PENGGUNAAN
LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA
PADA PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR. Kali ini saya akan berbagi Materi Sebagai contoh pembuatan Proposal Skripsi. Dibawah ini... Bab I.
BAB
I
A.
Latar
Belakang Masalah
Dengan bergulirnya era globalisasi dalam
segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak di dalam menopang
pembangunan sumberdaya manusia. Dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
itu, kiranya perlu diambil tindakan konkrit, salah satunya adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikan. Mengingat sumberdaya manusia adalah komoditi
yang harus diprioritaskan.
Pengertian kualipikasi
pendidikan menggambarkan peran
serta pendidik dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam
hal ini dituntut bagaimana upaya pendidik mengoptimalkan proses belajar
mengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi, dengan melakukan
keterlibatan mental, pisik, dan sosial siswa dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan pikiran keterampilan, dan apresiasi siswa baik secara
tertulis maupun lisan.
Dalam rangka mempersiapkan lulusan
pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan
Pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan, oleh sebab
itu perlunya diciptakan proses belajar mengajar yang kompeten, sesuai program
pemerintah melalui kurikulum berbasais kompetensi sebagai acuan dan
pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai
ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan Sikap).
Anak
usia Sekolah Dasar memiliki rasa ingin tahu yang besar, melakukan eksplorasi
(Joice and Weil, 1987) dan menanggapi rangsangan yang diterima oleh panca
indranya. Kecenderungan siswa Sekolah Dasar yang senang bermain dan bergerak,
menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi penyelidikan di
luar ruang kelas. (Margaretha ,2000)
Menurut
Piaget dalam Prayitno (1992:hal) perkembangan interaksi dengan objek-objek
dilingkungan anak mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap berpikir anak
daripada yang ditimbulkan oleh pengetahuan yang disampaikan melalui cerita yang
bersipat verbal. Jadi, membawa anak kelingkungan asli dari objek yang diamati
dapat menunjang perkembangan berpikimya.
Dalam
kurikulum 2004 dikatakan perlu adanya Integrasi pengetahuan dan sikap tentang
lingkungan hidup yang di.sesuaikan dengan pelajaran pokok yang relevan dengan
perkembangannya kemampuan peserta didik.
Konsep
dan keterampilan dalam kurikulum 2004 mata pelajaran Sains yang harus dicapai
salah satu diantaranya adalah mampu menerjamahkan perilaku alam tentang diri
dan lingkungan disekitar rumah dan sekolah ( Karli ,2003)
Belajar berarti aktif baik secara pisik
maupun mental. Menurut teori belajar dari Gagne (dalam Dahar, 1989) lingkungan
mempunyai peranan yang penting dalam pembenrukan konsep, karena peranannya
sebagai stimilus untuk terjadinya suatu respon. Pembenrukan sikap dan
perkembangan keterampilan siswa dapat terjadi karena berinteraksi dengan
lingkungannya.
Bloom dan Bruner dalam Darmojo dan
Kaligis (1994:hal) menyatakan bahwa “lingkungan akan membawa siswa pada situasi
yang lebih konkrit dan akan memberikan dampak peningkatan apresiasi siswa
terhadap konsep-konsep Sains dan lingkungannya”.
Dalam proses Belajar Mengajar hendaknya
dimulai dari yang dekat ke yang jauh,
dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui, lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah adalah tempat keseharian anak dengan demikian bila pembelajaran
dimulai dari lingkungannya maka akan menjadi lebih bermakna, lingkungan dapat
pula digunakan untuk pengembangan keterampilan proses Sains seperti mengamati,
mengklasipikasi, memprediksi dan sebagainya. Sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
berpikir bebas, menghargai pendapat orang lain dan dapat bekerja sama dapat
pula dikembangkan melalui pengeksplorasian lingkungan yang dilakukan secara
bersama-sama.
Dalam membantu siswa meningkatkan
kompentensi pembelajaran Sains perlu ada upaya yang lebih baik dalam
merencanakan dan melaksanakan inovasi pembelajaran Sains dengan berbagai
alternatif penggunaan metode mengajar yang sesuai, sehingga siswa mampu
mengembangankan wawasan sikap, dan nilai yang berguna untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya.
Penggunaan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran
Sains belum dilaksanakan secara optimal, begitu juga pembelajaran Sains yang
dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari Kecamatan Banjarsari
Kabupaten Ciamis. Walaupun gurunya masih dominan dalam menerapkan pendekatan
yang dialakukan di luar kelas, jarang melibatkan lingkungan dan tidak member
kesempatan anak untuk berapresiasi terhadap lingkungan sehingga konsep-konsep
Sains yang dipelajari siswa tidak berkesan dan mudah terlupakan bahkan dapat
mengakibatkan siswa kurang menyenangi mata pelajaran Sains. Hal Ini sangat
berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan siswa dalam pelajaran Sains. Kemudian
hasil belajar siswa dirasakan belum memuaskan hal ini terlihat pada nilai mata
pelajaran Sains yang diperoleh di Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari Kecamatan Banjarsari
Kabupaten Ciamis, pada ulangan akhir semester, nilai mata pelajaran Sains
dibawah rata-rata. Dengan demikian penulis merasa prihatin untuk menyikapi
keadaan tersebut, penulis tertarik untuk menyajikan dan mencoba menerapkan
metode pendekatan lingkungan.
B.
Indentifikasi
Masalah
a. Tentang
rencana pembelajaran yang di susun guru pada pembelajaran Sains dalam topik
lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat sebagai sumber belajar untuk meningkatkan
kompetensi siswa kelas III di Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari Kecamatan Banjarsari
Kabupaten Ciamis.
b. Tentang
Pelaksanaan pembelajaran yang di laksanakan guru pada pembelajaran Sains dalam topik lingkungan sehat dan lingkungan
tidak sehat di kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari Kecamatan Banjarsari
Kabupaten Ciamis
c. Tentang hasil
belajar siswa pada
pembelajaran Sains dalam topik lingkungan sehat dan lingkungan tidak
sehat di Kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten
Ciamis. Dengan melihat latar belakang permasalahan di atas dapat dibuat
C.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah secara umum adalah “Bagaimana proses pemahaman penerapan
pendekatan lingkungan pada pembelajaran Sains
terhadap kompetensi siswa kelas
III Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.
Rumusan masalah diatas dirinci dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
kompetensi siswa sebelum menggunakan pendekatan masalah?
2. Bagaimanakah
pemahaman konsep siswa setelah menggunakan pendekatan lingkungan ?
3. Bagaimanakah
sikap kerja sama siswa setelah menggunakan pendekatan lingkungan ?
4. Bagaimanakah
keterampilan komunikasi siswa setelah
menggunakan pendekatan lingkungan ?
5.
Bagaimana
perencanaan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan)
D.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umun adalah
untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasikan hal-hal yang berkaitan dengan
penggunaan pendekatan lingkungan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam
pembelajaran Sains di kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari.
Tujuan penelitian secara khusus dapat dideskripsikan sebagai berikut
a) Untuk
memperoleh informasi tentang kompentensi siswa sebelum menggunakan pendekatan
lingkungan dalam pembelajaran.
b) Untuk
memperoleh informasi tentang pemahaman konsep siswa sebelum menggunakan
pendekatan lingkungan dalam pembelajaran.
c) Untuk
memperoleh informasi tentang sikap kerja sama setelah menggunakan pendekatan
lingkungan dalam pembelajaran.
d) Untuk
memperoleh informasi tentang keterampilan komunikasi siswa setelah menggunakan
pendekatan lingkunga dalam pembelajaran.
2.
Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian yang
penulis harapkan adalah A. Bagi Siswa :
a) Memberikan
pengalaman konkrit dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar siswa.
b) Memberikan
keterampilan dasar imtuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan
sikap cinta lingkungan.
c) Meningkatkan motivasi
belajar siswa.
B.
Bagi Guru :
a) Meningkatkan
kreativitasan guru dalam upaya memperbaiki solusi permasalahan dalam proses
pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran sains, dan umumnya berbagai mata
pelajaran lainnya.
b) Mengembangkan
kemampuan dalam mengelola, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran Sains dalam menggunakan pendekatan lingkungan
c) Memberikan
inpirasi untuk menciptakan kondisi yang lebih konkrit guna menuntut siswa dalam
memahami konsep meningkatkan keterampilan menumbuhkan sikap melalui
pembeJajaran pendekatan lingkungan
d) Mengembangkan
kemampuan guru dalam penelitian
C. Bagi Lembaga PGSD
a) Memberi
masukan ide pembelajaran untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya di Sekolah Dasar Negeri 2 Banjarsari
Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.
b) Memungkinkan
terciptanya mahasiswa yang berkemampuan akademik dalam kaitan kegiatan
penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sains
D. Bagi
Peneliti:
a) Meningkatkan
upaya guru dalam membelajarkan tentang lingkungan pada pembelajaran Sains.
b) Memperoleh
masukan dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran Sains
c) Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam pembelajaran Sains.
E.
Anggapan
Dasar
Anggapan dasar (asumsi) adalah salah
satu titik tolak pemikiran yang kebenarannya tidak diragukan oleh peneliti.
Sebagai mana dikemukakan oleh Suharsimi Arikontu (Winarto Surakhmad, 1998 : 60)
“Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah
titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima penyelidik”
Merujuk dari pernyataan diatas, anggapan
dasar yang diajukan oleh penulis sebagai berikut:
1.
Kesesuaian
materi pelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan menentukan
keberhasilan kegiatan pembelajaran.
2.
Pendekatan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan menimbulkan siswa lebih
semangat serta memberi peluang tumbuh dan berkembangnya kreativitas dalam
belajar Sains.
3.
Di Sekolah Dasar
Negeri 2 Banjarsari, mata pelajaran
Sains adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan dan memiliki
alokasi waktu 3 jam / minggu.
4.
Bermacam ragam metoda
mengajar yang biasa digunakan. untuk
ketepatan penggunaan maka penulis menyesuaikannya dengan sifat materi pembelajaran, penelitian ini memiliki
asumsi bahwa dengan karyawisatalah pendekatan lingkungan cocok untuk
diterapkan pada pembelajaran Sains di Sekolah Dasar, dengan menggunakan metoda karyawisata dianggap
pembelajaran lebih efektif, karena pada dasarnya siswa dapat menggali
sendiri dan menemukan temuan-temuan, melalui peristiwa atau benda nyata yang
dilihat dari lingkungan alam sekitar.
walaupun masih banyak
metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran Sains seperti diantaranya
pemecahan masalah, diskusi dan lain sebagainya.
F.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap
benar untuk alasan atau Pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus
dibuktikan. Berdasarkan dengan penelitian yang berjudul : Lingkungan Sebagai Sumber Bclajar Dalam Upaya Meningkatk&n
Kompetensi Siswa Pada Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah: jika guru dalam penbelajaran lingkungan
sebagai sumber belajar menerapkan metoda karyawisata secara efektif, maka
prestasi siswa akan meningkat sebab siswa secara aktif menggali dan
mengemukakan pendapat-pendapatnya sesuai
pengetahuan yang dimilikinya.
G.
Definisi
Operasional
1.
Penerapan
(aplikasi)
Penerapan aplikasi adalah penggunaan
sesuatu dalam upaya memecahkan masalah tertentu atau menjelaskan suatu
peristiwa baru untuk meningkatkan hasil yang lebih baik.
2.
Metode
Pembelajaran.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan
lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara (Mulyasa, 2005):
Membawa peserta didik ke lingkungan
untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metoda
karyawisata, metoda Pemberian tugas, dan lain-lain.
a) Membawa
sumber-sumber dari lingkungan kesekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran.
Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber tiruan,
seperti model dan gambar.
b) Menurut
Nursid Sumaatmaja (1984 :95) Metode adalah cara untuk digunakan guru untuk
menyampaikan serentetan pengetahuan. Keterampilan dan sikap agar tujuan pembelajaran yang di kehendaki dapat di capai
oleh siswa.
c) Metoda
menurut penulis adalah cara guru menyampaikan pengajaran kepada siswanya
melalui serangkaian tatap muka agar materi ajar yang harus dikuasai siswa dapat
dikuasai.
3.
Kompetensi
Siswa
Kompetensi merupakan perpaduan dan
pengetahuan, nilai dan sikap yang direpleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak.
Mc
Ashan (dalam Mulyasa, 2002) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan pengatahuan yan dikuasai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
kognitif,efektif,dan psikomotorik,dengan sebaik-baiknya.
Finch
& Crunkilton (dalam Mulyasa, 2002) mengartikan kompetensi sebagai pemahaman
terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan. Hal tersebut menunjukan bahwa kompetensi mencakup
tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang hams dimiliki oleh peserta didik
untuk dapat melaksanakan tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah
dengan kemampuan
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta
didik yang mengacu pada pengalaman langsung tujuan belajar, dan
tingkat-tingkat pemahaman yang
akan digunakan sebagai
kriteria pencapaian secara eksplisit, dan memiliki kontribusi terhadap
kompetensi- kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi perlu dilakukan secara obyektip, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan
bukti pemahaman mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai
hasil belajar. Dengan demikian
dalam pembelajaran yang dirancan berdasarkan
kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersipat
subjektif.
Gordon
(dalam bukunya:EVALUASI
P[EMBELAJARAN)ada beberapa aspek
atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan
(Knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru
mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman
(understanding): yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh
individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus
memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efesien.
3. Kemampuan
(skill) : adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan
membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta
didik.
4. Nilai
(value): adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologi
telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran
(kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain).
5. Sikap
(attitude) ; yaitu perasaan (senang tidak senang, suka tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari liar. Misalnya reaksi terhadap
krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya.
6. Minat
(interest ); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
Kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan, mulai dari
menggosok gigi sampai dengan melakukan operasi jantung. Dalam hubungannya dengan
proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan (perpormance) yang bersipat
rasional dan memenuhi spesifikasi terutama dalam proses belajar. Dikatakan perbuatan,
karena merupakan perilaku yang dapat diamati meskipun sebenamya seringkali terlihat
pula proses yang tidak Nampak seperti pengambilan keputusan / pilihan sebelum
perbuatan dilakukan. Kay (dalam Mulyasa, 2005) mengemukakan bahwa: Kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas
yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan ”bagaimana” perbuatan
tersebut dilakukan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang bias diamati,
dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Pembentukan kompetensi
bersipat transaksional, bergantung pada kondisi-kondisi dan pihak-pihak yang
terlibat secara aktual,
Kompetensi yang ingin dicapai merupakan
pernyataan tujuan yang hendak diperoleh peserta didik serta menggambarkan hasil
belajar pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Strategi
kompetensi merupakan strategi untuk membantu peserta didik dalam menguasai
kompetensi yang ditetapkan.
Pendidik yang didasarkan pada kompetensi
adalah kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk memberikan pengetahuan, sikap
dan keterampilan peserta didik untuk melakukan sesuatu, berupa perangkat
tindakan intelegensi (dalam bensuk kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan) penuh
tanggung jawab yang hams dimiliki peserta didik, sehingga mampu membekali
peserta didik untuk hidup di masyarakat.