BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dewasa ini dalam
sistem pendidikan persekolah lebih cenderung ke pengajaran bukan pendidikan.
Mungkin hal ini penyebab kemerosotan akhlak/ moral, khususnya di kalangan para
siswa dan mahasiswa serta generasi muda secara keseluruhan.
Di dalam surat kabar atau
televisi, sering kita mendengar siswa tawuran dengan siswa lain, bahkan
mahasiswapun tawuran. Atau mahasiswa ingin menyampaikan aspirasi pada
pemerintah, akan tetapi bentrok dengan kepolosian dan bertindak anarkis.
Walaupun tidak semuanya seperti itu, akan tetapi hal ini membuktikan kurangnya
pendidikan mengutamakan aspek kepribadian terhadap peserta didiknya, sehingga
peserta didik bertindak bukan layaknya seorang terdidik.
Dalam makalah ini, penulis
mencoba memaparkan tentang pentingnya mengutamakan aspek kepribadian dalam
pendidikan. Isinya mengenai aspek kepribadian dan pembinaan diri (kepribadian)
serta hasil pembinaan diri.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
- Untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah SPAI.
- Untuk mengetahui seberapa penting aspek kepribadian dalam pendidikan.
- Untuk mengetahui cara pembuatan diri (kepribadian) dalam meningkatkan kualitas diri.
- Untuk mengetahui hasil yang diperoleh ketika telah melakukan pembinaan diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Kepribadian
Hasan
Al-Banna adalah seorang pemimpin dari Ikhwanul Muslimin. Beliau berpendapat
bahwa yang terpenting dari aspek-aspek pendidikan Ikhwanul Muslimin adalah
aspek kepribadian, karena Ikhwanul Mislimin memandangnya kunci perubahan
sosial/ tongkat pengaruh.
Dalam
makalahnya yang berjudul “kemana kita ajak manusia ini?” dalam sub judul “dari
mana kita beramal?”, beliau mengatakan sebagai berikut: “Pembinaan bangsa,
pendidikan masyarakat, pencapaian cita-cita, sekurang-kurangnya memerlukan jiwa
yang tangguh dan agung. Hal-hal ini akan tercermin dalam kemauan keras yang
konstan dengan prinsip”.
Prinsip
dasar dan kekuatan moral inilah ditegakkan prinsip-prinsip, dididik masyarakat,
diciptakan umat dan diperbaharui kehidupan yang telah tenggelam sekian lama.
Sebaliknya suatu umat yang kehilangan sifat-sifat di atas,terutama dikalangan
pemimpinnya, maka umat itu akan tak berarti dan kerdil. Umat yang bersangkutan
itu tidak akan bisa mencapai kebaikan dan meraih cita-cita. Sebaliknya ia akan
hidup di dalam impian.
Firman Allah
SWT dalam Qs. An-Najmi: 28:
وَإِنَّ الظَّنَّ لاَيُغْنِي مِنَ
الْحَقِّ شَيْئًا
“Keraguan
tidakklah berguna sedikitpun untuk mencapai kebenaran” (An-Najmi: 28)
Apa yang
telah diungkapkan ayat di atas merupakan sunatullah yang berlaku bagi
mahluknya, dan itu tidak dapat diubah.
Allah berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ
مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak merubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah jiwa/sikap mereka
sendiri-sendiri” (Ar-Ra ad:11)
Tugas
pendidikan bukan hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh
aspek kepribadian manusia. Dalam masalah ini Ali Sadikin juga pernah mengatakan
bahwa pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap
manusia.
Ada yang
merumuskan bahwa kepribadian pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta
kebiasaan seseorang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Jadi
kepribadian adalah gabungan yang harmonis dari sifat-sifat yang ada pada
manusia yang dilakukan dengan cara pembinaan diri.
B. Pembinaan Diri
(Kepribadian) serta Hasil Dari Pembinaan Diri (kepribadian)
Pembinaan
diri serta hasil dari pembinaan diri (kepribadian) adalah berbagai macam cara
yang digunakan oleh seorang muslimah untuk meningkatkan kualitas dirinya baik
dalam segi keilmuan, keimanan, perilaku dan kemasyarakatan untuk menuju
kesempurnaan sebagai manusia.
Adapun
cara-cara pembinaan diri yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Al- Muhasabah
(instropeksi diri)
Manusia
sewajarnya melakukan pembinaan diri yang dimulai terlebih dahulu dengan melakukan
instropeksi terhadap perbuatannya yang baik atau yang buruk di masa lalu. Kita
sebagai pendidik harus berani mengungkapkan kebaikan atau kejelekan perbuatan manusia.
Hasan
Bashri berkata “seorng hamba akan selalu ada dalam kebaikan selama ia selalu
menjadikan dirinya sendiri sebagai penasihat dan menjadi muhasabah sebagai
kebiasaannya.”
2. Bertaubat dari setiap
dosa
Ibnu
Qayyim ra. berkata, “Bertaubat dari setiap dosa merupakan kewajiban yang tidak
boleh ditunda pelaksanaannya, jika dia menundanya, maka dia berdosa lagi dengan
sikapnya itu dan jika dia bertaubat dari dosanya yang awal, maka tersisalah
dosa yang berikutnya, yaitu dosa yang mengakhirkan taubat.”
3. Mencari ilmu dan
memperluas wawasan
Syekh
Muhammad At-Tamimi berkata : “ ketahuilah bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib
dan sesungguhnya mencari ilmu itu adalah obat penyakit hati”. Dan ilmu yang
dapat memberikan efek positif terhadap diri sendiri adalah ilmu agama yang
berdasarkan kepada Al-Qur’an, sunnah Rasulullah SAW dan pemahaan para ulama
salaf.
4. Menerapkan amal imani
Utuk
mewujudkan cara ini, medannya sangat luas, yaitu
a. Melakukan kewajiban
dengan sebaik mungkin
b. Semangat dalam
melaksanakan ibadah sunnah
c. Memempatkan diir
untuk dzikir
5. Memperhatikan aspek
akhlak
Ibnu
Qayyim berkata “Agama itu seluruhnya adalah akhlak, siapa saja yang akhlaknya
makin baik, maka agamapun semakin baik”.
6. Bersungguh-sungguh
(mujahadah)
Keseriusan
diri dalam melakukan dan meninggalkan maksiat, membiasakan diri untuk melakukan
sunnah dan ketaatan serta bergantung kepada Allah SWT dan kehidupan akhirat.
7. Berdoa dan benar
berharap kepada allah SWT
Rasulullah
SAW memberikan penjelasan bahwa berdoa sangat erat sekali hubungannya dengan
pembersihan jiwa, bahkan do’a merupakan jalan untuk pembersihan jiwa.
Dengan
melakukan pembinaan diri maka diharapkan hasil-hasil yang diperoleh sebagai
berikut:
1. Bahagia karena
mendapatkan ridha Allah SWT dan surga
2. Kebahagiaan dan
ketenangan
3. Dicintai dan diterima
4. Kesuksesan
5. Dijaga dari setiap
kejelekan
6. Waktu dan harta yang
berkah
7. Tahan dalam menghadapi
cobaan.
8. Jiwa yang merasa aman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek
kepribadian sangat penting dalam pendidikan, karena tugas pendidikan bukan
hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia untuk pembinaan bangsa, pendidikan masyarakat, pencapaian
cita-cita dan memperjuangkan prinsip cita-cita.
Cara-cara
pembinaan diri (kepribadian)
1. Al Muhasabah
(intropeksi diri)
2. Bertaubat dari setiap
dosa
3. Memcari ilmu dan
memperluas wawasan
4. Menerapkan amal imani
5. Memperhatikan aspek
akhlak
6. Bersungguh-sungguh
(mujahadah)
7. Berdo’a dan bnar
berharap kepada Allah SWT.
Hasil-hasil
yang diperoleh sebagai berikut:
1. Bahagia karena
mendapatkan ridho Allah SWT dan surga
2. Kebahagiaan dan
ketenangan
3. Dicintai dan diterima
4. Kesuksesan
5. Dijaga dari setiap
kejelekan
6. Waktu dan harta yang
berkah
7. Tahan dalam
menghadapi cobaan.
8. Jiwa yang merasa aman
B. Saran
1. Diharapkan kita
sebagai pendidik untuk mengutamakan aspek kepribadian dalam pendidikan.
2. Diharapkan kita
sebagai pendidik melakukan pembinaan diri dan pembinaan diri terhadap peserta
didik.
3. Diharapkan kita
sebagai pendidik dengan mengutamakan aspek kepribadian dalam pendidikan dapat
membina bangsa pula.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.
2002. Pembinan Diri. Jakarta: Al-Maktab At-Ta’awun liad da’wah.
Rianto
Andre. 1982. Peranan media Audio Visual Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
penerbit Yayasan Konisius
Qordowi
Yusuf. 1983. Pendidikan Ikhwani Muslimin. Jakarta