnad Ahmad, juz II, halaman 370. Data tersebut agar
dikonfirmasikan dengan data yang dikemukakan sebelumnya dan sesudahnya.
3.
Sirah Ibnu Hisyam, halaman 184.
Untuk
memperlancar pencarian hadis berdasarkan topik tersebut, perlu dilakukan
praktek pencarian hadis berdasarkan data yang dikemukakan oleh kamus. Perlu
ditegaskan bahwa berbagai hadis yang ditunjuk oleh kamus belum dijelaskan
kualitasnya. Untuk mengetahui kualitasnya diperlukan penelitian tersendiri.
Takhrijul Hadist
Salah satu
manfaat dari takhriijul hadits adalah memberikan informasi bahwa suatu hadits
sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun
sanadnya
A. PENGERTIAN
Kata Takhij adalah bentuk masdar dari fill
madi yang secara bahasa berarti mengeluakan sesuatu dari tempat.
Pengertian takhrij menurut ahli hadis memiliki
tiga (3) macam pengertian, yaitu:
1.
Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam
kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam
kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya
seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Jamius Sahih Muslim.
kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah
ditetapkan oleh lmam Muslim.
2.
Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan ke
dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama
penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan
kata-kata: "Akhrajahul Bukhari", artinya bahwa hadis yang
dinukil itu terdapat kitab Jamius Sahih Bukhari. Bila ia
mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat
dalam kitab Sahih Muslim.
3.
Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi
hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
Misalnya:
Misalnya:
1.
Takhrij Ahadisil Kasysyaaf, karyanya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu
kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam kitab
Tafsir AI-Kasysyaaf yang oleh pengarangya tidak diterangkan derajat
hadisnya, apakah sahih, hasan, atau lainnya.
2.
Al Mugny AnHamlil Asfal, karya Abdurrahim Al-Iraqy, adalah kitab yang
menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin
karya Al-Ghazali.
B. MANFAAT TAKHRIJUL HADIS
Ada beberapa manfaat dari takhrijul hadis
antara lain sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi bahwa suatu hadis termasuk
hadis sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan
maupun sanadnya;
2.
Memberikan kemudahan bagi orang yang mau
mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat
diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu
hadis adalah mardud (tertolak).
3.
Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah
benar-benar berasal dari Rasulullah SA W. yang harus kita ikuti karena adanya
bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad
maupun matan.
C. KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN
Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk
melakukan takhrij hadis. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain:
1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar
AI-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang
termuat dalam Sahih AI-Bukhari. Lafal-lafal hadis disusun menurut aturan
urutan huruf abjad Arab. Namun hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang
dalam Sahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas.
Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis riwayat AI-Bukhari tidak
dapat diketahui lewat kamus tersebut.
2. Mu jam Al-Fazi wala siyyama al-garibu minha
atau fihris litartibi ahadisi sahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni
juz ke- V dari Kitab Sahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul
Baqi. Jus V ini merupakan kamus terhadap Jus ke-I -IV yang berisi:
iv.
Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan
juz yang memuatnya.
v.
Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan
hadis yang termuat dalam Sahih Muslim.
vi.
Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang
tersusun menurut abjad serta diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari, bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Miftahus
Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa
Al-Tauqiah. Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini
hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis tersebut
disusun menurut abjad dari awal lafal hadis lafal matan hadis.
4. AI-Bugyatu fi tartibi ahadasi al-hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin
Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq AI-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat
dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim
AI-Asabuni (w. 430 H) yang berjudul: Hilyatul auliyai wababaqatul asfiyai.
Sejenis dengan kitab tersebut di atas adalah kitab Miftahut tartibi li
ahadisi tarikhil khatib
yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid
Muhammad bin Sayyid As-Siddiq AI-Qammari yang memuat dan menerangkan
hadis-hadis yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin
Ali bin Subit bin Ahmad AI-Bagdadi yang dikenal dengan AI-Khatib Al- Bagdadi
( w. 463 H). Susunan kitabnya diberi judul Tarikhu Bagdadi yang terdiri
atas 4 jilid
5. Al-Jamius Sagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman
As-Suyuti (w.91h). Kitab kamus hadis tersebut memuat hadis-hadis yang terhimpun
dalam kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-suyuti juga, yakni
kitab Jam 'ul Jawani.
Hadis yang dimuat dalam kitab Jamius Sugir
disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafal matan hadis. Sebagian dari
hadis-hadis itu ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang ditulis
sebagian-sebagian saja, namun telah mengandung pengertian yang cukup.
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama
sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama
Mukharijnya (periwayat hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya). Selain itu,
hampir setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang
dilakukan atau disetujui oleh As-suyuti.
6. AI-Mujam al-mufahras li alfazil hadis nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari
kalangan orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan
proses penyusunan ialah Dr. Arnold John Wensinck (w.j 939 m), seorang profesor
bahasa-bahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri
Belanda.
Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis
berdasarkan petunjuk lafal matan hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak
dibatasi hanya lafal-lafal yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari
matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu'jam mampu memberikan informasi
kepada pencari matan dan sanad hadis, asal saja sebagian dari lafal matan yang
dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu'jam ini terdiri dari tujuh Juz
dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan
kitab hadis, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan
Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan Daromi, Muwatta Malik, dan
Musnad Ahmad.
D. CARA MELAKSANAKAN TAKHRIJUL HADIS
Secara garis besar menakhrij hadis (takhyijul
hadis) dapat dibagi menjadi dua cara dengan menggunakan kitab-kitab
sebagaimana telah disebutkan di atas. Adapun dua macam cara takhrijul hadis
yaitu:
1. Menakhrij hadis telah diketahui awal matannya,
maka hadis tersebut dapat dicari atau ditelusuri dalam kitab-kitab kamus hadis
dengan dicarikan huruf awal yang sesuai diurutkan dengan abjad.
Contohnya hadis Nabi:
Untuk mengetahui lafal lengkap dari penggalan
matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan
itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Ternyata
halaman yang ditunjuk memuat penggalan lafal tersebut adalah halaman 2014.
Berarti, lafal yang dicari berada pada halaman 20 14 juz IV. Setelah diperiksa,
maka diketahuilah bahwa bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah:
Artinya:
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
Apabila hadis tersebut dikutip dalam karya tulis
ilmiah, maka sesudah lafal matan dan nama sahabat periwayat hadis yang
bersangkutan ditulis, nama Imam Muslim disertakan. Biasanya kalimat yang
dipakai adalah
Nama sahabat periwayat hadis dalam contoh di atas
adalah Abu Hurairah, dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak ditulis
di awal matan. kalimat yang dipakai berbunyi :
Dalam kitab Sahih Muslim dicantumkan di
catatan kaki sebagaimana lazimnya.
Kamus yang disusun oleh Muhamad Fuad Abdul Baqi
tersebut tidak mengemukakan lafal hadis Nabi yang dalam bentuk selain sabda.
bahkan hadis yang berupa sabda pun tidak disebutkan seluruhnya. Contoh:
Lafal hadis tersebut tidak termuat dalam kamus,
padahal Sahih Muslim memuatnya dalam juz III halaman 1359, nomor urut
hadis 1734. Hadis yang dimuat dalam kamus adalah hadis yang semakna yang
terdapat dalam juz dan halaman yang sama dengan nomor urut hadis 1733, lafalnya
berbunyi:
2. Menakhrij hadis dengan berdasarkan topik
permasalahan (takhrijul hadis bit Mundu'i)
Upaya mencari hadis terkadang tidak didasarkan
pada lafal matan (materi) hadis, tetapi didasarkan pada topik masalah.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadis
yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadis dalam segala konteksnya.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah
tertentu itu dapat ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab himpunan kutipan
hadis, namun berbagai kitab itu biasanya tidak
menunjukkan teks hadis menurut para periwayatnya masing-masing. Padahal untuk
memahami topik tertentu tentang petunjuk hadis, diperlukan pengkajian terhadap
teks-teks hadis menurut periwayatnya masing-masing. Dengan bantuan kamus hadis
tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut riwayat dari berbagai
periwayat akan mudah dilakukan. Salah satu kamus hadis itu ialah:
(Untuk empat belas kitab hadis dan kitab tarikh
Nabi).
Kitab tersebut merupakan kamus hadis yang disusun
berdasarkan topik masalah. Pengarang asli kamus hadis tersebut adalah Dr. A.J.
Wensinck (Wafat 1939 M), seorang orientalis yang besar jasanya dalam dunia
perkamusan hadis. Sebagaimana telah dibahas dalam uraian terdahulu, Dr. A.J.
Wensinck adalah juga penyusun utama kitab kamus hadis:
Bahasa asli dari kitab Miftah Kunuzis-Sunnah
adalah bahasa Inggris dengan judul a Handbook of Early Muhammadan. Kamus
hadis yang berbahasa Inggris tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
sebagaimana tercantum di atas oleh Muhamad Fuad Abdul-Baqi. Muhamad Fuad tidak
hanya menerjemahkan saja, tetapi juga mengoreksi berbagai data yang salah.
Naskah yang berbahasa inggris diterbitkan untuk
pertama kalinya pada tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun 1934.
Dalam kamus hadis tersebut dikemukakan berbagai
topik, baik. yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan
petunjuk Nabi maupun yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berkaitan
dengan nama. Untuk setiap topik biasanya disertakan beberapa subtopik, dan
untuk setiap subtopik dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya.
Berarti, lafal yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa,
maka diketahuilah bahwa bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah:
Artinya:
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah SAW bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
"(Hadis) riwayat Abu Hurairah bahwa Rasullulah SAW bersabda, "(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah."
Jika hadis tersebut dikutip dalam karya tulis
ilmiah, maka sesudah ditulis lafal matan dan nama sahabat periwayat hadis yang
bersangkutan, disertakan nama Imam Muslim. Biasanya kalimat yang dipakai
adalah:
Nama sahabat periwayat hadis, dalam contoh di
atas adalah Abu Hurairah, dapat pula ditulis sesudah nama Muslim dan tidak
ditulis di awal matan.
Dalam hal ini, kalimat yang dipakai dapat
berbunyi:
Dalam kitab Sahih Muslim dicantumkan di catatan
kaki sebagaimana lazimnya. Kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul-Baqi
tersebut tidak mengemukakan lafal hadis Nabi yang dalam bentuk selain sabda.
Bahkan hadis yang berupa sabda pun tidak seluruhnya dimuat. Salah satu
contohnya ialah lafal hadis yang berbunyi:
Lafal hadis tersebut tidak termuat dalam kamus,
padahal Sahih Muslim memuatnya dijuz III halaman 1359, nomor urut hadis: 1734.
Lafal yang dimuat dalam kamus adalah hadis yang semakna yang terdapat dalam juz
dan halaman yang sama, dengan nomor urut hadis 1733. Lafal itu berbunyi:
Penggalan hadis nomor 1631 merupakan contoh juga
dari matan hadis yang tidak termuat dalam kamus itu.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan kamus tidak
hanya kitab-kitab hadis saja, tetapi juga kitab-kitab sejarah (tarikh) Nabi.
Jumlah kitab rujukan itu ada empat belas kitab, yakni:
Dalam kamus, llama dan beberapa hal yang
berhubungan dengan kitab-kitab tersebut dikemukakan dalam bentuk lambang.
Contoh berbagai lambang yang dipakai dalam kamus hadis Miftah Kunuzis-Sunnah,
yaitu:
=juz pertama (awal) = bab
= sahih al-bukhari
= Sunan Abi Daud
= Sunan At-Turmuzi
= Juz ketiga
= juz kedua
= Juz
= Hadis
= Musnad Ahmad
= juz kelima
= juz keempat
= Musnad Zald bin Ali
= juz keenam
= halaman (Sathah)
= Musnad Abi Daud At-Thayalisi
= Tabaqat Ibni Saad
= Bagian Kitab (Qismul-kitab)
= Konfirmasikan data yang sebelumnya dengan data yang sesudahnya
= Magazi AI-Waqidi
= Kitab ( dalam arti bagian)
= Muatta' Malik
= Sunan Ibni Majah
= Sahih Muslim
= Hadis terulang beberapa kali
= Sunan Ad-Darimi
= Sunan An-Nasai
= Sirah Ibni Hisyam
Angka kecil yang berada di sebelah kiri bagian
atas dari angka Yang umum = hadis yang bersangkutan termuat sebanyak angka
kecil itu pada halaman atau bab yang angkanya disertai dengan angka kecil
tersebut.
Setiap halaman kamus terbagi dalam tiga kolom.
Setiap kolom memuat topik; Setiap topik biasanya mengandung beberapa subtopik;
dan pada setiap subtopik dikemukakan data kitab yang memuat hadis yang
bersangkutan. Cara penggunaannya seperti berbagai hadis yang dicari adalah yang
memberi petunjuk tentang pemenuhan nazar: Dengan demikian, topik Yang dicari
dalam kamus adalah topik tentang nazar.
Dalam kamus (Miftah Kunuzis-Sunnah)
terbitan Lahore (pakistan), topik nazar termuat di halaman 497, kolom
ketiga. Topik tersebut mengandung empat belas subtopik. Subtopik Yang dicari
berada pada urutan kedua belas, di halaman 498, kolom ketiga. Data Yang
tercantum dalam subtopik tersebut adalah sebagai berikut :
Dengan memahami kembali maksud lambang-lambang
yang telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa
maksud data di atas ialah:
6.
Sunan Abu Daud, nomor urut kitab (bagian): 21; nomor urut bab:
22.
7.
Sunan lbnu Majah, nomor urut kitab (bagian): 11;nomor utut bab:
18.
8.
Sunan Ad-Darimi, nomor urut kitab (bagian): 14; nomor urut bab:
1.
9.
Muatta ' Malik, nomor urut kitab (bagian): 22 nomor urut bab: 3.
10. Musnad
Ahmad, juz ll,
halaman 159; juz lII, halaman 419; dan juz VI, halaman 266 ( dalam halaman itu,
hadis dimaksud dimuat dua kali) .
Setelah data diperoleh, maka hadis yang dicari,
yakni dalam hal ini hadis yang membahas pemenuhan nazar diperiksa pada
kelima kitab hadis di atas. Judul-judul kitab (dalam arti bagian) yang ditunjuk
dalam data di atas dapat diperiksa pada daftar nama kitab (dalam arti bagian)
yang termuat pada Bab IV tulisan ini untuk masing-masing kitab hadis yang
bersangkutan.
Apabila yang dicari, misalnya berbagai hadis Nabi
tentang tata cara salat malam yang dilakukan Nabi pada bulan Ramadan, maka
topik yang dicari dalam kamus adalah topik Ramadan. Topik tersebut ada di
halaman 211, kolom ketiga. Subtopik untuk Ramadan ada dua puluh satu macam.
Subtopik yang dicari berada pada urutan subtopik keenam dan terletak di halaman
212, kolom kedua (tengah). Data yang dikemukakan adalah :
Dengan memeriksa lambing-lambang yang telah
dikemukanan dalam pembahasan terlebih dahulu, maka data tersebut dapat dipahami
maksudnya. Sesudah itu lalu diperiksa hadis-hadis yang termuat dalam keenam
kitab hadis tersebut, yakni dalam Sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan
At-Turmuzi, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai dan Musnad Ahmad.
Sekiranya topik yang dikaji berkaitan dengan nama
orang, misalnya Abu Jahal, maka nama tersebut ditelusuri dalam kamus. Nama Abu
Jahal ternyata terletak di halaman l5 kolom kedua, subtopiknya ada empat macam.
Data untuk subtopik yang pertama, misalnya berbunyi sebagai berikut
(Keburukan tingkah laku Abu Jahal terhadap Nabi
SAW.
Dengan demikian untuk mengetahui keburukan
tingkah laku AbuJahal kepada Nabi Muhamad, dapat diperiksa hadis-hadis yang
termuat
dalam:
4.
Sahih Muslim, nomor urut kitab (bagian): 50; pada nomor urut
hadis: 28
5.
Musnad Ahmad, juz II, halaman 370. Data tersebut agar
dikonfirmasikan dengan data yang dikemukakan sebelumnya dan sesudahnya.
6.
Sirah Ibnu Hisyam, halaman 184.
Untuk
memperlancar pencarian hadis berdasarkan topik tersebut, perlu dilakukan
praktek pencarian hadis berdasarkan data yang dikemukakan oleh kamus. Perlu
ditegaskan bahwa berbagai hadis yang ditunjuk oleh kamus belum dijelaskan
kualitasnya. Untuk mengetahui kualitasnya diperlukan penelitian tersendiri.
Ibn Mchtr