Perbedaan Idul Adha 1435H |Data Bulan Dzulhijjrah

Perbedaan Idul Adha 1435H -  Berdasar hisab, data bulan menjelang Dzulhijjah 1435H adalah sebagai berikut: ijtima terjadi Rabu, 24 September 2014 jam 13.14 WIB, saat magrib setelah ijtima di wilayah Indonesia tinggi bulan kurang dari 0,5˚, yaitu berkisar antara -0,67˚ sampai dengan +0,47˚ dan Elongasi atau jarak busur matahari-bulan kurang dari 3˚, yaitu berkisar antara 1,78˚ sampai dengan 2,50˚. 

Berdasarkan data tersebut Muhamadiyah menetapkan Idul Adha Sabtu, 4 Oktober 2014, dan Persatuan Islam Ahad, 5 Oktober 2014. Sedangkan Pemerintah dan NU menunggu hasil sidang Isbat (Rabu, 24 September 2014), jika ada laporan kesaksian hilal yang diterima, maka sidang isbat akan menetapkan Idul Adha Sabtu, 4 Oktober 2014 sama dengan Muhamadiyah. Tetapi jika tidak ada kesaksian hilal atau menolak kesaksian Rukyat maka NU dan Pemerintah akan menetapkan Idul Adha sama dengan almanak Persatuan Islam, yaitu Ahad, 5 Oktober 2014.

Menurut hisab kriteria astronomi yang digunakan Persatuan Islam, posisi bulan menjelang Dzulhijjah 1435H tidak mungkin terlihat sebagai hilal, sehingga jika ada yang bersaksi melihat hilal, kesaksian tersebut layak untuk ditolak, karena bertentangan dengan iptek (walau saat magrib di sebagian wilayah Indonesia bulan berada di atas ufuk, bulan tersebut belum menjadi hilal)

Pemerintah dan NU selain menggunakan Rukyat juga menggunakan hisab imkanur rukyah kriteria MABIMS, yaitu hanya akan menerima kesaksian rukyat yang tingginya lebih dari 2 derajat. Karena tinggi bulan awal Dzulhijjah 1435 di seluruh Indonesia kurang 0,5 derajat, besar kemungkinan sidang itsbat akan menolak kesaksian rukyat (jika ada yang bersaksi melihat), sehingga bulan Dzulqadah digenapkan 30 hari (istikmal) dan 1 Dzulhijah 1435 ditetapkan Jumat, 26 September. Sehingga sidang itsbat akan menetapkan Idhul Adha 1435H Ahad, 5 Oktober2014.

Perbedaan Idul Adha akan semakin hangat jika berbeda dengan Saudi Arabia, karena ada kelompok ummat Islam yang melaksanakan Idul Adha setelah jamaah haji wuquf di Arafah, atau sebagian ummat Islam ada yang mengikuti keputusan pemerintah Saudi Arabia (tidak mengakui keputusan sidang isbat KemenAg). Jadwal Rencana Perjalanan Haji (RPH) yang dikeluarkan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementrian Agama RI mencantumkan bahwa wuquf di Arofah (9 Dzulhijjah) Jum’at , 3 Oktober 2014 dan Idul Adha (10 Dzulhijjah) Sabtu, 4 Oktober 2014, RPH ini disusun berdasarkan kalender Ummul Quro Arab Saudi. Walaupun kalender Ummul Quro Saudi Arabia menetapkan Idul Adha 1435H bertepatan dengan hari Sabtu, 4 Oktober 2014 (sama dengan Muhamadiyah) tetapi keputusan pemerintah Saudi Arabia baru resmi diumumkan setelah rukyat tanggal 24 September 2014. Bila pemerintah Saudi Arabia akan menetapkan awal Dzulhijjah berdasarkan rukyat, mustahil hilal akan terlihat pada hari Rabu, 24 September 2014 karena di Saudi Arabia tinggi hilal saat maghrib kurang dari 1 derajat, berdasarkan hisab kriteria astronomi, bulan akan tampak sebagai hilal jika saat magrib setelah ijtima tingginya lebih dari 4 derajat dan jarak busurnya lebih besar dari 6,4 derajat.

Perbedaan Idul Adha 1435H Berdasar hisab, data bulan menjelang Dzulhijjah 1435H adalah sebagai berikut: ijtima terjadi Rabu, 24 September 2014 jam 13.14 WIB, saat magrib setelah ijtima di wilayah Indonesia tinggi bulan kurang dari 0,5˚, yaitu berkisar antara -0,67˚ sampai dengan +0,47˚ dan Elongasi atau jarak busur matahari-bulan kurang dari 3˚, yaitu berkisar antara 1,78˚ sampai dengan 2,50˚. Berdasarkan data tersebut Muhamadiyah menetapkan Idul Adha Sabtu, 4 Oktober 2014, dan Persatuan Islam Ahad, 5 Oktober 2014. Sedangkan Pemerintah dan NU menunggu hasil sidang Isbat (Rabu, 24 September 2014), jika ada laporan kesaksian hilal yang diterima, maka sidang isbat akan menetapkan Idul Adha Sabtu, 4 Oktober 2014 sama dengan Muhamadiyah. 

Tetapi jika tidak ada kesaksian hilal atau menolak kesaksian Rukyat maka NU dan Pemerintah akan menetapkan Idul Adha sama dengan almanak Persatuan Islam, yaitu Ahad, 5 Oktober 2014. Menurut hisab kriteria astronomi yang digunakan Persatuan Islam, posisi bulan menjelang Dzulhijjah 1435H tidak mungkin terlihat sebagai hilal, sehingga jika ada yang bersaksi melihat hilal, kesaksian tersebut layak untuk ditolak, karena bertentangan dengan iptek (walau saat magrib di sebagian wilayah Indonesia bulan berada di atas ufuk, bulan tersebut belum menjadi hilal) Pemerintah dan NU selain menggunakan Rukyat juga menggunakan hisab imkanur rukyah kriteria MABIMS, yaitu hanya akan menerima kesaksian rukyat yang tingginya lebih dari 2 derajat. Karena tinggi bulan awal Dzulhijjah 1435 di seluruh Indonesia kurang 0,5 derajat, besar kemungkinan sidang itsbat akan menolak kesaksian rukyat (jika ada yang bersaksi melihat), sehingga bulan Dzulqadah digenapkan 30 hari (istikmal) dan 1 Dzulhijah 1435 ditetapkan Jumat, 26 September. Sehingga sidang itsbat akan menetapkan Idhul Adha 1435H Ahad, 5 Oktober2014. 

Perbedaan Idul Adha akan semakin hangat jika berbeda dengan Saudi Arabia, karena ada kelompok ummat Islam yang melaksanakan Idul Adha setelah jamaah haji wuquf di Arafah, atau sebagian ummat Islam ada yang mengikuti keputusan pemerintah Saudi Arabia (tidak mengakui keputusan sidang isbat KemenAg). Jadwal Rencana Perjalanan Haji (RPH) yang dikeluarkan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementrian Agama RI mencantumkan bahwa wuquf di Arofah (9 Dzulhijjah) Jum’at , 3 Oktober 2014 dan Idul Adha (10 Dzulhijjah) Sabtu, 4 Oktober 2014, RPH ini disusun berdasarkan kalender Ummul Quro Arab Saudi. Walaupun kalender Ummul Quro Saudi Arabia menetapkan Idul Adha 1435H bertepatan dengan hari Sabtu, 4 Oktober 2014 (sama dengan Muhamadiyah) tetapi keputusan pemerintah Saudi Arabia baru resmi diumumkan setelah rukyat tanggal 24 September 2014. Bila pemerintah Saudi Arabia akan menetapkan awal Dzulhijjah berdasarkan rukyat, mustahil hilal akan terlihat pada hari Rabu, 24 September 2014 karena di Saudi Arabia tinggi hilal saat maghrib kurang dari 1 derajat, berdasarkan hisab kriteria astronomi, bulan akan tampak sebagai hilal jika saat magrib setelah ijtima tingginya lebih dari 4 derajat dan jarak busurnya lebih besar dari 6,4 derajat. wallahu'alamu bissawab

Pengunjung