PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Islam mengatur hubungannya
manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya serta dengan alam semesta.
Hubungan manusia dengan Tuhannya terwujud dalam bentuk ibadah dan disiplin
pribadi tercermin dalam sikap pribadinya terhadap Allah SWT dan sikap inilah
yang disebut dengan akhlak.
Akhlak merupakan suatu unsur
yang sangat vital dalam Islam, hingga mampu membawa manusia ke jenjang
keberhasilan dengan akhlak mazmumahnya. Disamping itu, akhlak dengan agama
merupakan dua hakekat yang tidak bisa dipisahkan sebagaimana lazimnya dalam
agama di luar Islam.
Dalam Al-Qur’an banyak
ayat-ayat yang menganjurkan agar betul-betul panca indera yang telah
dianugerahkan itu sesuai dengan ajaran agama. Dan ancaman Allah pun akan datang
bagi orang-orang yang tidak mempergunakan pancaindera dengan sebaik-baiknya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 179, sebagai berikut:
ôs)s9ur $tRù&us zO¨YygyfÏ9 #ZÏW2 ÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur (
öNçlm; Ò>qè=è% w cqßgs)øÿt $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& w tbrçÅÇö7ã $pkÍ5 öNçlm;ur ×b#s#uä w tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 4
y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd @|Êr& 4
y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
“Dan
Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah
orang-orang yang lalai.”
Itulah Allah menciptakan manusia dan menurunkan Al-Qur’an agar dipelajari
dan dipahami, sehingga akan menumbuhkan akhlak yang baik yang tidak mungkin
dapat tergoyahkan dengan situasi bagaimanapun juga. Di sisi lain agama adalah
seperangkat peraturan yang diyakini oleh manusia dalam usahanya untuk
mendekatkan diri kepada sang pencipta serta untuk mencari hakekat hidup dan
kehidupan di dunia ini. Oleh karena
itu, bagi bangsa yang bersosio religius perlu menghadirkan pendidikan agama
agar manusia dapat merealisasikan aktivitas sebagaimana keistimewaan potensi
(fitrah) yang dimilikinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4
|NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4
w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4
Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”.
Meskipun demikian potensi itu
kurang bermakna dalam kehidupannya kalau tidak dikembangkan. Salah satu alat
pengembangan ini sepenuhnya dilakukan dengan proses pendidikan melalui
pemahaman terhadap akhlak. Usaha-usaha positif dan konstruktif untuk
memperbaiki siswa prosesnya terus dilakukan hal ini mengingat betapa pentingnya
pendidikan agama Islam dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas
sehingga mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab II Pasal 4 yaitu:
”Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.”
Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 138-139
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur úüÉ)GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ wur (#qãZÎgs? wur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
”138. (Al
Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa. 139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling
Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Tafsiran ayat di atas
berhubungan dengan tujuan pendidikan, yaitu menciptakan orang yang bertaqwa dan
memiliki mental yang kuat. Dari rumusan tersebut, tersirat bahwa tujuan
pendidikan dalam Q.S. Ali Imran ayat 138-139 dan tujuan pendidikan nasional
selain untuk meningkatkan kualitas juga untuk mengembangkan sikap dan perilaku
yang kreatif, inovatif, dan berkeinginan untuk maju dan dilandasi keimanan dan
ketaqwaan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sekolah sebagai salah satu
lembaga formal merupakan tempat belajar. Dalam proses belajar mengajar
diperlukan kondisi yang optimal. Kondisi optimal tersebut dapat dicapai
manakala guru mampu mengatur siswa dan sarana pendidikan serta mengendalikan
dalam usaha yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan
yang efektif dan efisien.
Pada dasarnya setiap siswa
ingin memperoleh prestasi yang gemilang menjadi pelajar teladan dan murid
terbaik di sekolahnya. Untuk mencapai keberhasilan dan mewujudkan cita-cita
tersebut, mereka dituntut untuk belajar yang efektif dan efisien, dapat
mengatur waktu kapan bermain dan kapan untuk belajar. Selain itu, mereka
dituntut mentaati sejumlah peraturan dan melaksanakan kewajiban dengan serius
dan penuh kesadaran.
Pada dasarnya disiplin itu
adalah kesadaran jiwa seseorang, yang penuh dengan kesadaran dan kesediaannya
mentaati sejumlah peraturan yang ditimpakan kepada dirinya. Dalam kaitannya
dengan belajar, maka disiplin dapat diartikan sebagai alat pendidikan untuk
melatih kebiasaan yang dipandang baik dan berfaedah bagi siswa. Cara belajar
yang baik adalah disiplin, The Liang Gie (1985:59) mengemukakan: dengan
berdisiplin selain akan membuat seseorang siswa memiliki kecakapan mengenai
cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak
yang baik. Watak yang baik dalam diri seseorang akan menciptakan suatu pribadi
yang luhur, berguna bagi masyarakat dan negara.
Adapun mengenai kedisiplinan
belajar siswa ini merupakan perwujudan setelah siswa memahami mengenai materi
akhlak yang diberikan dalam proses belajar. Salah satu faktor yang paling
dominan dalam suatu sekolah yaitu: suatu sikap yang diarahkan agar siswa
memiliki kesiapan dan kesediaan untuk berbuat dan bertingkah laku yang benar,
tepat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, khususnya dalam kehidupan di
lingkungan sekolah, karena itu khususnya faktor kedisiplinan perlu dipelihara
dan dibina.
Melihat latar belakang di
atas, maka diperlukan pendekatan pemahaman mengenai akhlak agar dapat dibentuk
watak melaui perilaku siswa dalam disiplin belajar. Itulah kiranya yang
melatarbelakangi penulis dalam penyusunan skripsi yang berjudul ”PEMAHAMAN
SISWA DALAM BIDANG STUDI AKHLAK HUBUNGANNYA DENGAN DISIPLIN BELAJAR MEREKA” (Penelitian
Pada Siswa kelas VII MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec. Manonjaya Kab.
Tasikmalaya).
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah
dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah-masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman siswa dalam bidang
studi akhlak di MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya?
2. Bagaimana disiplin belajar mereka di MTs Al-Muawwanah
Desa Cilangkap Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya?
3. Bagaimana pemahaman siswa dalam bidang
studi akhlak hubungannya dengan disiplin belajar mereka di MTs Al-Muawwanah
Desa Cilangkap Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pemahaman siswa dalam
bidang studi akhlak di MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec. Manonjaya
b. Untuk mengetahui disiplin belajar mereka
di MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec. Manonjaya
c. Untuk mengetahui hubungan antara pemahaman
siswa dalam bidang studi akhlak dengan disiplin belajar mereka di MTs
Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec. Manonjaya
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Afifuddin (2005:50),
pemahaman merupakan kemampuan memahami arti atau makna dari sesuatu materi
pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu.
Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada pengetahuan.
Pemahaman muncul pada diri
seseorang setelah ia melakukan penginderaan atas suatu objek yang melibatkan
otak dan hati sebagai pemroses objek tersebut. Pemahamanpun akan muncul dalam
bentuk kesadaran dan selanjutnya dalam perkataan dan perbuatan. Adanya
pemahaman yang dimanifestasikan dalam perbuatan atau perkataan, menunjukkan
bahwa pemahaman sebagai bagian dari ranah
kognitif akan berakibat kepada perilaku seseorang (ranah psikomotor). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
Muhibbin Syah (1995:65) bahwa jika ada keberhasilan dalam perkembangan ranah kognitif, maka besar kemungkinan dampak positif yang akan ada dalam
diri seseorang baik itu ranah afektif mupun
ranah psikomotor.
Pernyataan di atas memberi
pemahaman kepada kita bahwa jika seseorang paham akan suatu hal, objek atau
materi, maka besar kemungkinan perilaku yang ia tampakkan akan sesuai dengan
tujuan dan harapan dari materi atau sesuatu yang dipahaminya. Hal tersebut
diungkapkan oleh Muhibbin Syah (1995:83) bahwa upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif
bukan hanya pada ranah kognitif
sendiri, melainkan terhadap ranah afektif
dan psikomotor. Dengan kata lain bahwa munculnya kesadaran siswa untuk
melaksanakan sesuatu perbuatan (disiplin) diawali oleh adanya pemahaman yang
tinggi akan materi objek yang telah dipelajari.
Dengan uraian teori di atas,
jelas bahwa pemahaman siswa yang tinggi terhadap bidang studi akhlak, akan
menimbulkan pada diri siswa untuk melakukan disiplin belajar mereka. Secara
umum, Nana Sudjana (1992:24) membagi pemahaman ke dalam 3 kategori yaitu:
Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan,
mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dan yang bukan pokok.
Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu membuat ramalan
tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi,
kasus ataupun masalahnya.
Akhlak menurut Asmaran (2002:3) ialah ”Suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dan jiwa menjadi kepribadian hingga dari
situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran”. Sedangkan akhlak menurut Ahmad
Amin yang dikutif Ya’qub (1996:12) bahwa ”Akhlak adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat”. Menurut A.
Zainuddin dan Muhammad Jamhari, (1999:73) ”Akhlak ini lebih luas artinya
daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab
akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah
seseorang. Menurut Muslim Nurdin, dkk (1995:205) ”Secara etimologis akhlak
berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. Secara
istilah akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan
manusia di atas bumi”.
Dari pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa akhlak merupakan suatu sifat atau keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan segala perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses
pertimbangan terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, perbuatan seseorang pada
dasarnya merupakan perwujudan akhlak yang dimilikinya dan sistem nilai yang
mengatur pola sikap dan tindakan manusia. Oleh karena itu, akhlak dalam Islam
menempati permasalahan sentral, mengingat ia merupakan buah perjuangan aqidah
dan ibadah. Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah arti pentingnya akhlak
Islam dalam membina dan mengarahkan umatnya ke jalan yang lurus dan benar demi
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Apabila dari kondisi tadi
timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut syariat dan akal pikiran, maka ia
dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang
buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela. Akhlak yang baik adalah
cerminan dari iman yang benar dan sempurna. Dengan istilah lain yang menjadi dasar
utama dari perbuatan itu adalah iman yang benar dan sempurna. Untuk menciptakan
iman yang dimaksud dapat dicapai dengan memperbanyak amal shaleh dan tingkah
laku yang mulia. Ini dapat dilakukan
dengan baik jika ia melatih diri berbuat baik dan mulia. Akhlak yang
baik tidak langsung ada pada diri manusia, melainkan harus diupayakan dan
diikhtiarkan sekalipun pada dasarnya manusia mempunyai potensi dasar yang baik.
Salah satu upaya yang baik dan terpuji adalah melalui pemahaman akhlak agar
dapat bertingkah laku disiplin.
Kemudian R. Manan (1988:68)
mengemukakan bahwa disiplin adalah kesediaan untuk melakukan kewajiban atau
mentaati peraturan dan tata tertib, bukan karena paksaan dari luar akan tetapi
kesadaran dalam diri sendiri. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa disiplin
pada dasarnya menyangkut kesadaran diri pribadi. Ia sebenarnya berada dalam
diri tiap-tiap individu.
Untuk lebih jelasnya kerangka
pemikiran di atas dapat dilihat dalam skema di bawah ini:
E. Hipotesis
Menurut Cik Hasan Bisri
(2001:56) ”Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang diajukan terhadap masalah yang telah dirumuskan”. Hipotesis selalu
disajikan dalam bentuk statement yang
berhubungan dengan eksplisit maupun implisit satu variabel dengan satu atau
lebih variabel lainnya.
Berdasarkan kerangka pemikiran
di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut ”Terdapat hubungan positif
antara pemahaman pemahaman siswa dalam bidang studi akhlak dengan disiplin
belajar mereka”. Artinya jika pemahaman siswa dalam bidang studi akhlak tinggi,
maka disiplin belajar mereka juga tinggi atau sebaliknya, jika pemahaman siswa dalam bidang
studi akhlak rendah, maka disiplin belajar mereka rendah. Dalam kata lain, semakin
tinggi pemahamann siswa dalam bidang studi akhlak, semakin tinggi pula disiplin
belajar mereka, dan sebaliknya, semakin rendah pemahaman siswa dalam bidang
studi akhlak, semakin rendah pula disiplin belajar mereka. Untuk menguji
hipotesis tersebut, akan digunakan teknik analisis korelasi yaitu menggunakan
rumus korelasi product moment. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi
akan dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu dengan membandingkan antara thitung
dengan ttabel.
F. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Jenis data dalam penelitian
ini adalah data kualitatif namun ada juga jenis data kuantitatif sebagai data
pelengkap yang mendukung kebenaran penelitian ini.
2. Menentukan Sumber Data
a. Lokasi Penelitian
Yang dijadikan lokasi dalam
penelitian ini adalah MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya pada siswa kelas VII. Lokasi ini dipilih sebagai tempat
penelitian, karena disinilah permasalahan ditemukan.
b. Populasi dan Sampel
Populasi adalah obyek yang
diteliti baik berupa manusia, benda, peristiwa, maupun gejala yang diperlukan
untuk memecahkan masalah. (Ali, 1985:54). Berdasarkan pengertian tersebut,
penulis dapat menentukan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas VII MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kecamatan Manonjaya yang berjumlah 45
orang.
Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto (1993:102-104) bahwa ”populasi adalah keseluruhan subjek penelitian,
dan sampel adalah sebagian atau wakil populasi. ”
Dalam penelitian ini penarikan
sampel akan mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (1998:104) yang menyatakan
bahwa ”Jika populasi lebih dari 100 orang, maka sampelnya diambil 10 - 15% atau
20 - 25% atau lebih. Sedangkan apabila populasinya kurang dari 100, disarankan
seluruhnya dijadikan sampel. Berdasarkan ketentuan tersebut, mengingat jumlah
siswa kelas VII MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kabupaten Tasikmalaya, yang
diteliti hanya 45 orang, maka seluruhnya dijadikan sampel.
3. Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
Dalam penelitian ini, penulis
akan mengoperasikan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang tertuju pada
masalah yang ada pada masa sekarang, pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data, akan
tetapi meliputi analisis dan menginterpretasikan tentang arti data tersebut.
(Surachmad, 1982:139)
Untuk melaksanakan metode
deskriptif tersebut pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu usaha
mengumpulkan data atau informasi yang bersifat teoritis yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti. Seorang penyelidik dalam setiap lapangan ilmu
pengetahuan memerlukan fasilitas-fasilitas kepustakaan guna kesempurnaan penyelidikan
(Winarno, 1979:238). Studi kepustakaan ini menggunakan berbagai macam material
kepustakaan seperti buku, majalah, catatan, dokumen, dan lain-lain. Hal ini
dimaksudkan untuk bahan acuan baik yang berupa teori maupun konsep yang dapat
memberikan jawaban terhadap masalah yang sedang dihadapi dalam penelitian
b. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu penulis
langsung mengadakan penelitian di MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec.
Manonjaya Kab. Tasikmalaya dengan cara yang ditempuh sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu suatu cara untuk
mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, dan rasional mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki. (Arifin,
1990:49). Data-data diperoleh dalam observasi dicatat dalam suatu catatan
observasi. Sasaran yang dituju melalui pemanfaatan teknik ini adalah kondisi
siswa-siswi kelas VII MTs Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kecamatan Manonjaya
2. Wawancara, yaitu salah satu teknik
pengumpulan dan pencatatan data, informasi dan atau pendapat yang dilakukan
melalui percakapan dan tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung dengan
sumber data (Arifin, 1990:54). Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
tidak dapat ditemukan melalui observasi dan angket yang lebih fleksibel dan
dinamis dalam penggunaannya. Informasi yang diharapkan adalah dari siswa-siswi Kelas
VII MTs. Al-Muawwanah Desa Cilangkap Kec. Manonjaya Kab. Tasikmalaya.
3. Angket, yaitu teknik pengumpulan data
dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh
responden. (Soehartono, 1995:165). Angket digunakan untuk memperoleh data
tentang realita disiplin belajar siswa kelas VII MTs Al-Muawwanah Desa
Cilangkap Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya sebagai sampel.
4. Tes merupakan alat atau prosedur yang
dipergunakan untuk mengukur atau mengetahui sesuatu dengan aturan-aturan yang
sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2001:253). Dalam hal ini penulis ingin
mengukur sejauhmana pemahaman siswa tentang Ahklak. Tes ini dibentuk dalam
susunan pertanyaan dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d. Adapun penskoran
dipedomani sebagai berikut. Skor 5 untuk siswa yang menjawab benar dan 0 untuk
siswa yang menjawab salah akan diperoleh skor tertinggi siswa, yaitu 20 x 5 =
100, dan skor terendah siswa akan diperoleh yaitu 20 x 0 = 0. Dalam hal ini
penulis akan mengajukan 20 item pertanyaan.
4. Menentukan Prosedur Analisis Data
a. Deskripsi Data
Deskripsi data adalah untuk mendeskripsikan data
yang digunakan untuk mendalami dua variabel yang akan dideskripsikan. Untuk
setiap indikator menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan rata-rata (M), skor setiap
indikator masing-masing variabel yaitu:
- Untuk
variabel X dengan rumus :
- Untuk
variabel Y dengan rumus
(Anas
Sudjiono, 1995:78)
Setelah diketahui nilai rata-rata dari setiap
variabel kemudian proses penafsiran dan interpretasi sebagai berikut:
Antara 0,50 – 1,50
= sangat rendah
Antara 1,51 – 2,50
= rendah
Antara 2,51 – 3,50
= cukup
Antara 3,51 – 4,50
= tinggi
Antara 4,51 – 5,50
= sangat tinggi
2) Test Tendensi Sentral
a. Menentukan rentang skor (R), dengan rumus
:
R = H – L + 1 (Anas Sudjono, 2001:49)
b. Menentukan banyaknya kelas interval,
dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n (Sudjana, 2002:47)
c. Menentukan panjang kelas interval, dengan
rumus:
P = R : K (Sudjana, 2002:47)
d. Menentukan tabel distribusi frekuensi
e. Mencari nilai rata-rata (mean), dengan
rumus:
(Sudjana,
2002:67)
f. Mencari nilai tengah (median), dengan
rumus:
(Sudjana,
2002:67)
g. Mencari modus, dengan rumus:
(Sudjana,
2002:67)
h. Membuat kurva dengan kriteria sebagai
berikut:
iMe > Md >
Mo = kurva juling negatif
Me < Md <
Mo = kurva juling positif
i.
Mencari
standar deviasi, dengan rumus:
(Sudjana,
2002:95)
j.
Membuat
tabel frekuensi observasi ekspektasi
b. Uji Normalitas melalui uji Chi Kuadrat (χ2),
yaitu :
a. Mencari nilai chi kuadrat (χ2) hitung
dengan rumus
(Sudjana,
2002:273)
b. Mencari derajat kebebasan (dk), dengan
rumus:
dk = K – 1 (Sudjana, 2002:273)
c. Menentukan chi kuadrat χ2
tabel dengan taraf signifikansi 5%
d. Menentukan normal tidaknya data dengan
kriteria sebagai berikut:
·
data dikatakan berdistibusi normal jika χ2 hitung
< χ2 tabel
·
data dikatakan berdistribusi tidak normal jika χ2 hitung
> χ2 tabel
1) Penafsiran tendensi sentral Variabel X dan
Y dengan catatan jika data yang berdistribusi normal maka cukup rata-rata (mean
nya saja) untuk ditafsirkan, jika data tidak berdistribusi normal maka
penafsirannya harus dilihat ketiga tendensi sentral (mean, median, modus)
c. Analisis Korelasi
Setelah data kedua variabel
dianalisis secara terpisah, maka langkah selanjutnya menganalisis hubungan
antara variabel X dan Y, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat tabel untuk mencari yang diperlukan
untuk pengujian linieritas regresi serta analisis koefisien korelasi
Menentukan persamaan regresi
linier dengan rumus:
(Sudjana,
2002:312)
(Sudjana,
2002:315)
(Sudjana,
2002:315)
2) Uji linieritas regresi
a. Menghitung jumlah kuadrat regresi a (Jka)
dengan rumus:
(Sudjana,
2002:335)
b. Menghitung jumlah kuadrat gabungan antara
koefisien a dan b
(Sudjana,
2002:335)
c. Menghitung jumlah kuadrat residu, dengan
rumus:
JKres = Yi2 – JKa – JK(b/a)
(Subana,
2005:163)
d. Menghitung dengan jumlah kuadrat
kekeliruan, dengan rumus:
Jkkk = (Sudjana,
2002:331)
e. Menghitung jumlah kuadrat ketidakcocokan
(Jkte), dengan rumus:
Jkte = Jkres –
Jkkk (Sudjana,
2002:333)
f. Menghitung derajat kebebasan kekeliruan
(dbkk), dengan rumus:
dbkk = n – k (Subana,
2005:163)
g. Menghitung derajat kebebasan
ketidakcocokan (dbte), dengan rumus:
dbte = k – 2 (Subana,
2005:163)
h. Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan
(Rkkk), dengan rumus:
Rkkk = Jkkk
– dbkk (Subana,
2005:163)
i.
Menghitung
rata-rata kuadrat ketodakcocokan (Rkte), dengan rumus:
Rkte = JKte
– dbte (Subana,
2005:163)
j.
Menghitung
nilai frekuensi ketidakcocokan (Fte), dengan rumus:
Fte = Rkte
– Rkkk (Subana,
2005:164)
k. Menentukan Ftabel pada taraf
signifikansi 5%, dengan rumus:
F(a) (dbte/dbkk) (Subana,
2005:164)
Hasil dari perhitungan di
atas, ditentukan linieritas regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
·
Jika Fte < F tabel maka regresi tersebut linier
·
Jika Fte > F tabel maka regresi tersebut tidak
linier
- Jika
kedua variabel berdistribusi normal dan regresinya linier, maka
dipergunakan rumus produk moment
(Arikunto,
2006:274)
- Jika
salah satu atau kedua variabel tidak berdistribusi normal atau regresinya
tidak linier, maka dipergunakan statistik korelasi Rank Spearman
(Arikunto,
2006:278)
-
Hipotesis
yang diuji ialah
Ho : ρxy = 0
(tidak terdapat hubungan
antara pemahaman siswa dalam bidang studi akhlak dengan disiplin belajar
mereka)
Ha : ρxy = 0
(terdapat hubungan antara
pemahaman siswa dalam bidang studi akhlak dengan disiplin belajar mereka)
Menghitung
uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji t:
a. Menentukan thitung dengan
rumus:
(Sujana,
2002:380)
b. Mencari derajat kebebasan (db), dengan
rumus:
db = n – 2 (Subana,
2005:145)
c. Menentukan penafsiran koefisien korelasi,
dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0,00 – 0,20 = korelasi sangat
sangat rendah
0,21 – 040 = korelasi sangat
rendah
0,41 – 0,60 = korelasi sangat
sedang
0,61 – 0,80 = korelasi sangat
tinggi
0,81 – 1,00 = korelasi sangat tinggi
sekali (Yaya dan Tedi, 2007:223)
d. Menentukan ttabel dengan taraf
signifikansi 5%
4) Menentukan koefisien determinasi (KD)
yaitu kadar pengaruh (kontribusi X terhadap Y) dengan menggunakan rumus, yaitu:
KD = r2 x 100 (Subana,
2005:145)