TAYAMUM
Tayamum adalah menyapu muka
dan dua tangan sampai pergelangan tangan satu kali dengan tanah yang bersih
untuk menghilangkan hadats. Tayamum dilakukan oleh orang yang sakit (yang tidak
boleh kena air), yang sedang dalam perjalanan, dan orang yang tidak mendapatkan
air buat wudlu/mandi setelah berhadats. Dalilnya :
وَإِنْ
كُنتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْ الْغَائِطِ
أَوْ لَامَسْتُمْ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا
طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا
غَفُورًا
Dan jika kamu sakit atau kamu
bepergian (nyaba) atau setelah kamu buang air (besar atau kecil) atau setelah
kamu bersetubuh lalu kamu tidak mendapatkan air maka hendaklah kamu bertayamum
denagn tanah yang bersih maka hendaklah kamu sapu muka-mukamu dan
tangan-tanganmu, sesungguhnya Allah itu pemaaf dan pengampun. Q.s. An Nisa:43
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي بُعِثْتُ إِلَى
الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ وَكَانَ النَّبِيُّ إِنَّمَا يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ
خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ
وَلَمْ تُحَلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مِنْ مَسِيرَةِ شَهْرٍ
وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ أَدْرَكَتْهُ
الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ حَيْثُ أَدْرَكَتْهُ
Dari
Jabir bin Abdillah ra. ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Aku diberi lima
(perkara) yang tidak diberikan kepada salah seorangpun sebelum aku, yaitu :
1. Aku diutus kepada
orang-orang yang berkulit merah dan hitam dan adalah seorang Nabi diutus hanya khusus kepada kaumnya sedangkan
aku diutus kepada semua umat manusia.
2.
Dihalalkan kepadaku ghanimah dan tidak dihalalkan kepada seorangpun sebelumku.
3. Aku diberi (pertolongan) dengan rasa takut (terasa dimusuhku) sejauh
perjalanan sebulan.
4. Dijadikan tanah buatku bahan untuk bersuci
5. dan tempat shalat (semua tanah boleh dijadikan tempat shalat). Di mana
saja seseorang tersusul oleh waktu shalat, maka hendaklah ia shalat di tempat
tersusulnya oleh waktu shalat itu”. H.r. Ahmad
عَنْ عَمَّارٍ قَالَ
إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبِ الْمَاءَ فَتَمَعَّكْتُ في الصَّعِيْدِ
فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا
فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ
وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ
Dari Ammar ra. ia berkata, “Aku junub dan aku tidak mendapatkan air, Maka
aku berguling-guling pada tanah, lalu shalat. Kemudian aku beritahukan hal itu
kepada Nabi SAW. Maka beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau hanya cukup
buatmu begini’, yaitu Nabi menepuk tanah
dengan dua telapak tangannya dan beliau meniup pada kedua tangannya lalu
mengusap muka dan kedua tapak tangannya dengan kedua tangannya”. Hr. al-Bukhari dan Muslim.
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ سَأَلْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ التَّيَمُّمِ فَأَمَرَنِي
ضَرْبَةً وَاحِدَةً لِلْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ
Dari Ammar
bin Yasir ia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW. tentang tayamum, lalu
beliau menyuruhku menepuk (tanah) satu kali untuk muka dan dua telapak tangan.
H.r. Abu Dawud.
Tunjukanlah macam-macam isim
yang ada pada hadits di atas
MENGUSAP SARUNG KAKI مَسْحُ
الخُفَّيْنِ
Mengusap khuf atau sarung
kaki tidak berlaku untuk setiap sarung kaki karena yang dimaksud khuf ialah
alas kaki yang menutup kaki sampai dengan mata kakinya baik dari kulit atau
lainnya.Boleh khuf itu terus dipakai shalat atau pun dibuka, dengan catatan
jika hendak langsung dipakai shalat waktu memakai sarung kaki itu kaki dalam
keadaan bersih. Batas bolehnya mengenakan khuf pada wudhu adalah satu hari satu
malam bagi yang muqim dan tiga hari tiga malam bagi musafir
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْمُغِبرَةِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : كُـنْتُ
مَعَ النَّبِيِّ r فِي سَفَرٍ
فَأَهْوَيْتُ ِلأَ نْزِعَ خُفَّيْهِ فَقَالَ : دَعْهُمَا فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا
طَا هِرَتَيْنِ. فَمَسَحَ عَلَيْـهِمَا.
-أخرجه البخاري -
Dari Urwah bin al-mughirah dari bapaknya, ia berkata,”Aku bersama Nabi
saw. dalam suatu perlananan, maka aku bermaksud akan membukakan dua sepatunya,
maka beliau bersabda,’Biarkanlah kedua sepatu itu, karena aku memasukannya
dalam keadaan bersih.’ Maka beliau menyapu keduanya”. - H.R. Al-Bukhari -
Batas boleh mengusap atas sarung kaki adalah tiga hari tiga malam
bagi musafir dan satu hari satu malam bagi muqim
عَنْ خُزَيْمَةَ
بْنِ ثَابِتٍ عَنِ النَّبِيِّ r أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ
الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ فَقَالَ : لِلْمُسَافِرِ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ
وَلَيَالِيَهُنَّ وَلِلْمُقِيْمِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ - رواه
أحمد وأبو داود والترمذي وصححه -
Dari Khuzaimah bin Tsabit
dari Nabi saw. bahwa ia ditanya tentang mengusap atas dua sarung kaki, maka ia
menjawab,”Bagi nusafir adalah tiga hari dan malamnya dan bagi muqim satu hari
satu malam” H.R.Ahmad, Abu Daud, dan At-tirmidzi dan iamenyatakan keshahihannya
-
إِصْبَاغُ الوُصُوءِ وَ إِطَالَةُ التَّحْجِيلِ
وَالغُرَّةِ
ISHBAGUL WUDHU DAN MEMANJANGKAN TAHJIL DAN
GURRAH
Yang dimaksud dengan isbagul
wudlu ialah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wudhu yang wajib serta sunat
dengan rata sempurna dan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ishbagul wudlu
sangat dianjurkan. Sedangkan memanjangkan gurrah dan tahjil (gurran muhajjalin)
ialah melebihkan dalam pencucian anggota wudhu yang wajib dari batas yang di
sebut
Perintah ishbagul wudhu
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ, أَنَّ النَّبِيَّ r قَالَ : إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَ
سْبِغِ الوُضُوء ... “
Dari Abu Hurairah ra. sesunghguhnya Nabi saw. bersabda,”jika kamu
berdiri mau melakukan shalat maka isbag-kan dulu wudlu... -H.R. as-Sab’ah dan
lafadz tersebut menurut lafadz Bukhari.
Tahjil dan Ithalatul Gurrah
Ghuraah asal artinya warna
putih pada kepala kuda yang berbulu hitam sedangkan muhajjal pada kakinya. Maka
yang dimaksud ialah bercahaya umat Muhammad pada hari kiamat anggota-anggota
wudhunya sehinggga menjadi ciri yang mandiri dan tidak dimiliki umat Nabi yang
tidak berwudhu ataupun oleh umat-umat Nabi lainnya
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ
الْوُضُوءَ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي الْعَضُدِ ثُمَّ
غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي الْعَضُدِ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ
ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي السَّاقِ ثُمَّ غَسَلَ
رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِي السَّاقِ ثُمَّ قَالَ: هكَذَا رَأَيْتُ
رَسُولَ اللهِ r يَتَوَضَّأُ
وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ r أَنْتُمْ اَلْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ
وَتَحْجِيلَهُ. -رواه مسلم-
Dari Abu Hurairah ra.
sesungguhnya dia berwudhu mencuci wajahnya ia isbag-kan wudhu itu,
kemudian mencuci tangan kanannya sampai
pada lengan atasnya, kemudian mencuci tangan kirinya sampai pada lengan
atasnya, kemudian mengusap kepalanya lalu mencuci kaki kanannya sampai pada
betis kemudian mencuci kaki kirinya sampai pada betis kemudian ia
berkata,”Beginilah aku melihat Rasulullah saw. berwudhu. dan ia berkata,’Rasulullah
saw. bersabda,’Kalian cemerlang dari bekas wudhu pada hari kiamat karena
mengisbag-kan wudhu maka siapa yang mau melebarkan kecemerlangannya, maka lebarkanlah
kecemerlangan dan tahjilnya.” -H.R. Muslim-
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ, سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ e يَقُولُ : إِنَّ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ
القِيَامَةِ غُرَّا مُحَجَّـلِيْنَ مِن أَثَرِ الوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ
مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غَرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. - متفق عليه و اللفظ لمسلم-
Dari Abu Hurairah, ia berkata,”Aku telah mendengar Rasulullah saw.
bersabda,’Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan
cemerlang dari bekas wudlu, siapa yang mau melebarkan kecemerlangannya, maka
lakukanlah. (Muttafaqun Alaih dan lafadz hadits tersebut menurut lafadz
Muslim).
Adakah al-Asma’ul khamsah pada hadits-hadits di atas
tunjukanlah
الشَّهَادَتَانِ وَالدُّعَاءُ وَرَفْعُ
اليَدَيْنِ بَعْدَ الوُضُوءِ
MEMBACA SYAHADAT, BERDO’A MENGANGKAT TANGAN
SETELAH WUDHU
Setelah melaksanakan ishbagulwudhu,
memanjangkan gurrah dan tahjil dianjurkan membaca dua kalimah syahadat lalu
berdoa sesuai dengan keperluan apakah mendoakan diri sendiri, orang lain atau
apapun yang baik-baik untuk dunia dan akhirat,
dan silahkan sambil mengangkat kedua tangan cukup tinggi sehinggga kedua
seukuran ketihatan ketiak tetapi tidak setinggi ketika mengangkat tangan pada
istisqa
الغُسْلُ
(I) MANDI
Al-guslu itu ialah
membersihkan seluruh tubuh dengan air untuk menghilangkan hadats besar dan
dengan dapatnya menghilangkan hadadts besar tentu saja dapat menghilangkan
hadats kecil, Demikian pula wajib al-guslu ini pada hari jum’at bagi orang yang
wajib Jum’at, Orang kafir yang masuk Islam.
وَإِنْ كُنْتُمْ
جُنُبَا فَا طَّهَّرُوا. - المائدة:6 -
Dan Jika kamu junub maka hendakalah kamu
bersuci (Mandi). - Al Maidah:6 -
Yang Berkewajiban Mandi
Janabat
Adapun orang yang wajib mengerjakan al-guslu untuk menghilangkan
hadats besar disebut orang yang junub dan mandinya pun disebut mandi janabat,
mereka itu ialah perempuan setelah haid atau nifas Setelah melakukan Jimak,
setelah ihtilam, yang berkewajiban melaksanakan jum’at, dan orang kafir yang
masuk Islam
Perempuan setelah nifas atau Haidl
{ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا
النِّـسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلاَتـَقْرَبُـوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ }
Dan mereka bertanya kepadamu tentang (hukum haidl), maka jawablah
olehmu, ia itu satu kemadlaratan, maka hendakklah kamu berjauh diri daripada
perempuan-perempuan di waktu haidl dan janganlah kamu hampiri (mencampuri)
mereka hingga mereka itu bersuci (mandi). -Q.S. al Baqarah, 222 -
عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتِ النَّبِيَّ
r فَقَالَ : ذلِكَ عِرْقٌ وَ لَيْسَتْ
بِالْحَيْضَةِ إِذَا أَقْبَلَتْ الحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ
فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي. - أخرجه البخاري-
Dari Aisyah bahwa Fathimah binti Abu Hubaisy terkena penyakit
istihadlah (keluar darah semacam haidl), lalu ia bertanya kepada Nabi saw. maka
beliau menjawab,”Itu adalah irq (ganguan penyakit) dan bukan haidl, apabila
datang masa haidlmu, tinggalkanlah shalat dan apabila telah lewat qadar
(biasanya), maka hendaklah engkau mandi dan shalatlah. - H.R. al- Bukhari -
Setelah melakukan
Jimak. Sabda Rasulullah saw.
عَنْ اَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ r اِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَ رْبَعِ
ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ. - متفق عليه وزاد مسلم : وَاِنْ لَمْ
يُنْزِلْ -
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata,”Telah bersabda Rasulullah saw,’Jika
salah seorang diantara kamu duduk diantara anggota perempuan yang empat, lalu
ia menggaulinya (mencampurinya), maka wajiblah mandi”. - Muttafaq Allaih dan
imam Muslim menambah - Meskipun tidak keluar mani -
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ الـنَّبِيُّ r : اِذاَ جَاوَزَ
الْخِــتَانُ الْخِــتَانَ وَجَـبَ الْغُـسْلُ. -رواه الترمذي -
Dari Aisyah, ia berkata,”Telah bersabda Nabi saw.’Apabila al-Khitan
(kemaluan laki-laki) melewati Al- khitan perempuan, maka wajiblah mandi.
-H.R.at-Tirmidzi -
الغُسْلُ
(II) MANDI
Setelah ihtilam (bermimpi)
عَنْ
اُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ الله تَعاَلىَ عَنْهَا اَنَّ اُمَّ سُلَيْمٍ - وَهِيَ
أمْرَأَةُ اَبِي طَلْحَةَ. قَالَتْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّ اللهَ لاَ
يَسْتَحْيِـي مِنَ الْحَقِّ فَهَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنَ الْغُـْسلِ اِذَا
احْتَلَمَتْ قَالَ : نَعَمْ اِذَا رَأَتِ المْاَءَ. -متـفق عليه-
Dari ummu Salamah ra. bahawa Ummu Sulaim
istrinya Abu Thalhah telah berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak
malu dari kebenaran, apakah perempuan itu wajib mandi apabila ia itu mimpi ?’
Beliau menjawab,’Ya, apabila ia melihat air (mani keluar). – Muttafaq Alaih-
Orang Yang Hendak
Melaksanakan Jum’at.
Mandi Jum’at hukumnya wajib
bagi yang berkewajiban melaksanakan ibadah Jum’at
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ : اِذَا جَاءَ اَحَدُكُمُ
الْجُمْعَةَ فَالْيَغْتَسِلْ. -أخرجه
البخاري -
Dari Abdullah bin Umar ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,”Jika
datang salah seorang diantara kamu pada upacara jum’at maka hendaklah ia itu
mandi”. - H.R. al-Bukhari -
عَنْ قَيْسِ بْنِ
عَاصِمٍ أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ rأَنْ يَغْتَسِلَ
بِمَاءٍ وَسِدْرٍ - رواه الخمسة إلا ابن ماجة -
Dapatkan
isim-isim gair munsharif padaketerangan-keterangan di atas
MANDI (III)
الغُسْلُ
Kaefiat (Cara) Mandi
Mandi di dalam syareat islam tidak terdapat beberapa cara melainkan
hanya satu cara. Maka dengan mandi cara Syareat ini disamping menghilangkan
hadats besar, juga menghasilkan pahala karena mentaati sunnah.
عَنْ
عَا ئِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ r اَنَّ النَّبِيَّ
r كَانَ اِذَا اغْتَسَلَ مِنَ
الْجَنَابِةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ
لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يٌدْخِلُ اَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا اُصُوْلَ
شَعْرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيْضُ
عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari Aisyah istri Nabi Saw., sesungguhnya Nabi saw. apabila mandi
karena junub beliau mulai maka mencuci kedua tangannya, lalu memasukan
jari-jari tangannya ke dalam air dan menyelati pangkal rambutnya, kemudian
mencucurkan air di atas kepalanya dengan tiga cedukan kedua tangannya lalu
meratakan air keseluruh kulitnya. - H.R.al-Bukhari -
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ مَيْمُوْنَةَ اَنَّ النَّبِيَّ r اِغْتَسَلَ مِنَ
الْجَنَابَةِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ بِيَدِهِ ثُمَّ دَلَكَ بِهَا الْحَائِطَ ثُمَّ
غَسَلَهَا ثُمَّ تَوَضَأَ وُضُوْءَ هُ لِلصَّلاَةِ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ
غَسَلَ رِجْلَيْهِ. - أخرجه البخاري -
Dari Ibnu Abbas dari Maemunah (istri Nabi saw.) sesungguhnya Nabi saw.
telah mandi janabat, yaitu beliau membersihkan farajnya (kelaminnya) dengan
tangannya, kemudian beliau mengosokkan tangannya pada dinding, kemudian
mencucinya, kemudian beliau berwudlu seperti berwudlu untuk shalat setelah
selesai dari mandinya beliau membersihkan kedua kakinya. - H.R. al-Bukhari -
Meratakan air pada waktu
mandi janabat
عَنْ
عَا ئِشَةَ : كَانَ رَسُوْ لَ اللهِ r اِذاَ اِغْتَسَلَ
مِنَ الْجَنَابَةِ يـَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِيْنِهِ
عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَأُ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ
ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ اَصَابِعَهُ فِى اُصُوْلِ الشَّعْرِ حَتَّي
اِذَا رَأَى اَنْ قَدِ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَفْنَاتٍ ثُمَّ
اَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدَهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. - رواه مسلم -
Dari Aisyah (Istri Nabi saw), adalah Nabi saw. apabila mandi janabat
beliau mencuci dua tangannya kemudian beliau menuangkan air dengan tangan
kanannya atas tangan kirinya, kemudian beliau membersihkan kemaluannya,
kemudian beliau mengambil air (dengan tangan), lalu beliau memasukan jari-jari
tangan itu pada pangkal rambut hingga setelah beliau melihat sudah rata, baru
beliau siramkan air atas kepalanya tiga kali dengan cedokan tangan, kemudian
beliau siramkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian beliau membersihkan dua
kakinya. - H.R. Muslim -
MANDI (IV) DAN BEBERAPA HAL PENTING (I)
Perempuan pada waktu mandi
janabat boleh tidak membuka sanggul. Dan dalil bahwa cara nandi jum’at adalah
cara mandi janabat
Cara Mandi Janabat Perempuan
قُلْتُ
يَا رَسُوْ لَ اللهِ اِنِّي اِمْرَأَةٌ اَشُدُّ ضَفْرَ شَعْرِ رَأْسِي
اَفَانَقَضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ وَفِي رِوَايَةٍ: والْحَيْضَةِ فَقَالَ :
لاَ, اِنَّمَا يَكْفِيْكِ اَنْ تَحْثِي عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ
تَفِيْضِيْنَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِيْنَ. - رواه مسلم -
Aku berkata,”Ya Rasulullah, sesunguhnya saya seorang perempuan yang
menyanggul rambut kepala saya. Apakah perlu saya membuka sanggul itu buat
(mandi) haidl dan janabat ?’ Maka Rasulullah menjawab,’Tidak (usah),
sesungguhnya engkau hanya cukup menuangkan (air) atas kepalamu tiga cedokan
saja, kemudian engkau siramkan air atas badanmu, dengan begitu engkau telah
bersih”
عَنْ
اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْ لَ اللهِ r قَالَ : مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ
الْجُمْعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَـا قَرَبَ بَدَنَةً. - أخرجه البخاري -
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,”Siapa yang mandi Jum’at seperti mandi Janabat, maka
tak ubahnya ia telah berqurban dengan seekor unta”. - H.R. al-Bukhari -
Beberapa Hal Penting
Masuk Jamban/WC membaca do’a
عَنْ
اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ : كَانَ الـنَّبِيُّ r اِذاَ ذَخَلَ
الْخَلاَءَ قَالَ : اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثْ وَ الْخَبَائِثِ.
اخرجه السبعة -
Dari Anas r.a. ia berkata,”Adalah Nabi saw. apabila masuk jamban beliau
membaca, (Ya Allah, saya berlindung diri kepadaMu dari syaithan laki-laki dan
syeitan perempuan) “ - H.R. as-Sab’ah -
BEBERAPA HAL PENTING (II)
Keluar Jamban/Wc
عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ r إِذَا خَرَجَ مِنَ الخَلاَءِ قَالَ : غُفْرَانَكَ - رواه الخمسة -
Dari Aisyah r.a, ia
mengatakan,”Keadaan Nabi saw. apabila keluar wc, ia berdoa “Ya Allah ampunanmu”
- H.R. al-Khamsah -
Di dalam hadis lain dari
sahabat Anas Bin Malik Bahwa Nabi waktu keluar wc membaca do’a
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّيَ
الأَذَى وَ عَافَنِى - رواه ابن ماجة -
Dari Anas , ra. ia
mengatakan“ Keadaan Nabi saw. apabila kel;uar dari wc ia berdo’a,” Segala puji
bagi Allahyang telah menghilangkan penyakit kotoran dan memberi keafiatan
kepadaku” - H.R. Ibnu Majah -
Jangan pegang kemaluan
dengan tangan kanan disaat kencing.
عَنْ
اَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ e لاَ يَمَسَّنَّ
اَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِيْنِهِ وَهُوَ يَبُوْلُ وَلاَ يَتَمَسَّحْ مِنَ
الْخَلاَءِ بِيَمْيِنِهِ وَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي اْلاِنَاءِ - متفق عليه -
Dari Abu Qotadah ra, ia berkata,”Telah bersabda Rasulullah
saw,’Janganlah salah seorang diantara kamu memegang kemaluannya dengan tangan
kanannya ketika iakencing, dan jangan pula ia bersuci dari (kencing/beraknya)
dengan tangan kanannya, serta janganlah ia bernafas (waktu minum) pada bejana”.
- Muttafaq Alaih
Di tempat Terbuka Jangan
menghadap atau membelakangi kiblat waktu kencing/Buang hajat.
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ : قَالَ : قَالَ
النَّبِيُّ r لاَتَسْتَقْبِلُوا اْلقِبْلَةَ وَلاَ
تَسْتَدْبِرُوْهَا بِغَائِطٍ اَوْ بَوْلٍ وَلَكِنْ
شَرِّقُوْا اَوْ غَرِّبُوْا. - رََواُه السَّبْعَةُ -
Dari Abu Ayub ra. ia berkata,”Telah
bersabda Rasulullah saw.” Kamu jangan menghadap kiblat dan jangan pula
membelakanginya ketika berak atau kencing, tetapi menghadaplah ke timur atau ke
Barat”
Tunjukanlah isim-isim mu’rab
yang ada pada hadits-hadits di tas dan tunjukanlah tanda-tandanya
التَّيَمُّمُ TAYAMMUM
:
Tayamum adalah menyapu muka
dan dua tangan sampai pergelangan satu kali dengan tanah atau debu yang bersih
untuk menghilangkan hadats sebagai pengganti wudhu dan mandi. Tayamum dilakukan
oleh orang yang sakit (yang tidak boleh kena air), yang sedang dalam perjalanan
(musafir) dan orang yang tidak mendapatkan air buat wudlu dan mandi setelah
berhadats kecil ataupun besar
_
Tanah/Debu Sebagai alat
tayammum
وَاِنْ
كُنْتُمْ مَرْضَى اَوْ عَلَى سَفَرٍ اَوْ جَاءَ اَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ
اَوْ لاَ مَسْتُمُ النِّـسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدً
طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ اِنَّ اللهَ عَفُوًّا
غَفُوْرًا. - النساء 43 -
Dan jika kamu sakit atau kamu bepergian (nyaba) atau setelah kamu buang
air (besar atau kecil) atau setelah kamu bersetubuh lalu kamu tidak mendapatkan
air maka hendaklah kamu bertayamum denagn tanah yang bersih maka hendaklah kamu
sapu muka-mukamu dan tangan-tanganmu, sesungguhnya Allah itu pemaaf dan
pengampun. - an-Nisa : 43 -
عَنْ
جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ r :
اُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ اَحَدٌ قَبْلِي : بُعِثْتُ اِلَى اْلاَحْمَرِ
وَاْلاَسْوَدِ وَكَانَ النَّبِيُّ اَنَّمَا يُبْعَثُ اِلَى قَوْمِهِ خَاصَةً وَ
بُعِثْتُ اِلَى النَّاسِ عَامَّةً وَاُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ يُحِلَّ
ِلاَحَدٍ قَبْلِي وَنُصِرْتُ بِالرَّعْبِ مِنْ مَسِيْرَةِ شَهْرٍ وَ جُعِلَتْ لِيَ
اْلاَرْضُ طَهُوْرًا وَ مَسْجِدًا فَاَيُّمَا رَجُلٍ اَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ
فَلْيُصَلِّ حَيْثُ اَدْرَكَتْهُ - رواه
أحمد -
Dari Jabir bin Abdillah ra. ia berkata,” Telah bersabda Rasulullah
saw.,’Aku diberi lima (perkara) tidak diberikan kelima perkara itu kepada salah
seorangpun sebelum aku, yaitu :Aku diutus kepada orang-orang yang berkulit
merah dan hitam dan adalah seorang nabi
diutus hanya khusus kepada kaomnya sedangkan aku diutus kepada semua
umat manusia.Dihalalkan kepadaku ghanimah dan tidak dihalalkan kepada
seorangpun sebelumku.Aku diberi (pertolongan) dengan rasa takut (terasa
dimusuhku) sejauh perjalanan sebulan.Dijadikan tanah buatku bahan untuk
bersucidan tempat shalat (semua tanah boleh dijadikan tempat shalat) dimana
saja seseorang tersusul oleh waktu shalat, maka hendaklah ia shlat di tempat
tersusulnya dia oleh waktu shalat “. - H.R. Ahmad -
كَيْفِيَّةُ التَّيَمُّمِ
وَكَمِّيَّتُهُ CARA TAYAMMUM DAN
BILANGANNYA
Cara tayammum ialah dengan
menepukkan tangan ke tanah atau debu yang bersih lalu diusapkan ke muka lalu
tangan satu kali-satu kali
عَنْ
عَمَّاٍر رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : اَجْنَبْتُ فَلَمْ اَصُبِ الْمَاءَ
فَـتَـمَـعَّكْتُ فِي الصَّعِيْدِ وَ صَلَيْتُ فَذَكَرْتُ ذلِكَ لِلنَّبِيِّ r فَقَالَ
: اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا وَضَرَبَ النَّبِيُّ r بِكَفَيْهِ
الاَرْضَ وَنَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. - رواه
الشيخان -
Dari Ammar ra. ia berkata,”Aku junub dan aku tidak mendapatkan air lalu
aku berguling-guling pada tanah lalu aku shalat lalu aku beritahukan hal itu
kepada nabi saw. maka beliau bersabda,’Sesungguhnya cukuplah buatmu begini, yaitu Nabi memukul tanah dengan dua
telapak tangannya dan beliau meniup pada kedua tangannya kemudian beliau
menyapu muka dan kedua tapak tangannya dengan kedua tangannya”. -
H.R.asy-Syaikhani, Fiqhus Sunnah I : 69 -
عَنْ
عَمَّارِ بْنِ ياَسِرٍ قَالَ : سَأَلْتُ الـنَّبِيَّ e عَنِ
الـتَّيَمُّمِ فَأَمَرَنِي ضَـرْبَـةً وَاحِـدَةً لِلْوَجْـِه وَالْكَـفَّـيْنِ. - أخرجه أبو داود
-
Dari Ammar bin Yasir, ia berkata,”Aku bertanya kepada Nabi saw. tentang
tayamum, lalu beliau menyuruhku memukul (tanah) satu kali pukulan buat muka dan
dua telapak tangan. - HR. Abu Dawud Aunul Ma’bud I : 519-
Oleh : Ibnu Muchtar