BAB II
MODEL COOPERATIVE LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
2.1 Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Model pembelajaran ini termasuk pada model
pembelajaran yang berbasis kontruktivisme, terutama kontruktivisme social dari
Vygotsky. Seperti halnya Piaget,
Vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk sendiri pengetahuan.
Pengetahuan siswa bukanlah kopi dari apa
yang mereka temukan di dalam lingkungan, tetapi belajar hasil dari pikiran dan
kegiaran siswa sendiri, dengan bantuan alat bahasa. Kedua ahli tersebut berbeda
dalam cara memperhatikan pertimbangan pengetahuan dan pemahaman anak tentang dunia sekitar, Piaget lebih
memberikan tekanan pada proses mental
anak dan Vygotsky lebih menekankan pada
peran pengajaran dan interaksi social pada perkembangan pengetahuan (How &
Jones, 1993).
Paparan berikut adalah elaborasi dari Yusuf (2003)
tetang Vygotsky. Menurutnya, sumbang penting
yang diberikan Vygotsky dalam pembelajaran adalah konsep zone of proximal development (ZPD) dan seaffolding.
Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam zone
of proximal development. (ZPD)
adalah tingkah perkembangan sedikit diatas tingkah perkembangan seseorang
saat ini. Vygotsky lebih yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam kerjasama atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi
terserap ke dalam inidividu tersebut (Slavin, 1994). Sedangkan konsep scaffolding berareti memberikan kepada
siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian
mengurangi bantuan tersebbut dan memberikan
kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar tangan segera setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1994).
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam
pendidikan (Howe dan Jones, 1993). Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan
bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi
disekitar tugas-tugas yang sulit adan
saling munculkan strategi- strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka. Kedua, pendekatan Vygorsky dalam pembelajaran menekankan seaffolding, dengan semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri. Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar dan
bekarja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan
diperlukan bantuan guru terhadap siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
2.2 Pengertian Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran berdasarkan faham
kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran Kooperatif, belajr dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahalan pelajaran.
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran
kooperatif turut menambah unsure-unsur interaksi social pada pembelajaran
Matematika . di dalam kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang saling membantu satu sam lain. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksudnya kelompok heterogen adalah terdiri dari
campuran kemampuan sisiwa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk
melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakngnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusu agar
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar
yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan . selama kerja kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
2.3 Ciri Pembelajaran
Kooperative (Cooperative Learning)
Beberapa cirri
dari pembelajaran cooperative adalah:
a.
Setiap siswa memiliki peran
b.
Terjadi hubungan interaksi
langsung di antaranya siswa
c.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
d.
Guru, membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok.
e.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan (Carin, 1993).
2.4 Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning)
Tujuan pembelajaran kooperatif Adalah menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan berkelompok (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapaiu setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et. Al (2000) dalam Yusuf
(2003), yaitu
a.
Hasil belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun beragam tujuan
social, juga memperbaiki prestasi siswa
atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa struktur penghargaan kooperatif meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping
itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelolompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
a.
Penerimaan terhadap perbedaan
individu
Artinya penerimaan
secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas social, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran ini memberi eluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dab melalui struktura penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai saru sama lain,
b.
Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan social penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini
banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
2.5 Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran
kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau
peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang
disebut keterampilan kooperatif tersebut antara lain keterampilan tingkah laku
awal, menengah dan mahir sebagai berikut sebagai berikut:
a.
Keterampilan Kooperatif tingkat awal
1.
Menggunakan kesepakatan : yang
dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna
untuk meningkatkan hubungan kerja
dalam kelompok.
2.
Menghargai kontribusi:
Menghargai berarti memperhatikan
atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini
berarti harus selalu setuju dengan
anggota lain.
3.
Mengambil giliran dan berbagi tugas
Artinya bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan tugas / tanggung jawab tertentu.
4.
Berada dalam tugas
Maksudnya adalah setiap anggota tetap dalam keompok kerja sama kegiatan
berkelangsungan,
5.
Berada dalam tugas
Maksudnya adalah meneruskan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya, agar
kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
6.
Mendorong partisipasi
Berarti mendorong semua anggota kelompok untuk meberikan kontikusi
terhadap tugas kelompok.
7.
Mengundang orang lain
Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan
berpartisifasi teradap tugas.
8.
Melaksanakan tugas dalam waktunya
9.
Menghormati perbedaan individu
Berarti bersikap menghormati terhadap perbedaan budaya, suku, ras, atau
pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.
b.
Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukan penggargaan dan simpat
, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima, mendengar dengan
arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, menghormati, dan mengurangi
ketegangan.
a.
Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir melipitu mengelaborasikan memeriksa dengan cermat,
menanyakan kebenaran, menerapkan tujuan
dan berkompromi.
Urutan langkah-langkah perilaku guru mneurut model pembelajaran
kooperatif yang diuaraikan oleh arends (1997) dalam Yusuf (2003) sebagai
berikut:
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase I :
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar
|
Fase 2 :
Menyajikan Informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada
semua siswa baik dengan peragaan (demontrasi) atau teks.
|
Fase 3 :
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
|
Fase 4 :
Membantu kerja kelompok dalam belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
|
Fase 5 :
Mengetes materi
|
Guru mengetes materi pelajaran atau
kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Guru memberikan cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
2.6 Empat Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
A. STAD (Student Teams
Acchievement Divion)
Model STAD ini dikembangkan leh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas Hohn Hopkin. Model STAD merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana.
Inti dari STAD ini adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudia para
siswa bergabung dalam kelompoknya yang
terdiri atas empat atau lima orang untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka
menyerahkan pekerjaanya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru.
Dalam pembelajaran
kooperatif teife STAD, materi dirancang untuk pembelajaran kelompok,
siswa secara kolaborasi mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk LKS. Setiap anggota kelompok
saling membantu dan bertanggung jawab atas eberhasilan tugasnnya masing-masing
sehingga semua anggota kelompok dapat mempelajari materi dengann tuntas.
Guru menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi baru
kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.
Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4 – 5 orang. Setiap kelompok harsulah heterogen, terdiri
dari laki-laki dan perempuan, dari berbagai suku, dari yang memiliki kemampuan
bervariasi, mulai dari rendah, sedang, sampai yang berkemampuan tinggi.
Anggota tim menggunakan lembat kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian
saling membantu satu sama lain dan atau berdiskusi. Setiap minggu atas setiap
dua minggu siswa diberi skor perkembangan, skor perkembangan ini berdasarkan
pada seberapa jauh skor itu mutlak siswa. Setiap minggu akan diumumkan
tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang skor sempurna pada kuis. Seluruh tim
yang mencapai criteria tertentu kadang-kadang dicantumkan dalam lembar itu.
B.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer kagen dan
Kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun
pendekatan ini memberi pada
penekanan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh kagen ini dimaksudkan sebagai
alternative terhadap struktur kelas
tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan
ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa berkerja
salang membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatiof, dari pada
penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan ini akademik, dan ada struktur yang
dirancang untuk mengajarkan keterampilan social atau keterampilan kelompok. Dua
macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan
numbered-head-together, yang dapat
digunakan oleh guru utnuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek
pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time
token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan
keterampilan sosial.
C.
Model Pebelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mengking model pembelajaran kooperatif
yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam
perencanaan baik topic y ang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan strusktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 5/6 siswa yang heterogen dalam beberapa kasus, kelompok dapat
dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.
Selanjutnya siswa meilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topic yang dipilihkan itu,
selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada kelas.
D.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali
dikembangkan oleh Aronson, dkk di
Universitas Texas. Model pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
sebagai materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Kelompok pada pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw merupakan kelompok
kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang
secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketutasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebbut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1998).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok
asal. Kelompok asal adalah kelompok awal
siswa terdiri dari siswa dengan kemampuan, asal dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok ahli adalah kelompok
siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topic tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yangberhubungan dengan topiknya untuk kemudian di jelaskan kepada anggota kelompok asal.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut:
-
pembagian tugas
-
pemberian lembar ahli
-
mengadakan diskusi
-
mengadakan kuis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran berdasarkan faham konstrukstivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu
diorientasikan pada kegagalan orang
lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Ada empat pendekatan dalam
pembelajaran kooperatif yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi kelompok , dan
pendekatan structural. Dari semua pendekatan tersebut pada dasarnya sama yaitu
lebih mengutamakan kerja sama kelompok,
akan tetapi dalam pengelompokan tugas pendekatan-pendekatan tersebut berbeda.
3.2 Saran
Di era globalisasi sekarang ini, sudah seharusnya ranah pendidikan di Negara kita tidak
ketinggalan dari Negara yang lainnya. Hal ini menjadi cambu bagi insane pendidikan
khususnya guru untuk meningkatkan kepropesionalnya dalam mengajar. Dengan
pemaparan dapat dijadikan acuan bagi guru dalam pemberian materi pelajaran
dikelas. Suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan
menyenangkan harus diciptakan oleh guru untuk mencapoai hasil belajar yang
optimal.